Jurnalisme Seni Holger Liebs

Terbit sejak 2004 di Jerman, majalah Monopol telah menjadi salah satu publikasi terdepan dalam mengabarkan fenomena seni dan gaya hidup—sesuai dengan tagline-nya, ‘magazin für kunst und leben‘ (majalah untuk seni dan hidup). Dengan sirkulasi mencapai 40.000 eksemplar, setiap bulannya Monopol menyodorkan wawasan baru dan mendalam mengenai dunia kreatif dan gaya hidup, termasuk di dalamnya seni rupa kontemporer, desain, arsitektur, serta fesyen.

Bagaimana Monopol dapat menjadi publikasi seni dan gaya hidup kontemporer unggulan? Kontributor Desain Grafis Indonesia dari New York, Eve Vogelein, berkesempatan berbincang dengan Pemimpin Redaksi majalah ini, Holger Liebs.

 

Holger Liebs. (Dok. Deutsches Design Museum)

Holger Liebs. (Dok. Deutsches Design Museum)

 

Mohon perkenalkan diri Anda.

Saya adalah Pemimpin Redaksi dari majalah Monopol.

 

Latar belakang pendidikan Anda?

Saya menyelesaikan studinya di jurusan Art History. Saat ini, saya telah menekuni karier sebagai jurnalis selama lebih dari 25 tahun.

 

Apa keseharian Anda sebagai Pemimpin Redaksi Monopol?

Di Monopol, saya lebih banyak mengatur dan melaksanakan konferensi, rapat, pengambilan keputusan, membangun koneksi dengan banyak pihak, dan mengajukan ide. Saya juga menulis dan melihat banyak-banyak karya seni, serta mengunjungi para seniman. Dan masih banyak lagi.

 

Apa yang menjadi keunggulan dari Monopol yang Anda pimpin?

Dengan membaca Monopol, khalayak memiliki pengetahuan dan pemahaman akan praktik seni yang terjadi di berbagai belahan dunia. Baik itu hal-hal yang mereka anggap perlu maupun tak perlu ketahui.

Selain itu, dengan Monopol, para pembaca kurang lebih bisa memahami bagaimana membuat hidup jadi lebih indah, lebih estetik—dalam berbagai aspek. Sebab, Monopol tak hanya mengangkat seni rupa saja, tapi juga desain, arsitektur, musik, sastra, juga film.

 

m0215_Seite_001_1267706_r657

monopol_cover_02-2014

 

Secara khusus, adakah bidang seni yang menjadi fokus dan minat Anda?

Belakangan ini saya memiliki ketertarikan pada karya-karya seniman yang berasal dari generasi Milenial. Mereka tumbuh dengan internet dan itu mempengaruhi karya seni mereka. Bagi saya, para seniman Milenial telah mengubah cara pandang kita terhadap seni.

 

Bicara tentang diskursus mengenai seni dan desain kontemporer, apakah menurut Anda di Jerman sendiri telah cukup terwadahi?

Tentunya diskursus mengenai hal itu di Jerman telah begitu banyak berlangsung di Jerman. Namun tentunya, tak akan pernah cukup!

 

Bagaimana Anda dan Monopol berkontribusi pada diskursus tersebut?

Setelah 11 tahun kami terbit, suara Monopol tak pernah tak menjadi panutan.

 

monopol_cover_april

m0315_bjork_001_1267707_r876

monopol_cover

 

Selain seorang jurnalis berbakat, Anda juga memiliki selera yang baik soal estetika dan desain. Beberapa waktu lalu, Anda bersama tim baru saja mengubah seluruh feel dari tampilan Monopol. Apa saja yang Anda olah dan ubah di sana?

Saya tak ingin menciptakan ulang brand yang sudah mapan dan baik. Karenanya, kami memutuskan untuk mempertahankan atmosfirnya yang cool, namun tetap ‘membersihkan’ halaman-halamannya agar nampak lebih lugas dan berwibawa. Di dalamnya kami berikan sentuhan keseriusan. Omong-omong, meski tipografi yang kami gunakan nampak kontemporer, usianya sudah seratus tahun. Pilihan itu yang sekiranya membantu pembaca untuk memahami sejarah seni.

 

Dari mana biasanya Anda memperoleh inspirasi?

Dengan melihat banyak-banyak karya seni… dan berkendara dengan Datsun hitam 2400 “Supersix” tahun 1970 saya.

 

Pernahkah terpikir untuk mengubah karir dan minat Anda? Ada minat atau hobi rahasia?

Ketika masih sekolah, saya berbakat di dua bidang: menulis dan menggambar. Saya senang dapat berkarir di salah satu bidang itu sekarang. Saya tetap masih bisa menjadi seniman ketika nanti saya berumur 70 tahun, bukan?

 

Banyak orang yang mengatakan bahwa majalah dan publikasi cetak lainnya akan mati perlahan karena keberadaan internet. Bagaimana menurut Anda?

Ya, itu akan terjadi. Banyak dari publikasi cetak itu akan mati. Meksi demikian, saya masih melihat adanya kebutuhan akan media berkualitas. Beberapa majalah telah meraih kesuksesan yang luar biasa [dengan memenuhi kebutuhan itu]. Kami rasa, kami pun juga demikian.

 

Apakah Anda pernah mengunjungi Indonesia? Apa pendapat Anda?

Saya berkeinginan ke sana di waktu yang akan datang!

 

Seberapa penting saling tukar pengalaman dan pengetahuan antara seniman, penulis, dan desainer yang bekerja di antara kultur yang berbeda?

Saya meyakini bahwa kita semua tak boleh sedikit pun berhenti belajar dari banyak budaya.

 

Terakhir, apa yang mendorong Anda untuk berkarier dalam bidang ini? Bagaimana profesi ini Anda ini dapat berkontribusi bagi kebaikan/perubahan?

Siapa pun yang memutuskan untuk menjadi seorang jurnalis berharap untuk mencapai sesuatu: dengan menyampaikan peristiwa yang tengah terjadi maupun mengungkap hal-hal yang kita anggap salah atau benar. Dan ketika masih ada orang yang ingin menghancurkan seni, mereka harus tahu bahwa seni akan tetap ada, bahkan ketika kami [jurnalis seni] tak ada lagi.

 


 

Cate-Blanchet-Monopol-Ich-Bin-Kunst-Magazine-Tom-Lorenzo-Site-TLO-1

5deb746259fd58a5e754ad6eabd0d66f

monopol-copy

m0215_Seite_005_1267706_r288

m0215_Seite_006_1267706_r623

m0415_Seite_009_1267708_r987

m0315_Seite_011_1267707_r877

m0315_Seite_010_1267707_r262

m0315_Seite_009_1267707_r187

 


Monopol Magazin | Monopol Magazin di iTunes

Quoted

Some nature is better polluted by design and art

Henricus Linggawidjaja