Perkembangan Biro Iklan di Indonesia

Sehubungan dengan judul makalah yang sudah dijatahkan kepada saya maka dengan izin anda semua saya ingin menambahkan kata ‘dewasa ini’. Penambahan ini banyak disebabkan oleh sempitnya waktu dan keterbatasan sumber dalam meneliti perkembangan biro iklan yang telah berlangsung selama ini.

Selain itu maka perlu saya jelaskan kepada hadirin sekalian bahwa saya merupakan seorang praktisi di bidang periklanan sehingga posisi ini tidak cukup jauh dari obyek amatan untuk bisa disebut netral. Oleh karena itu apa yang saya sampaikan hari ini tidak lebih dari sekedar pengamatan sepintas apa yang terjadi di lingkungan kerja saya yang terdekat.

Banyak definisi diberikan bagi kata ‘periklanan’, akan tetapi pagi ini saya sebutkan salah satu yang paling sederhana dengan harapan agar kita tidak berdebat soal ini. Periklanan adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan pembuat barang, atau pemasok jasa dengan masyarakat banyak atau sekelompok orang tertentu yang bertujuan untuk menunjang upaya pemasaran. Komunikasi dilakukan dengan menggunakan gambar, suara atau kata-kata, gerak atau bau yang disalurkan melalui media atau secara langsung. Berdasarkan pengertian ini maka ‘Biro Iklan’ adalah lembaga usaha yang memberikan jasa periklanan bagi siapa yang membutuhkan baik perorangan, perusahaan pembuat barang atau pemasok jasa bahkan pemerintah. Oleh karena bentuk pelayanan periklanan meliputi berbagai jenis kegiatan maka dilihat dari skala usahanya ada berbagai ukuran sebuah biro iklan.

Ada kiosk berukuran 1x1m yang menawarkan jasa pembuatan cap dan papan nama toko, di luar kiosknya terpampang ‘Biro Iklan’. Ada rumah kecil yang memberikan pelayanan fotokopi dan agen langganan surat kabar dan majalah. Semangat wiraswasta telah mengembangkan pemiliknya untuk menerima pesanan pemasangan iklan dengan harga resmi. Di bawah tulisan terima Fotokopi kini tertulis ‘Biro Iklan’. Ada sekelompok seniman yang pintar menggambar wanita cantik dan membuat huruf yang rapih dan artistik. Di muka studionya dipasang tulisan ‘Biro Iklan’. Ada gedung berlantai banyak, berkarpet tebal, pegawainya berdasi corak mutakhir, setiap ruangan disejukkan oleh AC dan di luar ada prasasti kuningan yang dietsa ‘Advertising Agency’. Agar pembicaraan kita hari ini dapat mencakup sebanyak mungkin kegiatan yang berlangsung di sebuah biro iklan maka anda semua akan saya ajak untuk berkunjung pada sebuah ‘Full Service Advertising Agency’.

Sebuah biro iklan yang mendukung predikat ini adalah biro yang mempunyai kapasitas untuk memberi pelayanan di tiga bidang yaitu, pertama, konsultasi komunikasi pemasaran, kedua pelayanan perencanaan dan pemesanan media, dan ketiga pelayanan kreatif.

Pelayanan konsultasi pemasaran merupakan barisan terdepan yang berhadapan langsung dengan fihak pemakai jasa periklanan. Minat yang disampaikan oleh sebuah perusahaan atau perorangan pada sebuah biro iklan akan diterima oleh para pakar pemasaran yang mampu berdialog dengan manajer pemasaran dari perusahaan yang membutuhkan jasa iklan.

Kegiatan awal sebuah proses beriklan lebih sering merupakan peristiwa ekonomi. Strategi pemasaran, kebijaksanaan harga, pangsa pasar strategi distribusi, trade relations merupakan pokok-pokok pembicaraan yang paling hangat pada stadium ini.

Semakin besar skala usaha sebuah biro iklan semakin besar pula kemampuannya untuk mempekerjakan ahli-ahli dan pakar-pakar pemasaran yang akan menentukan kualitas hubungan awal dengan para calon pemakai jasa.

Berkembangnya pendidikan ilmu ekonomi telah banyak memberi dorongan bagi pertumbuhan kualitas perusahaan periklanan di Indonesia. Kehadiran modal asing dan kegiatan memproduksi barang-barang yang berasal dari luar negeri telah menghadirkan kegiatan pemasaran global yang dampaknya sangat menentukan kemampuan para pakar pemasaran di sebuah biro iklan dalam berbicara pada tingkat pengetahuan pemasaran yang bersifat internasional.

Sektor kedua yang menunjang predikat ‘full service’ adalah Media. Seperti hadirnya para pakar pemasaran maka perkembangan biro iklan di Indonesia juga sangat ditentukan oleh meningkatnya kualitas pelayanan perencanaan dan pemesanan Media.

Peningkatan ini tidak lepas dari perkembangan industri media yang telah berlangsung sejak dua dekade ini. Tumbuhnya pemancar komersial di segenap penjuru tanah air, masing-masing dengan gaya dan cara pendekatan yang berbeda. Terbitnya puluhan majalah-majalah baru mulai dari yang bersifat umum hingga majalah yang khusus bicara soal rambut, mobil, konstruksi dan komputer. Terbitnya surat kabar yang berdomisili di ibu kota negara, ibu kota propinsi atau ibu kota kabupaten, masing-masing dengan garapan berita yang beda ruang lingkupnya.

Adanya pilihan yang diberikan oleh industri media dan tantangan untuk menemukan rancangan media yang efektif dan terjangkau oleh biaya periklanan yang disediakan oleh perusahaan pemakai jasa iklan, serta riset dan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang jasa riset telah ikut memberikan masukan yang sangat menunjang kualitas pelayanan jasa perencanaan media. Fakta ini telah memberi warna khusus bagi kegiatan periklanan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan secara tepat arah dan terukur.

Sektor ketiga yang juga ikut mendukung predikat Full Service adalah pelayanan jasa kresatif.

Pelayanan jasa kreatif merupakan bagian akhir dari mata rantai proses terciptanya sebuah iklan sebelum disalurkan ke Media. Karena kegiatan dan proses kreatif memberikan wujud bagi sebuah iklan atau pesan maka sering orang mengira bahwa lahirnya iklan ada di tangan seniman. Pandangan keliru ini telah banyak mendorong banyak seniman yang mendirikan biro iklan dan dalam perkembangan selanjutnya lebih sering mengalami kegagalan.

Dibandingkan dengan peran sektor pemasaran dan sektor media, maka peran sektor kreatif masih jauh tertinggal. Sikap dan wawasan yang berkembang di antara para praktisi di sektor kreatif bila kita amati secara objektif masih terpaku pada kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang sederhana dan sempit. Sebagian besar dari iklan-iklan yang kita temui di media masih berputar-putar di sekitar penonjolan ‘Product/Consumer benefit’ yang ditampilkan apa adanya. Cara lain yang paling mudah dilakukan adalah dengan menciptakan iklan dengan memanfaatkan strategi Before-After, Sebelum makan obat dan sesudah makan obat. Sikap bangsa Indonesia yang paternalistik sering disalahartikan dengan menerapkan strategi testimonial orang-orang yang terkenal. Kehadiran perusahaan periklanan Internasional di Indonesia sedikit banyak telah memperkenalkan praktek-praktek kreatif yar.g sedikit lebih maju. Format-format pengembangan kreatif yang telah teruji mulai diperkenalkan kepada para pakar bidang kreatif.

Perusahaan iklan internasional seperti J. Walter Thompson, Dentsu, BBDO, Ted Bates, O &M, Saatchi & Saatchi telah mempertemukan cara-cara bekerja mereka dan pemikiran yang berkembang di sini. Sudah barang tentu hal ini tidak selalu mampu memberikan kemajuan yang berarti. Salah satu hambatan yang paling besar adalah keterbatasan bahasa Indonesia untuk mendukung ungkapan-ungkapan yang menarik. Salah satu manfaat yang paling berarti dengan kehadiran perusahaan Internasional adalah format yang mampu mempertemukan orang kreatif dan orang pemasaran dan orang-orang Media dalam satu meja yang membicarakan pemecahan-pemecahan terbaik dalam penyampaian pesan iklan. Oleh karena itu kami, orang-orang yang bekerja di sektor kreatif kini harus memahami makna strategi pemasaran, pangsa pasar, membaca hasil riset kualitatif dan mempelajari demografi. Dengan modal pengetahuan di bidang pemasaran dan prinsip-prinsip Media maka sebelum kita mampu menciptakan iklan yang menarik perhatian khalayak pengamat maka setidak-tidaknya kita sudah menciptakan iklan yang benar dan terarah. Bila pintu Creative Department sebuah biro iklan dibukakan bagi anda maka di sana kita akan bertemu dengan banyak orang yang menyandang berbagai fungsi yang berbeda. Ada Creative Director yang menggariskan konsep isi pesan dan strategi penyampaiannya. Ada Art Director yang menggariskan konsep visual dan naskah, ada visualiser yang mengungkapkan gagasan terwujud berbentuk visual, ada copy writer yang menyusun naskah, ada paste up artist yang merampungkan gambar kerja siap cetak/separasi, ada photographer, ada typographer, ada jingle writer/composer/arranger. Semua orang-orang ini memberikan sumbangannya bagi terciptanya sebuah iklan.

Skenario yang berkembang di sebuah Creative Department pada saat ini menunjukkan kuatnya posisi Creative dan Art Director. Situasi ini banyak disebabkan adanya kesenjangan antara tokoh yang menduduki kedua jabatan itu dan tokoh-tokoh lain yang melanjutkan pekerjaan mereka.

Kurang tingginya kualitas tenaga kreatif di bidang periklanan dewasa ini banyak disebabkan oleh tidak adanya pendidikan khusus yang menghasilkan tenaga spesialis periklanan. Pendidikan Commercial Art yang diselenggarakan di luar negeri merupakan tempat ditempanya para tenaga kreatif yang akan bekerja di bidang periklanan.

Sedangkan pendidikan di sini lebih mengarah kepada pendidikan desain grafis yang lebih menekankan faktor estetik atau pendidikan komunikasi visual yang mempelajari secara luas pemecahan visual masalah komunikasi.

Masih rendahnya kualitas tenaga kreatif dalam biro iklan di Indonesia dewasa ini telah membawa pada praktek pembuatan iklan yang melanggar kode etik maupun standar nilai yang dihormati masyarakat.

Salah satu perkembangan yang menarik akhir-akhir ini adalah keterlibatan biro iklan pada perencanaan kampanye non-komersial. Program keluarga berencana kini diselenggarakan dengan pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada marketing.

Istilah ‘Social Marketing’ kini menjadi kawasan baru para pakar periklanan yang menerjuni kegiatan periklanan non-komersial yang tidak kurang pentingnya bagi Indonesia dewasa ini.

Kalau saya bisa menyimpulkan pembicaraan kita hari ini maka ada satu kata yang sangat sering disebutkan yaitu ‘marketing’. Mulai dari standard marketing, global marketing dan social marketing.

Sehingga kalau kita ingin melihat wajah biro iklan di Indonesia maka salah satu ukuran yang bisa kita pakai adalah sampai di mana mereka terlibat atau berkemampuan dalam memecahkan problem komunikasi dalam kegiatan ‘marketing-marketing’ tadi.

Ada yang terlibat dalam kegiatan menunjang marketing produk-produk yang distribusinya sangat terbatas, akan tetapi ada yang terlibat dengan kegiatan marketing produk yang tersebar luas dan dikonsumir oleh orang yang lebih banyak.

Kualitas dari performance-nya akan terbaca dari citra produk dan tercapai tidaknya tujuan-tujuan marketing yang telah digariskan. Dari catatan yang saya ketahui maka hanya ada biro iklan yang masuk dalam kategori Full Service Advertising Agency. Dari sebanyak ini sebagian besar berada di Jakarta.

Posisi sebuah biro iklan yang sangat terlibat dengan strategi periklanan sebuah produk tertentu telah sangat menutup pintu mereka terhadap orang luar sehingga agak sukar untuk bisa mengintai secara langsung proses yang berlangsung di dalamnya.

Apa yang bisa kita bahas dari tulisan ini barangkali hanyalah membicarakan apa yang, menjadi hasil akhirnya yang muncul di surat-surat kabar atau terdengar di radio, atau yang terpampang di tepi jalan raya.

Semoga pertemuan hari ini bisa mengungkap lebih jauh dengan memadukan pemikiran-pemikiran yang ada di kepala kita masing-masing dan pengalaman-pengalaman berharga yang kita miliki.

 


Sumber: Buku ”Simposium Disain Grafis” Fakultas Seni Rupa dan Disain Institut Seni Indonesia- Yogyakarta, dalam rangka Purna Bakti drs. R. Soetopo sebagai tenaga pengajar Fakultas Seni Rupa dan Disain, yang diselenggarakan pada tanggal 4 April 1989.

Quoted

“Keberhasilan merancang logo banyak dikaitkan sebagai misteri, intuisi, bakat alami, “hoki” bahkan wangsit hingga fengshui. Tetapi saya pribadi percaya campur tangan Tuhan dalam pekerjaan tangan kita sebagai desainer adalah misteri yang layak menjadi renungan.”

Henricus Kusbiantoro