In the beginning was the word.
Pada mulanya adalah kata (terj.: sabda), katanya. Sepanjang sejarah peradaban manusia, evolusi bahasa tak lagi dapat dipungkiri untuk terjadi. Kata dan strukturnya mengalami perubahan dan penyesuaian. Salah satu hasilnya, beberapa kata tak lagi lumrah dipergunakan hingga lambat laun hilang dari percakapan.
Seorang desainer grafis berbasis Los Angeles, Karen To, melakukan pendekatan terhadap kata-kata yang telah hilang dan ‘mati’ dalam bahasa Inggris dengan menginisasi situs The Dead Words pada 2012. Sebagai seorang tipografer dan letterer, Karen To mengeksplorasi berbagai kata-kata yang tak lagi digunakan dan mengimplementasikannya ke dalam berbagai komposisi gambar huruf (lettering). Dalam eksperimen ini, Karen To tak bekerja sendirian. Situs The Dead Words mengundang partisipasi publik untuk turut menggambar huruf atas kata-kata yang Karen peroleh dari daftar ‘Lost Words‘ di situs The Phrontistery.
Melalui situs ini, Karen To mengajak untuk menemukan dan menginterpretasi kembali kisah di balik kata-kata yang telah ‘mati’ tersebut. Situs ini, menurutnya, bisa jadi kesempatan terakhir untuk mempelajari dan mengomemorasi kata-kata tersebut sebelum mereka sepenuhnya mati dan terlupakan.
Kita juga dapat turut menggambar huruf dari kata-kata mati ini dengan mengirimkan tautan portfolio atau contoh lettering pada Karen To. Setelahnya, Karen akan mengirimkan kata mati untuk digambar. Informasi partisipasi selengkapnya dapat dilihat pada tautan: Draw a Word.
Rekan-rekan peminat lettering, adakah yang berkeinginan menginisiasi proyek serupa dengan mengeksplorasi khasanah bahasa Indonesia? ***
“Keberhasilan merancang logo banyak dikaitkan sebagai misteri, intuisi, bakat alami, “hoki” bahkan wangsit hingga fengshui. Tetapi saya pribadi percaya campur tangan Tuhan dalam pekerjaan tangan kita sebagai desainer adalah misteri yang layak menjadi renungan.”