Dalam tulisan “The Body of the Voice” bagian ke-1, saya telah membahas proses awal dari workshop yang saya kunjungi, yang bertemakan poster seri untuk publikasi kuliah dari seorang seniwati grafis berkebangsaan Austria, Annette Stahmer yang mengambil topik dari majalah terakhirnya yaitu “The Body of the Voice”, atau ringkasnya “Hubungan antara Tubuh–Suara–Bahasa–Huruf”.
TEKNIS – PENERAPAN
Singkatnya, dalam rancangan poster seri kali ini, saya akan bereksperimen untuk memadukan topik dari si lektur dengan media poster sebagai media publikasinya.
Langkah pertama dalam mem-visualkan gagasan poster (“Bagaimana bila poster lektur dari Annette mempunyai dimensi lebih, mepunyai bentuk dan permukaan, dimana kita bisa merasakan struktur permukaan poster bila disentuh, dapat terdengar bila kita merabanya, sebagai sculpture?), adalah merancang kerangka layout poster tersebut. Poster ini akan menjadi 3 seri, yang masing-masing poster akan menonjolkan kata-kata penting dalam lektur, seperti “Koerper” (Tubuh)-“Stimme” (Suara)–“Schrift” (Huruf) dengan menambahkan beberapa potongan gambar dari isi majalah.
Setelah itu, saya mulai “melukai” atau memotong-motong tubuh dari poster dalam format kecil dan mencoba dari garis-garis potongan untuk membuat huruf-huruf yang akan dipakai dalam poster.
Setelah menunjukkan potongan-potongan percobaan ini kepada si pembimbing, langkah pemikiran selanjutnya adalah masalah pemilihan jenis dan ketebalan kertas, yang merupakan faktor penting dalam memvisualkan rancangan ini. Bila kertas yang digunakan terlalu tipis, akan mengakibatkan hambatan dalam langkah pemotongan dan juga sebaliknya. Untuk itu saya langsung berkonsultasi dengan pihak percetakan sekolah, yang menyediakan banyak jenis contoh kertas cetak untuk kepentingan mahasiswa dan pihak universitas dalam proyek-proyek intern mereka dengan harga yang terjangkau.
Untuk sekedar informasi bagi yang ingin mengetahui tentang universitas yang saya kunjungi http://www.burg-halle.de/, sekolah seni dan desain kami mempunyai kira-kira 150 mahasiswa setiap angkatannya dan menyediakan kira2 16 jurusan dalam bidang seni dan 12 jurusan dalam bidang desain. Keuntungan dari beragamnya fakultas seni dan desain yang ditawarkan disini adalah kayanya gagasan-gagasan di setiap proyek yang diadakan di sekolah. Dengan mudah kita bisa secara langsung atau tidak dalam proyek-proyek lain diluar bidang masing-masing. Pembicaraan di kantin dan acara-acara mahasiswa dan mahasiswi dari fakultas berbeda kadang memperkaya pengalaman kita. Apalagi dihari-hari belakangan ini, dimana dunia seni dan desain berjalan begitu seiring dan dekat.
Kembali ke poster, setelah mendapatkan kertas yang diinginkan, saya lalu mencoba memotong-motong kembali poster tersebut tapi kali ini dalam ukuran sebenarnya.
Perkembangan gagasan yang terjadi dalam proses pemotongan adalah menambahkan efek kertas perak di belakang huruf-huruf yang bagian tubuhnya terpotong, juga pemberian warna merah di sisi balik poster. Bagi yang melihat poster itu akan terlihat efek pergerakan seperti gelombang yang diakibatkan oleh cahaya pantulan dari kertas perak dan warna merah di setiap tubuh huruf.
Setelah seharian penuh memotong dan melipat garis dalam tubuh huruf, yang membutuhkan tingkat kesabaran yang tinggi, akhirnya hasilnya dapat dinikmati yaitu sebuah rangkaian poster yang menarik dan mempunyai keunikan tersendiri. Bisa dibayangkan bila poster-poster tersebut dipajang di depan publik, saya yakin beberapa dari mereka akan dicuri untuk dipajang di rumah masing-masing sebagai koleksi atau hiasan dinding kamar.
Hasil karya ini dipresentasikan dan mendapat sambutan positif dari semua pihak. Mungkin akan timbul pertanyaan-pertanyaan, bagaimana bila poster ini diproduksi dalam jumlah besar, bagaimana caranya, berapa biaya yang diperlukan? Pertanyaan-pertanyaan ini saya biarkan terbuka dan terjawab pada proses-proses berikutnya. Yang paling penting bagi saya atau kita para perancang grafis, adalah proses dari awal atau dari gagasan hingga pada hasil yang kita inginkan. Hasil akhir kadang-kadang bukanlah bagian terpenting dalam suatu proyek. Belajar dari proses akan memperkaya kita dan memberi pengalaman dan pelajaran tersendiri yang mudah-mudahan dapat kita gunakan pada proyek-proyek berikutnya.
Ketiga poster tersebut sekarang berada di tangan panitia kompetisi “100 Poster Terbaik 2010, Jerman-Swiss-Austria”. Untuk melihat poster-poster karya peserta workshop lainnya, silakan kunjungi tautan [ini].
Demikianlah pengalaman saya kali ini. Saya akan berusaha untuk kembali membagi informasi dan cerita dari Jerman yang mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi positif bagi kita semua. Bila ada kesalahan tulis dan informasi, sebelumnya saya minta maaf.
Salam kreatif!
Irvandy Syafruddin lahir dan dewasa di kota tercinta, Jakarta. Sejak 2002, ia menetap dan melanjutkan studinya di sekolah seni dan desain di Universitas Seni dan Desain Burg-Giebichenstein, Halle-Jerman.
The fate of a designer is not determined by the public system, but by the way he sees his own life