Online Exhibition

#

021

CURATOR'S STATEMENT

6 Desember 2013

Type :Collective Exhibition

Year :2013

Designer :Priyanto Sunarto & Syahrinur Prinka



“Menggambar merupakan tamasya tangan & pikiran; menjelajah tanpa batas tujuan, berkelana seenaknya sambil menangkap segala yang berterbangan di sekeliling kepala. Menelusuri, menemukan, ataupun tersesat, tetap saja jadi pengalaman menyenangkan; tanpa beban. Semoga saja hasil gambarnya, seperti apapun jadinya, dapat dinikmati bersama. Amin.”

– Priyanto Sunarto –

 

“Menggambar adalah mengembara dengan langkah gagah, jumawa, dan hebat, bisa juga tertatih-tatih, gugup, pesimistis. Menggambar mungkin dapat mengkhayalkan kenyataan, mungkin dapat menyatakan khayalan.”

– Syahrinur Prinka –


Politik Gambar Priyanto Sunarto – Syahrinur Prinka
oleh: Iwan Gunawan

 

S. Prinka dan Priyanto S. adalah dua sahabat, barangkali persahabatan kedua tokoh inilah contoh sebuah persahabatan sejati. Sejak muda mereka sudah bersama; sama-sama kuliah di Jurusan Seni Grafis Fakultas Seni Rupa ITB, sama-sama bekerja untuk majalah TEMPO, dan kemudian sama-sama juga mengembangkan Program Studi Desain Grafis di LPKJ-IKJ. Mereka berdua sangat produktif dalam melahirkan karya ketika bekerja di TEMPO. Priyanto membuat kartun di kolom Indonesiana dan Opini sementara S. Prinka menangani konsep “tatamuka” (istilah TEMPO untuk desain dan tata letak). Di samping itu, S.Prinka juga langsung menangani ilustrasi editorial. Karakter tulisan TEMPO yang padat informasi serta cenderung berat dibuat menjadi tidak “kering” melalui pemakaian bahasa yang “enak dibaca”. Selain itu, formula desain dan tata letak yang dibangun S. Prinka membuat TEMPO tidak hanya “enak dibaca” tapi juga “enak dilihat”. Desain dan ilustrasi yang ada di TEMPO melengkapi konten, bukan sekadar menggambarkan apa yang ada dalam berita. Lebih jauh lagi, ilustrasi gaya S. Prinka dan kartun gaya Priyanto S. menjadi bagian dari karakter yang melekat pada TEMPO hingga saat ini. Keduanya, pada masanya, setiap minggu merespon permasalahan yang sama dengan pendekatan teknik masing-masing. Pada akhirnya, dari karya-karya mereka secara keseluruhan, terlihat bagaimana latar belakang seni Grafis (Fine Art) berperan dalam membentuk karya-karyanya. Kenyataan itu menjadi tanda bahwa eksplorasi yang dilakukan dalam pendekatan fine art cukup efektif dalam menemukan kebaruan solusi kreatif dari segi tampilan maupun konsep suatu desain. Di sisi lain, disiplin kerja mereka sangat tinggi. Ada kesan kuat bahwa mereka mengabdi pada karya, karena penyempurnaan karya mereka dicapai melalui metode yang ketat dan terstruktur.


Priyanto Sunarto

 

Keluarga Soenarto barangkali bisa dikatakan keluarga yang tidak biasa. Sang ayah, R.S. Soenarto adalah seorang dokter tentara, dan sang anak, Priyanto Soenarto, adalah salah seorang ilustrator terkemuka Indonesia. Fakta bahwa ayah dan anak memilih profesi yang jauh berbeda tentu menarik untuk dicari sebabnya. Ternyata, meski sang ayah mengabdi sebagai dokter, Priyanto lahir dan tumbuh di dalam keluarga yang memiliki apreasiasi yang tinggi terhadap dunia seni, dunia yang terkait dengan penciptaan terkait kesenian. Keluarga ini memberi perhatian khusus pada dunia menggambar dan bermusik. Ia lahir di Magelang, 10 Mei 1947 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara. Berprofesi sebagai dokter tentara yang selalu berpindah-pindah kota membuat keluarga ini selalu berada dalam situasi baru dan ini tentu telah memperkaya pengalaman anak-anak di keluarga ini dan membentuk mereka menjadi pribadi yang bergaul luas.

Saat masih SMA ia pernah belajar menggambar kepada Dukut Hendronoto atau yang akrab dipanggilnya Pak Ooq dan di tempat inilah ia berkesempatan bertemu dengan banyak seniman. Kegemarannya menggambar dan keinginannya menjadi pelukis dirintisnya dengan melanjutkan pendidikan tingginya di FSRD ITB pada tahun 1965. Tiga tahun sesudah itu ia bertemu dengan S. Prinka (Alm.) yang ternyata adalah adik dari seorang temannya. Pada tahun 1973, Priyanto berhasil menyelesaikan pendidikan strata 1 dan meraih gelar sarjana pada bidang seni rupa, dengan membuat karya tugas akhir ilustrasi untuk puisi-puisi Danarto, Sutardji Calzoum Bachri, dan George Orwell.

 

Karya-karya Priyanto Sunarto

Priyanto-2

Priyanto S. Kilas Balik 1988, 1989


Web

Priyanto S. Kolom, 1977


Priyanto-20

Priyanto S. Opini, TEMPO, 1979


Priyanto-12

Priyanto S., Indonesiana – TEMPO, 1982


Priyanto-14

Priyanto S., Indonesiana – TEMPO, 1993


Priyanto-15

Priyanto S., Kartun – TEMPO, 2000


Priyanto-7

Priyanto S., Opini – TEMPO, 1991


Priyanto-3

Priyanto S., Opini – TEMPO, 1987


Priyanto-6

Priyanto S., Opini – TEMPO, 1989


Priyanto-4

Priyanto S., Opini – TEMPO, 1993


Priyanto-5

Priyanto S., Opini – TEMPO


Priyanto-17

Priyanto S., Penari, pastel , 1995


Priyanto-9

Priyanto S., Banteng Celeng, 2005


Priyanto-16

Priyanto S, The Dispute.. , 1992


Priyanto-19

Priyanto S., Di Meja, 1975


Priyanto-27

Priyanto S, Satrio Piningit


Priyanto-24

Priyanto S, Kumpulan Sajak, 1973


Priyanto-28

Priyanto S., Segara Iwak, 1995


Priyanto-21

Priyanto S., Salon Hetty Hair, 1995


Priyanto-26-

Priyanto S., Logo ITB


Priyanto-25

Priyanto S, Kumpulan Puisi Danarto, 1986


Syahrinur Prinka

 

Lahir dari seorang ayah yang anggota polisi sehingga harus selalu berpindah tugas demi mengawal negeri, Prinka kecil berkesempatan menghabiskan waktu di sejumlah kota di Sumatra Utara. Meski darah Minang mengalir di dalam tubuhnya, Syahrinur Prinka atau lebih dikenal luas sebagai S. Prinka dilahirkan pada 27 Februari 1947 di Bogor, jauh dari tanah Minang, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Sejak kecil S. Prinka sudah menunjukkan minat yang luar biasa pada kegiatan menggambar, tetapi bercita-cita menjadi guru. Sekolah Dasar Santo Pascalis di Tanah Tinggi, Senen, Jakarta Pusat adalah tempat ia menempuh pendidikan dasarnya hingga lulus tahun 1959, lalu melanjutkan sekolah menengahnya di Perguruan Tjikini hingga lulus SMA pada 1965.

Tahun 1967 ia masuk ke Jurusan Teknik Mesin ITB, tetapi hanya bertahan satu tahun. Tahun 1968 ia pindah ke Jurusan Seni Rupa (Grafis), Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung yang kemudian menjadi Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD ITB) seperti yang kita kenal sekarang. Bersama sahabatnya, Priyanto Soenarto, Prinka pernah bergabung dalam Studi Teater Mahasiswa Seni Rupa ITB (STEMA) di bawah pimpinan Sanento Yuliman (Alm.). Ia sempat istirahat kuliah akibat mengalami kecelakaan. Gelar sarjana muda diraihnya tahun 1972 sebelum akhirnya dua tahun kemudian berhasil menyelesaikan studi S1-nya dengan membuat karya ilustrasi novel Merahnya Merah karya Iwan Simatupang.

 

Karya-karya Syahrinur Prinka

Prinka-560x231

S. Prinka, Kolom – TEMPO, 1980


Prinka-6-560x819

S. Prinka, Kolom – TEMPO, 1979


Prinka-5

S. Prinka, Kolom – TEMPO


Prinka-4

S. Prinka, Kolom – TEMPO


Prinka-3

S. Prinka, Kolom – TEMPO


Prinka-2

S. Prinka, Kolom – TEMPO


Prinka-7

S. Prinka, Kolom – TEMPO, 1981


Prinka-9

S. Prinka, Caping – TEMPO, 1981


Prinka.jpg15-560x697

S. Prinka, Caping – TEMPO, 2002


Prinka-17

S. Prinka, Caping – TEMPO, 2002


Prinka-16-560x699

S. Prinka, Caping – TEMPO, 2002


Prinka-14-560x692

S. Prinka, Caping – TEMPO, 2002


Prinka-13-560x690

S. Prinka, Caping – TEMPO, 2002


Prinka-12-560x687

S. Prinka, Caping – TEMPO, 2002


Prinka-10

S. Prinka, Pameran Grafis, 1971


Prinka-8

S. Prinka, Edisi Khusus Catatan Pinggir


Prinka-18-560x782

S. Prinka, karya bebas, 1977


Karya Kolaborasi Priyanto Sunarto – Syahrinur Prinka

 

Kolaborasi-560x726

Saat Menuai Kejahatan


Kolaborasi-3-560x728

HAM Dalam HAM


Kolaborasi-2-560x788

Apa Siapa Penjahat