Type :Collective Exhibition
Year :2015
Designer :The Infinity Loop
Hanny Kardinata dan Tim DGI
1940-1949
Poster ’Boeng, Ajo Boeng’, Affandi, 1945
1950–1959
Sampul Buku ’Golek Duwit Sarana Tulisan’, 1954
1960–1969
Sampul Buku ’Riwajat Ejang Djugo Panembahan Gunung Kawi’, 1961
Penerbit Astagina, Surabaja, 1961.
72 halaman.
Desainer grafis: Soen Ing.
1970–1979
Brosur ‘Pameran Grafis’, Syahrinur Prinka (1947–2004), 1971
Poster ‘Pameran Gambar Cetak Saring’,Priyanto Sunarto (1947–2014), 1975
Sampul Kaset ’Di Batas Angan-Angan’, Gauri Nasution, 1978
1980–1989
Logo ’Pameran Rancangan Grafis ’80 Hanny, Gauri, Didit’, Gauri Nasution, 1980
Logo Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI), Sadjiroen, 1980
Poster Pameran Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI): Grafis’80, Tjahjono Abdi (1952-2005), 1980
Ilustrasi ILM ‘Bumi ini bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita’ , Tjahjono Abdi (1952-2005), Matari Advertising, 1980
Poster ’Opera Kecoa’, F.X. Harsono, 1985
Poster ILM ’Buatan Indonesia. Mengapa Tidak?’, Hanny Kardinata, 1987
Poster Pameran ’Grafis’89’, pameran bersama desainer-desainer IPGI-JAGDA, Lesin, 1989
Rupa huruf ’Palawa’, Bambang Widodo, 1998
1900–1999
Logo ’50 Tahun Indonesia Merdeka’, Tjahjono Abdi, 1995
Paviliun Indonesia pada Expo 2000, Hannover, Jerman, Henricus Kusbiantoro, 1999
Sampul Majalah ’Blank!’, Edisi No. 6/Juli-Agustus 2003
Buku ’Part One: Edward Hutabarat’, Henricus Linggawijaya, 2003
Sampul Majalah Desain Grafis ’Concept’ Volume 01 Edisi 05, 2005
Poster Kongres ADGI 2006 ’Unifying Spirit’, Ignatius Hermawan Tanzil, 2006
Sekuen Judul Filem ’300’, Yolanda Santosa, 2006
Sampul Majalah ’Newwork’ No. 1, Studio Newwork, 2007
Majalah ’Newwork’ No. 2, Studio Newwork, 2008
Logo Situs DGI, Henricus Kusbiantoro, 2007
1 Desember, pagi buta di San Francisco, AS, Henricus menyelesaikan rancangan identitas situs Desain Grafis Indonesia (DGI). Logo situs DGI kemudian diluncurkannya pada 2 Desember 2007 melalui sebuah artikel berjudul: Logo situs DGI dan harapan bagi kita semua.
Pada kata pengantarnya Henricus menyampaikan bahwa:
Identitas DGI mengekspresikan huruf ’i’ secara tersembunyi (ligature). Huruf ’i’ pada kata Indonesia menyatu dan melebur dengan ’DG’ sebagai ekspresi Indonesia adalah bagian dari Desain Grafis Internasional. Huruf ’i’ pada Indonesia juga tidak hadir sekadar sebagai unsur dekoratif elemen kultur khas Indonesia, tetapi lebih sebagai fungsi atau problem solving. Desain Grafis bukanlah dekorasi tetapi problem solving.
Logo yang ditampilkan ini merupakan sentuhan terakhir Henricus pada 2014 setelah logo tersebut terdaftar pada 2009 di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Buku ’I See Indonesia’, Arief ’Ayip’ Budiman, 2008
Buku I See Indonesia berisi kumpulan seni visual mengenai Indonesia yang diciptakan oleh Ayip sepanjang 2002–2008 sebagai karya pribadi, yang dikerjakannya dalam beragam medium dan gaya. Karya-karya yang ditampilkan merupakan responsnya terhadap Indonesia yang menjadi kebanggaan, sekaligus kegelisahannya. Dituangkan dalam bentuk visual yang tipografis, karikaturis, grafis, juga fine art.
Edisi khusus versi cetak buku ini dibuat hanya 100 buku dengan isi 53 karya dalam 100 halaman berwarna hitam, merah dan putih, diterbitkan oleh MatameraBook—penerbit indie yang menerbitkan buku-buku yang terkait dengan seni dan budaya—berbasis di Bali.
Buku ini diluncurkan secara daring bertepatan dengan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2008. Situs DGI adalah virtual venue yang menjadi tuan rumah bagi peluncurannya.
Instalasi Program Kampanye ’Hari Bumi 2008’, Nigel Sielegar, 2008
Saat menempuh pendidikannya di School of Visual Art (SVA), Nigel Sielegar berkesempatan mengikuti kompetisi International Contemporary Furniture Fair (ICFF) pada ajang tahunan New York Design Week 2008, dan memperoleh penghargaan tertinggi. Dalam rangka memperingati Hari Bumi, kerja kolaborasinya bersama Kevin O’Callaghan pada kompetisi tersebut dilanjutkannya dengan merancang sebuah instalasi untuk NBC, menggunakan ratusan bangkai ponsel. Tujuannya adalah umtuk menyadarkan bahwa baterai ponsel yang mengandung bahan kimia beracun dan berbahaya itu berpotensi besar dalam merusak lingkungan. Karya instalasi berukuran raksasa (tinggi 5,5 x lebar 7,3 m) ini dipajang di Rockefeller Center dan dinobatkan sebagai salah satu dari 12 most amazing recycled creations from electronic waste.
Klien: NBC Television
Sampul Majalah Kreatif Berbasis Desain Grafis ’Versus’ Edisi No. 1: Identitas KeIndonesiaan. 2008
Edisi perdana Majalah Versus terbit pada bulan November 2008 (beredar di toko buku mulai tanggal 17 November 2008).
Tema edisi ini, Identitas Keindonesiaan mengetengahkan perlu tidaknya identitas keIndonesiaan pada desain grafis. Dimulai dengan diskusi terbatas mengenai perlu tidaknya penulisan sejarah desain grafis di Indonesia—oleh para panelis dari generasi dan latar belakang yang berbeda—dalam acara diskusi Hot Ice Tea #1. Pendalaman masalah ini dilanjutkan pada acara diskusi Hot Ice Tea #2 mengenai implikasi pemahaman budaya pada desain grafis Indonesia. Kedua hasil diskusi ini kemudian dirangkum menjadi inti bahasan rubrik Vice Versa.
Majalah Versus terbit dua bulan sekali, dan memosisikan diri sebagai majalah kritis dan kontroversial. Artikel utamanya dikemas dari dialog, diskusi, bahkan debat, agar isu-isu grafis bisa digali lebih dalam, hingga memunculkan opini-opini yang lebih tajam. Untuk mencapai tujuan itu, Versus memadukan bahasan desain grafis dengan disiplin-disiplin seni dan desain lainnya seperti fotografi, arsitektur, interior, produk, fesyen, dll.
Sampul Majalah ’Versus’ Edisi No. 2: Art vs. Design. 2009
Atas: Marryana Sutaryo & Adi Handoyo
Bawah: Magdalena R. Agung
Di edisi ini dibahas dikotomi seni versus desain; sebuah topik yang sering ditepis karena dianggap tidak pernah bermasalah, tetapi kerap menimbulkan pengkotakan di kampus maupun di industri.
Halaman-halaman Isi Majalah ’Versus’ Edisi No. 2, 2009
Atas-bawah: Bima Nurin Aulan, Cecil Mariani, Bima Nurin Aulan
Tipografi Terapan untuk Majalah ’Versus’: We are Stupid, Eric Wijaya, 2009
Majalah Versus menerbitkan serial kartu pos menampilkan sejumlah artwork, Eric Wijaya merupakan salah seorang desainer yang diundang untuk mengirimkan karyanya. Eric, dengan cara yang jujur, melalui rancangannya ini menggambarkan situasi yang dialaminya di lingkungan kerjanya.
Tipografi ’A–Z Archipelago’, Hermawan Tanzil/LeBoYe, 2009
Koleksi font dekoratif yang terinspirasi dari kekayaan warisan kebudayaan Indonesia. Terdiri dari 26 huruf yang menampilkan esensi simbol-simbol dari berbagai motif kultural dalam struktur nan modern.
Proyek ini dikerjakan dengan riset dan berbagai ekperimen desain selama kurang lebih 10 tahun. Sepanjang prosesnya, terjadi berbagai pendekatan penyusunan ornamen-ornamen dalam ke-26 huruf yang ada, dengan maksud untuk menampilkan wajah archipelago dalam variasi tanpa mengistimewakan hanya beberapa etnis/kultur saja.
Poster Indonesian Graphic Design Award (IGDA) 2009
Art Director: Henricus Kusbiantoro
Ilustrator: Triyadi Guntur
IGDA adalah wujud penghargaan bermartabat bagi insan desain grafis Indonesia atas pencapaian kualitas karyanya. IGDA diselenggarakan agar tercipta suatu standar yang menjadi tolok ukur (benchmark) bagi kualitas desain grafis Indonesia sehingga kelak eksistensi desain grafis Indonesia bisa diperhitungkan di dunia internasional. Selain itu diharapkan terjadi pendokumentasian karya-karya
desain grafis Indonesia untuk kelak diwujudkan dalam bentuk Museum Desain Grafis Indonesia (MDGI) yang berfungsi sebagai pusat studi dan pengembangan desain grafis Indonesia.
SPIRIT IGDA
Padi merunduk berarti padi yang telah siap dituai, dipanen, matang, dan siap didistribusikan, dikonsumsi untuk kelak bermanfaat bagi yang menerimanya. Penghargaan terhadap desainer grafis—yang bermartabat, berintegritas, dan bertanggung jawab terhadap kesinambungan, pemberdayaan profesi dan keilmuan desain grafis Indonesia—serta karyanya mencerminkan keberhasilan optimal komunikasi visual yaitu menjawab permasalahan, berciri khas, kreatif dan inovatif, inspiratif dan motivasional bagi profesi dan keilmuan desain grafis.
Instalasi Majalah ’Versus’ di FGDexpo 2009, Yasser Rizky, 2009
Judul: Indonesia and Criticism
Ide: Wacana dalam Instalasi
Desainer: Yasser Rizky, bersama tim (Tatiana Romanova Surya, Hadistian M. Khafi, Aldrian, dan Putra Agung)
Desain instalasi ini terbangun hanya dari elemen-elemen tipografi. Melalui karyanya ini, Yasser Rizky ingin menyampaikan pemikiran personalnya yang sejujurnya mengenai Indonesia dan Kritisisme. Tipografi dalam instalasi ini menggunakan rupa huruf YR Medula Grotesk hasil rancangannya sendiri.
2010–2019
Poster dan Kalender The PaperFace ‘Inspiring Indonesian Heroes’, Sandy Karman, 2013
Dalam hubungannya dengan spirit Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Sandy Karman menginisiasi sebuah proyek pribadi: The PaperFace.
The PaperFace adalah karya seni yang dibuat dari kertas sampul coklat (sampul kopi yang biasa digunakan untuk membungkus buku tulis anak SD) yang diangkat melalui fotografi dan teknik pencahayaan. Profil dan tekstur dieksekusi melalui teknik merobek, melipat, dan mencubit kertas secara manual dengan tangan dan melalui teknik grafis cukil kayu (tapi dalam hal ini di atas kertas). Karya yang telah selesai dibuat lalu difoto dengan mengatur sudut pencahayaannya—untuk mengangkat tekstur dan siluet wajah—beralaskan karton hitam. Robekan pada kertas membentuk outline yang menjadi garis besar ilustrasi, sedangkan cubitan-cubitan pada kertas, membentuk kerutan-kerutan wajah yang kontras dengan sudut cahaya dan kertas menjadi sebuah potret yang hidup. Selanjutnya, proses pelipatan dan pelecekan kertas dibuat secara spontan untuk memperkaya tekstur, sekaligus memberikan nuansa ekspresivitas yang “asal” dan tidak terlalu rapi. Setiap karya mengulik ketepatan dan ketekunan detil dalam impresi pencitraan yang spontan dan ekspresif. Karya dan teknik ini mewakili kesatuan harmonis antara yang fundamental dan inovasi, kesederhanaan dan kompleksitas.
Instalasi Booth DGI di FGDexpo 2013, Yan Mursid, Novita Angka, dan Adi Handoyo
Merespons tawaran Forum Grafika Digital (FGD) untuk mengisi sebuah booth di FGDexpo 2013 (26–29 September 2013), DGI mengajak Yan Mursid, Novita Angka, dan Adi Handoyo merancang konsep booth DGI dengan tema yang berpijak pada slogan DGI: Membimbing pemahaman di antara desainer grafis Indonesia dan persimpangannya dalam seni, desain, kebudayaan, dan masyarakat.
Melalui rancangannya, Yan, Novita dan Adi mengajak para desainer grafis untuk bangga pada profesinya terlebih dulu dan menampilkan video rangkaian profil desainer-desainer lintas generasi yang diproyeksikan pada sebuah layar backdrop. Tiap desainer menyebutkan namanya sambil mengucapkan kalimat “Saya seorang desainer grafis”. Video itu diekspos di atas naskah slogan DGI yang terbuat dari akrilik putih yang dibentuk menggunakan teknologi laser cutting dan ditempelkan pada backdrop tersebut. Bentuk booth sederhana, dengan rak kecil di sisi belakang untuk memajang merchandise dan brosur DGI. Sebuah meja diletakkan di sisi depan dipakai untuk menyimpan LED TV yang memuat reel yang merekam audio-video profil desainer-desainer itu.
Beberapa hari menjelang pembukaan pameran disebarkan rangkaian kampanye mim (meme) lewat media-media sosial yang mengungkap pengalaman-pengalaman para desainer grafis dalam menjalankan profesinya.
Buku ’Perspektif: 19 Desainer Grafis Muda Indonesia’, Vincent Wong, 2014
Buku ini merupakan buku pertama yang diterbitkan oleh DGI Press (2014). Perspektif mengangkat wacana desain grafis melalui beragam pemikiran para desainer grafis muda Indonesia. Ke-19 desainer muda yang berkontribusi dalam proyek ini adalah: Aditya Wijanarko, Cecil Mariani, Cempaka Surakusumah, Danis Sie, Ika Putranto, John Kudos, Khaerun Rizdky, Max Suriaganda, Mayumi Haryoto, M. Hendra Permana, Nigel Sielegar, Novita Angka, Rege Indrastudianto, Richard Fang, Sandy Karman, Yan Mursid, Yasser Rizky, Yusuf Asikin, dan Zaky Arifin.
Poster-poster Kampanye Politik pada Pemilihan Umum 2014, Demokreatif (Berakar Komunikasi)
Hentikan Cukong Bakar Lahan! Selamatkan Masa Depan, 2014
8 Tahun Lapindo, 2014
PosterAksi Kampanye ’Hari Bumi 2014’, Alit Ambara/Nobodycorp, 2014
Untuk memperingati Hari Bumi 2014, Alit Ambara (Nobodycorp) merancang 26 buah PosterAksi yang bisa dengan bebas dipilih, diunduh, dicetak, dan dipamerkan pada masyarakat.
Beberapa di antara ke-26 poster itu dipamerkan di sini:
Fair Trade, 2012
Stop Ekspansi Sawit, 2013
Kapitalisme Membunuh, 2011
Melawan, Menang!, 2014
Sampul Album Musik ’V’, Bayu Santoso, 2014
Sampul album yang dirancang oleh Bayu Santoso ini dinobatkan sebagai pemenang kontes desain sampul album ‘V‘ dari kelompok musisi pop rock Maroon 5. Visualnya berupa wajah harimau dengan dominasi warna putih yang dikombinasi dengan warna abu-abu dan coklat. Huruf V ditampilkannya di antara garis wajah, dari mata hingga ke mulut. Figur binatang dipilihnya karena lagu ‘Animals‘ merupakan lagu andalan Maroon 5 di album ini. Maroon 5 (1994-sekarang) beranggotakan Adam Levine, James Valentine, Jesse Carmichael, Mickey Madden, dan Matt Flynn.
Sebelumnya, Bayu juga pernah menjadi pemenang kontes artwork yang diselenggarakan oleh Billy Joel.
Logo dan Maskot Kampanye ’Seni Lawan Korupsi’, Henricus Kusbiantoro, 2015
Atas permintaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Koalisi Seni Indonesia (KSI), Henricus Kusbiantoro merancang logo gerakan nasional para pelaku seni dan kreatif melawan korupsi. Gerakan ini dinamakan ’Seni Lawan Korupsi’.
Seni Lawan Korupsi merupakan serangkaian aktivitas kesenian yang berkesinambungan dalam bentuk pameran, pertunjukan, bursa, dan pidato kebudayaan yang melibatkan para pegiat seni yang peduli. Deklarasi Seni Lawan Korupsi pertama kali dikumandangkan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Kamis, 5 Maret 2015.
Poster ’Seni Lawan Korupsi’
Beratus Ribu Perjuangan Tersia-sia, Final Toto, 2015
Berpuluh Ribu Mimpi Terkubur, Final Toto, 2015
Logo ’70 Tahun Indonesia Merdeka’, Nigel Sielegar, 2015
Logo ini diinisiasi oleh Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) bersama Nigel Sielegar.
LOOK BACK, TO MOVE FORWARD
It’s been 70 years since Indonesia declared its independence in 1945. Despite all the turbulences, we’ve been standing strong as a nation.
We’re proud to stand together as a country full of culture and diversity. We’re proud to be a nation full of natural wealth, and potentials.
Only by looking back, that we can move forward. Let’s clean our wounds, wipe our sweat, and gather our strength.
We have a heritage to preserve and a nation to build. Let’s roll our sleeves, hold up our values, and step our foot forward.
Together, let’s build Indonesia.
—Nigel Sielegar
*) Catatan HK: Walau rancangan logo ini tidak digunakan sebagai logo resmi 70 Tahun Indonesia Merdeka, tapi karena filosofinya yang (kebetulan) sama dengan semangat Sewindu DGI, dan terutama dengan konsep pendirian DGI, maka DGI merasa terpanggil untuk menampilkannya sebagai penutup pameran daring ini.