Siapa yang bilang bahwa menjadi desainer hanya sekedar asal? Karena dianggap sebagai bukan ilmu pasti, yang asal pun jadi dalih: asal bagus, asal eksis, asal beken, asal terlihat keren, asal nyeni, dan segala keasal-asalan lainnya. Ketika berpikir kreatif (berbeda dari yang lain) disamaartikan dengan pilihan-pilihan ‘semau gue’, desainer grafis pun terjebak dalam praktik ‘asal’ tadi. Padahal, agar sebuah desain dapat bekerja, desain memiliki dasar-dasar teori yang jelas.
Tak hanya dasar teori, praktik desain yang luas dan bersinggungan dengan berbagai aspek kehidupan—seperti sosial, politk, budaya, hingga ekonomi—pun melahirkan banyak penelahaan menarik dari setiap karya desain yang dihasilkan.
Dalam hal ini, buku menjadi salah satu sumber referensi yang terpercaya dalam menelusuri itu semua. Sayangnya, karena pola pikir ‘asal’ tadi, banyak desainer grafis yang lebih suka mengisolasi pandangannya sendiri daripada membaca buku dan mendekatkan diri dengan lingkungan tempat desainnya hidup dan dibutuhkan.
Untuk mendorong munculnya pertimbangan-pertimbangan bagi para desainer untuk membaca buku, Andy Polaine pun menginisiasi sebuah situs yang berfokus untuk mengulas berbagai buku desain.
Dengan publikasi rutin dan memiliki topik yang variatif, situs The Designer’s Review of Books menampilkan berbagai elemen yang dimiliki oleh buku-buku desain yang ada: nilai produksi fisiknya, gambar-gambar yang ada, konten yang disajikan, dan berbagai aspek yang lain yang dapat menjadi pertimbangan desainer dalam memilih buku yang layak untuk dibaca dan/atau dibeli. Selain ulasan, situs ini juga memuat wawancara dengan para penulis/desainer bukunya.
Desainer, yuk, membaca!
Designers need to think about others for the sake of improving the human existence. What we have received is a gracious blessing. Without it, we are nothing. Which is why we need to give it back.