Type :Solo Exhibition
Year :2012
Designer :Suyadi 'Pak Raden'
PENGANTAR
Oleh: Priyanto Sunarto
Wayang-Wayang Suyadi
(Dari pameran lukisan Suyadi di Lobby Art Cinema Jurusan Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (FFTV IKJ), Cikini Raya 73 Jakarta Pusat)
Menyambut ulang tahun ke-80 Pak Suyadi (Pak Raden), 28 November 2012
Gairah pada gerak kehidupan, itulah benang merah yang jadi jiwa karya Suyadi, baik di ilustrasi, animasi, boneka, maupun lukisan.
Cuplikan suasana kelas ilustrasi tahun 1969. Tugas hari itu adalah membuat tokoh dengan teknik boneka wayang karton. Mahasiswa sibuk menyeket dan memotong, memasang lengan pada karya wayangnya. Masa itu Suyadi yang lulus Seni Rupa ITB tahun 1960 masih mengajar ilustrasi di sekolah tersebut sampai 1975. Beliau berkeliling memperhatikan kerja muridnya sambil sesekali memberi pengarahan. Tiba-tiba Suyadi mengambil dua wayang karya mahasiswa yang belum sempat diwarnai, dan memainkannya di papan tulis layaknya seorang dalang. Gerak sabetan wayang dan permainan suara beliau membuat seluruh kelas terpana. Terlihat Suyadi menikmati betul permainan wayangnya. Setelah itu barulah beliau menjelaskan tentang karakter yang baik dan konstruksi wayang yang enak dimainkan. Sekejap kita faham apa itu permainan wayang.
Suyadi sangat piawai dengan wayang yang jadi kecintaannya sejak kecil (lahir di Puger, Jawa Timur, 28 November 1932). Bahkan selama kuliah animasi di Prancis (di Les Cineast Associest dan Martin Bouchet, 1961-1964), beliau mengisi waktu luang dengan mendalang wayang kulit dalam bahasa Prancis. Hingga tak mengherankan bila pameran lukisan kanvas beliau memperlihatkan penghayatan terhadap seni panggung tradisi tersebut. Selain adegan panggung, juga ditampilkan suasana di belakang panggung dan suasana para nayaga di depan panggung.
Pada pameran lukisan karya Pak Suyadi bertajuk “Panggung Kanvas: Pameran Seni Rupa Pak Raden” di Lobi Fakultas Fillem dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta pada tanggal 13 20 Juli 2012, tujuh belas karya kanvas umumnya menampilkan suasana wayang orang Jawa. Semua dilukiskan dengan akurasi semirip mungkin sesuai dengan pernyataannya, gaya saya adalah realisme figuratif. Mungkin masih bisa ditambah kata naratif, karena tiap gambarnya bercerita dengan jelas apa yang sedang terjadi. Tiap karya menyuguhkan cerita visual fragmen kehidupan dunia panggung wayang. Kebanyakan adegan sangat dikenal penggemar wayang orang: perang kembang, gara-gara (punakawan), Srikandi-Mustakaweni, Gatotkaca melawan pasukan raksasa (Sekipu), adegan Rahwana dan Sinta. Bahkan suasana di balik panggung (bersolek, luluran, pandangan dari sisi panggung) diungkap penuh perhatian. Melihat karya beliau menggugah kenangan tentang pertunjukan tradisi yang mulai punah itu. Suyadi pun mengangkat suasana pesta rakyat seperti rampak kendang, tayuban, angung dangdut. Intensitas gerak tersebar di seluruh karya sebagai ciri buah tangan beliau.
Gerak Ruang Suyadi
Kalau kita perhatikan, seluruh kanvas Suyadi selalu dinamis, serba gerak. Hampir seluruh karya mengambil sudut gambar asimetris, baik diagonal maupun sudut pandang bawah atau atas. Gerak ini membuat kanvasnya hidup dan bergairah. Kalaupun ada susunan statis (punakawan wayang orang) maka peletakan tokoh-tokohnya yang bergerak dinamis. Pada panggung dangdut terlihat manusia begitu cair dengan keasyikan masing-masing. Rampak Kendang yang posisinya tersusun rapih tetap memancarkan gairah pada gerakan anak-anak pemain kendang. Demikian pula pada sketsa sekumpulan anak bermain suling. Tiap detail dapat dinikmati sebagai keasyikan tersendiri. Suasana yang penuh gerak pada karya beliau mencerminkan energi dan gairah beliau dalam berkarya.
Bahasa Wajah dan Tubuh
Semua gerak dalam karya Suyadi dapat ditangkap juga pada gerak tubuh dan ekspresi wajah para tokohnya. Suyadi sangat memerhatikan bahasa tubuh dan bahasa wajah pada semua objek yang digambarnya. Semua tokoh saling menunjang menyumbang ungkapan yang menyatu dalam kanvasnya. Dalam “ruang rias pria†Semar, raksasa, ksatria bersolek bersama. Rahwana membantu ksatria memasang ikat pinggang. Semua membentuk keakraban ruang rias. Pada karya kamar rias wanita adegan luluran terlihat perempuan Suyadi gemulai dengan kecantikan yang sangat Jawa. Suyadi mengambil model wajah dari lingkungan lokalnya, baik para pemain, nayaga dan penonton.
Dalam kanvas Suyadi semua tokoh sama pentingnya, termasuk ibu yang sedang menidurkan anak sambil melihat wayang kulit. Atau juga anak kecil tertidur di kotak wayang dalam Nonton Wayang Kulit. Dalam Malam Dangdutan semua gerak dan mimik bersatu membangun kegairahan musik. Dan anak-anak di pohon bergelayutan penuh perhatian. Semua kanvas Suyadi tak membiarkan para tokohnya pasif. Tiap orang terlibat dalam kadarnya masing-masing. Sebagai pengajar ilustrasi Beliau sangat menekankan pentingnya tiap figur dalam gambar menyumbang cerita dari bahasa tubuh dan karakter wajah dan mimik muka.
Baik dalam karya kanvas maupun ilustrasi buku keterlibatan bahasa tubuh dan wajah memegang peranan penting pada karya Suyadi. Pada boneka Si Unyil kita dapat melihat kekuatan karakter dari masing-masing boneka dan bagaimana seluruh tokoh membangun suasana cerita. Hal itu memudar setelah Pak Suyadi tidak lagi terlibat langsung dalam pembuatan acara televisi tersebut. Pancaran mata yang dulu kita nikmati dalam karya Kurnain Suhardiman dan Suyadi itu sekarang redup tanpa ekspresi. Padahal Suyadi sangat memerhatikan peran mata. Kita dapat menangkapnya dalam karya kanvas Tari Tayub dan Adegan Taman Soka. Pada sketsa anak-anak bermain suling kita menikmati bagaimana tiap anak menikmati dirinya sendiri melalui bahasa tubuh dan matanya.
Menangkap dan Memancarkan Kehidupan
Sejak awal Suyadi memantapkan diri jadi ilustrator dengan pusat perhatian manusia. Dan mungkin lebih khusus lagi anak-anak yang menjadi curahan kegiatan beliau. Sejak kembali ke Indonesia, sambil mengajar, beliau bekerja di Teaching Aid Centre, jalan Diponegoro, Bandung. Ruang kerjanya tahun 1969 penuh gambar dan boneka tangan semacam Si Unyil. Yang sangat mengesan adalah wajah penjahat dengan hidung besar, si gundul yang kemudian jadi Pak Ogah, juga wajah mirip Unyil, Melani, Uplis, Usro (jauh sebelum ada filem boneka si Unyil). Pak Suyadi mengajarkan mendongeng dan membuat boneka tangan untuk guru-guru. Diharapkan ketrampilan itu dapat dimanfaatkan guru mengajar melalui mendongeng di depan kelas, ataupun membuat teater untuk kebutuhan penyuluhan.
Semua itu menegaskan kecintaan Suyadi pada dunia anak disertai kesukaannya mendongeng. Beliau membuat banyak buku anak, naskah sekaligus ilustrasinya. Pada masa senjanya beliau mendongeng di hadapan anak-anak. Kalau sudah di depan anak, Suyadi berubah menjadi sangat bersemangat dalam berinteraksi dengan khalayak. Karena itulah beliau selalu dicintai dan dikenang banyak orang yang sekarang sudah bukan anak lagi. Dan kuncinya adalah melibatkan diri dan bicara dengan hati mirip dramawan saat memainkan peran. Bagi bekas murid-muridnya pedoman itu sangat berharga. Dalam semua karya kanvas beliau kembali kita menangkap pancaran bahasa hati yang jadi ciri khas beliau.
Dalam karya Suyadi, orang dewasa maupun anak mendapat peran sama, sikap egaliter terhadap kemanusiaan, ungkapan yang terpancar lewat kanvasnya. Setiap tokoh bergerak bebas sesuai perannya, dinamis mengungkap hatinya. Kebebasan muncul pada kelincahan gambar anak-anak pada karya Suyadi, penuh keingintahuan. Dalam karya Suyadi tiap objek menunjang cerita sesuai perannya, semua penting. Kebebasan dan kebersamaan itu sangat menonjol bila kita suatu hari akan mengupas karya ilustrasinya. Semoga pada artikel berikut kita bisa menikmati bersama keindahan yang sama terpancar dari ilustrasi buku-anak beliau.
Priyanto Sunarto, Sekeloa 25 November 2012
PENGANTAR
Oleh: Suyadi
Judul Lukisan:
Gatotkaca Melawan Pasukan Sekipu
Tahun Pembuatan:
N/A
Ukuran:
90 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Terilham dari lakon “Lahirnya Gatotkaca”. Sesudah digembleng di kawah Candradimuka, Gatutkaca mengusir pasukan Prabu Kalapracona yang dipimpin oleh Patih Sekipu untuk menyerang kahyangan
Judul Lukisan:
Abimanyu Melawan Raksasa
Tahun Pembuatan:
N/A
Ukuran:
90 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
–
Judul Lukisan:
Membantu Melulur Ibu
Tahun Pembuatan:
1990
Ukuran:
40 cm X 40 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Sebelum naik ke pentas, pemain wayang orang mengusap tubuhnya dengan lulur supaya tubuhnya berwarna terang
Judul Lukisan:
Srikandi – Mustokoweni
Tahun Pembuatan:
1995
Ukuran:
80 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Pertandingan antara Srikandi melawan Dewi Mustokoweni, puteri seberang yang mencuri pusaka Kalimasada
Judul Lukisan:
Kamar Rias Wanita
Tahun Pembuatan:
1993
Ukuran:
40 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
–
Judul Lukisan:
Dari Balik Sekat Panggung
Tahun Pembuatan:
1993
Ukuran:
70 cm X 70 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Dari lakon “Sinta Obong”. Sesudah Rahwana dikalahkan, Dewi Sinta dikembalikan pada Rama, tetapi Rama hanya mau menerima Sinta kembali bila Sinta dapat membuktikan cintanya dengan membakar diri dalam kobaran api.
Judul Lukisan:
Kamar Rias Pria
Tahun Pembuatan:
1994
Ukuran:
50 cm X 70 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
–
Judul Lukisan:
Adegan Taman Soka
Tahun Pembuatan:
1999
Ukuran:
65 cm X 95 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Dari lakon “Anoman Duta”. Anoman diutus oleh Rama mengawasi Dewi Sinta di keraton Alengka, sementara Rahwana yang rayuannya tidak diindahkan oleh Sinta, marah besar lalu menghunuskan kerisnya yang kemudian dicegah oleh Trijata, kemenakan Rahwana.
Judul Lukisan:
Adegan Perang Kembang
Tahun Pembuatan:
2002
Ukuran:
70 cm X 100 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Adegan perang yang “indah” di tengah ketegangan cerita. Perang antara satria (Arjuna) melawan Buta Cakil.
Judul Lukisan:
Berhias
Tahun Pembuatan:
N/A
Ukuran:
50 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Suasana kamar rias wanita
Judul Lukisan:
Nonton Wayang Kulit
Tahun Pembuatan:
2006
Ukuran:
80 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Dari lakon “Kangsa Adu Jago”. Pertarungan antara Bima melawan raksaksa Suratimantra
Judul Lukisan:
Menonton Wayang Kulit Dari Balik Kelir
Tahun Pembuatan:
2011
Ukuran:
70 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
–
Judul Lukisan:
Suasana Dalam Gedung Pertunjukan Wayang Orang
Tahun Pembuatan:
1995
Ukuran:
100 cm X 80 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Suasana waktu pertunjukan wayang orang sedang berlangsung
Judul Lukisan:
Punakawan Wayang Orang
Tahun Pembuatan:
N/A
Ukuran:
70 cm X 50 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
–
Judul Lukisan:
Tari Tayub
Tahun Pembuatan:
2012
Ukuran:
80 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Tari pergaulan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur
Judul Lukisan:
Rampak Kendang Bocah
Tahun Pembuatan:
2012
Ukuran:
90 cm X 60 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Permainan kendang massal oleh anak-anak
Judul Lukisan:
Malam Dangdutan
Tahun Pembuatan:
1997
Ukuran:
100 cm X 80 cm
Teknik Material:
Akrilik pada kanvas
Deskripsi Singkat Lukisan:
Acara joged dangdut di jalanan pada malam hari
Judul Sketsa:
Arjuna Wiwaha
Judul Sketsa:
Sketsa 4
Judul Sketsa:
Sketsa 5
Judul Sketsa:
Sketsa 6
Judul Sketsa:
Sketsa 7
Judul Sketsa:
Sketsa Hanoman
Judul Sketsa:
Sketsa Rampak Suling Bocah
Judul Sketsa:
Sketsa Srikandi Edan
Judul Sketsa:
Sketsa Tayuban 2