Ringkasan wawancara dengan Bapak Nuradi, INTER-VISTA
Rancangan grafis mempunyai pengaruh yang besar dalam periklanan, bahkan bisa dikatakan sebagai bagian yang sangat besar integrasinya dengan advertising business. Periklanan banyak sekali mempunyai dan memakai unsur grafika dan grafis. Bahkan dalam printed advertising, kedua hal itu tidak bisa dilepaskan begitu saja. Dan mungkin saya bisa mengatakan bahwa sifatnya lebih fundamentil daripada berbicara soal bahan bakunya.
Dalam film iklan, grafis memegang peranan sangat penting misalnya dalam titling, meskipun tentunya rancangan grafis disini bukanlah unsur pangkalnya. Barangkali yang bisa ditemukan selain di titling, juga di kemasan produk yang diiklankan.
Kelemahan? Barangkali yang saya perhatikan merupakan kelemahan rancangan grafis disini adalah pengalaman, kemahiran, dan ketrampilan para perancang grafis yang ada. Dan untuk itu diperlukan peningkatan pendidikan, formil maupun tidak. Sebab pesatnya perkembangan ekonomi bangsa dan negara juga sangat mempengaruhi perkembangan semua aspek di dalamnya, termasuk rancangan grafis.
Klien atau pemesan juga harus di didik! Sebab klien memang belum demikian maju sampai ikut memikirkan bahwa rancangan grafis memegang peranan penting disini. Pada umumnya mereka sudah cukup puas dengan yang seadanya saja, sebab apa? Karena tidak ada saingan di industri mereka, dan ini tentunya juga karena perkembangan ekonomi belum sedemikian majunya sampai persaingan ketat sekali di dunia usaha mereka. Lain dengan di luar negeri, persaingan industri dan usaha ketat sekali dan seru, dan untuk itu para pengusaha sangat memperhatikan kelemahan dan kelebihan produk mereka, antara lain dengan kemasannya, iklannya dan lain sebagainya lagi.
Mereka belum terlalu sadar bahwa mutu memegang peranan penting, karena toh (mereka fikir) kwantita penjualan sudah memenuhi syarat dan target. Produk yang terlalu sophisticated dianggap mahal, dan tentunya disini harga memegang peranan penting sekali.
Kita sendiri disini memang tidak banyak mengalami kesulitan baik dengan klien maupun dengan para perancang grafis kita, 6 orang diantaranya dari ASRI. Kalaupun ada kekosongan informasi bagi si perancang maka hal itu merupakan kekurangan pada client’s brief yang seharusnya lengkap diisi dengan berbagai informasi.
Dilain hal, saya beranggapan bahwa seorang perancang grafis yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan harus juga memahami soal faktor penjualan produk disamping seninya saja; maksud saya, sebuah rancangan bisa saja memenuhi semua persyaratan seni, tetapi belum tentu bisa ‘menjual’, misalnya dalam rancangan kemasan atau iklan. Itulah sebabnya saya katakan bahwa seorang perancang grafis di periklanan juga membutuhkan pengertian. Klien itu orang-orang bisnis, jadi terus terang barangkali pada diri mereka hanya memikirkan soal profit saja.
Kalau saya dimintai komentar atau pesan, barangkali saya cuma bisa bilang – Jangan putus asa. Sebetulnya kita di Indonesia tidak kekurangan graphic designers, yang kurang cuma kesempatannya saja; dan itu berarti orang-orang yang memerlukan jasa seorang perancang grafis, orang-orang bisnis, dan mereka juga masih kurang memerlukan karena tidak adanya persaingan industri yang ketat. Pengusaha kelihatan belum terdesak dengan suatu pengembangan, termasuk pengembangan dibidang rancangan grafis produk mereka.
Saya rasa cuma itu yang bisa saya katakan menyambut peresmian IPGI dan pameran GRAFIS ’80 ini. Semoga sukses saja.
Leonardo/IPGI
Sumber: Brosur Pameran Pertama Ikatan Perancang Grafis Indonesia “Grafis ‘80”, 24 September-10 Oktober 1980 di Wisma Seni Lingkar Mitra Budaya.
•••
Sekolah membuat desainer menjadi pintar, bekerja membuat desainer menjadi paham, pengalaman panjang membuat desainer menjadi arif