Online Exhibition

#

029

CURATOR'S STATEMENT

The Infinitive Loop

Type :Collective Exhibition

Year :2015

Designer :The Infinity Loop



Pengarsipan di Situs Desain Grafis Indonesia (DGI) Dari Masa ke Masa

Desain Grafis Indonesia (DGI) didirikan pada 13 Maret 2007 sebagai situs kolaboratif yang memfokuskan diri pada Sejarah Desain Grafis Indonesia (SDGI) sebagai bagian integral dari desain grafis dunia. Visinya adalah membimbing pemahaman di antara desainer grafis Indonesia dan persimpangannya dalam seni, desain, kebudayaan, dan masyarakat. Konsep pemahaman diharapkan terwujud melalui pencatatan SDGI dari waktu ke waktu secara daring, agar segala sesuatu yang pernah terjadi tak hilang jejak, dan agar generasi muda desainer grafis Indonesia memiliki rujukan mengenai perjalanan desain grafis Indonesia.

Dengan memanfaatkan teknologi virtual, DGI mengumpulkan, dan mempublikasikan informasi mengenai desain grafis Indonesia secara berkesinambungan ke seluruh Indonesia, juga dunia. Selain sebagai portal atau media informasi, DGI juga berfungsi sebagai pusat data dan kajian desain grafis Indonesia. Kontennya terdiri atas data visual dan data verbal.

Memperingati usia sewindu DGI pada 13 Maret 2015 ini, kami menyajikan perjalanan karya para perancang Indonesia yang tersimpan dalam arsip DGI, dalam DGI Online Exhibition #31. Pameran daring ini sekadar sebagai pengantar mengajak audiens untuk mengarungi ”perjalanan” yang lebih panjang di Situs DGI. Audiens akan diajak menyaksikan secara selintas perkembangan gaya visual, aliran, dan media yang digunakan oleh para desainer Indonesia berdasarkan garis waktu per dekade.

Dalam upaya refleksi, angka ‘8’ yang disandang sebagai usia tahun ini mengundang DGI untuk menyelami kembali sebuah ‘ketiadaberakhiran’—sebagaimana angka ‘8’ itu terstruktur. Refleksi akan ‘ketiadaberakhiran’ menyodorkan kembali akan esensi sejarah: ia tak terjadi dalam garis waktu yang linear.

Tiap peristiwa, momentum, tren, sikap hidup manusia dan hasil karya cipta serta dobrakan-dobrakannya terjadi dalam garis waktu yang bergerak dalam suatu loop yang tak kenal putus. Tengok bagaimana dalam sejarah desain grafis Barat (yang menjadi salah satu patron keilmuan desain grafis di Indonesia) dapat memunculkan tokoh-tokoh sekaligus pergerakan baru dari zaman ke zaman dengan berani melangkah ke masa lalunya: untuk dihadapi dan ditanggapi. Karenanya, pencatatan sejarah dan interaksi yang akrab dengannya menjadi krusial: agar kita dapat terus menarik diri ke belakang untuk dapat melesat lebih jauh ke depan. The Infinity Loop.

Ulang tahun DGI yang ke-8 ini kami jadikan momentum untuk memulai sebuah upaya perjalanan waktu yang tak lagi linear itu. Upaya ini juga menjadi salah satu jalan untuk dapat bersama membangun pemahaman akan apa itu yang disebut sebagai ‘desain grafis Indonesia’; sebuah jati diri yang sulit untuk dapat disimpulkan, terlebih jika kaki-kaki sejarahnya rapuh dan goyah.

Namun demikian, kami percaya desain grafis akan selalu menjadi bagian dari masyarakat; ia lahir di sana dan akan tumbuh di sana pula. Oleh karenanya, DGI juga akan terus berbenah agar dapat semakin maksimal memberikan manfaat; tak hanya bagi dirinya, namun juga bagi masyarakat yang menjadikannya hidup dan bersejarah.

Selamat menikmati DGI Online Exhibition #31: The Infinity Loop. Mari (terus) membangun Indonesia, lewat desain grafis!

Hanny Kardinata dan Tim DGI

 


Exhibition

 

poster-boeng-small


 

1940-1949
Poster ’Boeng, Ajo Boeng’, Affandi, 1945


Suatu saat, pelukis Affandi (1907–1990) mendapat tugas merancang poster perjuangan. Konsepnya berasal dari Presiden Soekarno: gambar orang yang dirantai, tapi rantai itu sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah (1919–1996).
Penyair Chairil Anwar (1922–1949) yang kebetulan hadir, atas permintaan Sudjojono, mengusulkan kata-kata Boeng, ajo boeng sebagai tajuk poster. Semua sepakat, dan kata-kata itu kemudian dibubuhkan dengan gaya tulisan tangan Soekarno. Sekelompok pelukis—di antaranya Baharuddin M.S. (1911–1988), Abdul Salam, dll.—memperbanyak poster itu, untuk kemudian dikirimkan ke seluruh wilayah perjuangan.

Memperingati 100 tahun Affandi, para perupa menggelar pameran bersama 1–14 September 2007 di tiga lokasi di Yogyakarta, dengan tema yang diambil dari judul poster yang dianggap legendaris ini, yaitu ‘Boeng Ajo Boeng: Tafsir Ulang Nilai-nilai Manusia Affandi’.


 

Golek-Duwit


 

1950–1959
Sampul Buku ’Golek Duwit Sarana Tulisan’, 1954


Sampul buku berbahasa Jawa berjudul ’Cari Nafkah dengan Cara Menulis’ (dalam bahasa Jawa: ’Golek Duwit Sarana Tulisan’). Terbitan: Soerabaya, 1954.
Pengarang: Soebagya IN, yang sering menulis kolom bahasa Jawa di Edisi Minggu Ini, harian Suara Merdeka, Semarang, era 1980an.


 

Penerbit-Astagina-Surabaja-1961.-72-halaman best 2

 

1960–1969
Sampul Buku ’Riwajat Ejang Djugo Panembahan Gunung Kawi’, 1961

Penerbit Astagina, Surabaja, 1961.
72 halaman.
Desainer grafis: Soen Ing.


 
Prinka-10

1970–1979
Brosur ‘Pameran Grafis’, Syahrinur Prinka (1947–2004), 1971


 
1975_cet1 best


 

Poster ‘Pameran Gambar Cetak Saring’,Priyanto Sunarto (1947–2014), 1975


 
dibatas-angan-angan


 

Sampul Kaset ’Di Batas Angan-Angan’, Gauri Nasution, 1978

Album musik yang diluncurkan pada November 1978 ini menurut pengamat musik Denny Sakrie memiliki kualitas terbaik dalam industri musik pop tanah air saat itu. Dengan kemasan seperti kotak pembungkus rokok, album ini didominasi warna coklat sepia.

Judul albumnya ’Di Batas Angan-Angan’. Judul ini merupakan lagu karya Keenan Nasution dan Rudi Pekerti yang sempat terpilih sebagai finalis Festival Lagu Populer Indonesia 1977.


 
logo-pameran-1980-1 best
 

1980–1989
Logo ’Pameran Rancangan Grafis ’80 Hanny, Gauri, Didit’, Gauri Nasution, 1980


Jakarta, 16 Juni–24 Juni 1980. Di Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus Huis, jalan Menteng Raya 25, Jakarta, berlangsung pameran desain grafis dari tiga desainer grafis Indonesia: Hanny Kardinata, Gauri Nasution, dan Didit Chris Purnomo bertajuk ‘Pameran Rancangan Grafis ‘80 Hanny, Gauri, Didit’. Pameran ini mengemban misi memperkenalkan profesi desainer grafis ke masyarakat luas, di samping agar karya desain grafis diapresiasi sebagai karya seni. Tujuan ini dinyatakan tidak hanya dengan memeragakan hasil akhir, tapi juga proses penciptaan sebuah karya, hingga perjalanan proses penautan separasi warna (color separation).

Menurut pengamat seni rupa, Agus Dermawan T. pameran ini merupakan pameran desain grafis pertama di Indonesia yang diadakan oleh desainer-desainer grafis Indonesia.


 
IPGI-logo1
 

Logo Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI), Sadjiroen, 1980

Logo IPGI terwujud dari hasil coretan tangan M. Sadjiroen Del (1931–?), desainer uang Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) yang juga adalah anggota tertua pendiri IPGI. Logo ini dipergunakan sejak berdirinya IPGI pada 1980, dan berlangsung hingga 1994, ketika IPGI—melalui mekanisme pemungutan suara pada kongres pertamanya—berganti nama menjadi Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI).


 
grafis-80-1
 

Poster Pameran Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI): Grafis’80, Tjahjono Abdi (1952-2005), 1980

Poster pameran pertama IPGI ini juga berfungsi sebagai brosur pameran. Di dalamnya tercantum antara lain tulisan Sadjiroen (sebagai pengantar pameran), Agus Dermawan T., Priyanto Sunarto, dll.

Pameran Grafis’80 berlangsung 24 September–10 Oktober 1980 di Wisma Seni Lingkar Mitra Budaya, jalan Tanjung 34, Jakarta.


 
poster-lingkunganhidup13
 

Ilustrasi ILM ‘Bumi ini bukanlah warisan dari nenek moyang kita, melainkan pinjaman dari anak cucu kita’ , Tjahjono Abdi (1952-2005), Matari Advertising, 1980

Iklan Layanan Masyarakat (ILM) bertema lingkungan hidup karya Tjahjono Abdi (1952–2005) ini masuk final Clio Awards, ajang kompetisi global di bidang periklanan dan desain berbasis di NYC, dan memperoleh penghargaan Certificate of Excellent. Iklan ini dirancang oleh Tjahjono Abdi yang pada waktu itu menjabat sebagai Creative Director Matari Advertising (1977–1980).

 


 
fx-harsono-19853-small
 

Poster ’Opera Kecoa’, F.X. Harsono, 1985


 
hannykardinata-jakarta4-small
 

Poster ILM ’Buatan Indonesia. Mengapa Tidak?’, Hanny Kardinata, 1987

Poster ini memenangkan hadiah pertama lomba poster (terbesar pada masanya) yang diselenggarakan oleh Kementerian Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (UP3DN), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I).

Tujuan lomba ini adalah untuk menggalakkan pemakaian produk dan jasa buatan dalam negeri dengan jalan meningkatkan citranya di mata masyarakat. Karya-karya finalis dibukukan, dan beberapa karya yang menang dicetak oleh negara dalam jumlah ratusan ribu eksemplar.


 
grafis-89-scan1

 

Poster Pameran ’Grafis’89’, pameran bersama desainer-desainer IPGI-JAGDA, Lesin, 1989

Pameran Desain Grafis Indonesia-Jepang ke-2: Grafis’89 diselenggarakan oleh Ikatan Perancang Grafis Indonesia (IPGI) bekerjasama dengan Japan Graphic Designers Association (JAGDA) dan Japan Foundation, diselenggarakan berturut-turut, di Jakarta: di Gedung Pameran Seni Rupa (Depdikbud), jalan Merdeka Timur 14 (Gambir) pada 23–30 Maret 1989; di Bandung: di Yayasan Pusat Kebudayaan, jalan Naripan pada 12–20 April 1989; dan di Yogyakarta: di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI), jalan Gampingan pada 26 April–3 Mei 1989.

Sebelumnya, pameran bersama ini diselenggarakan ppertama kali pada 1988 dengan tajuk Grafis’88.


 
Palawa1

 

Rupa huruf ’Palawa’, Bambang Widodo, 1998

Rupa huruf rancangan Bambang Widodo saat masih kuliah di Jurusan Desain Grafis Universitas Trisakti ini dipergunakan sebagai huruf display resmi Indonesian Graphic Design Award (IGDA) 2009.

Aksara Palawa berasal dari India bagian Selatan. Aksara ini sangat penting bagi sejarah Indonesia karena merupakan aksara dari mana aksara-aksara Nusantara diturunkan.


 
Logo-50-Tahun-Indonesia-Merdeka-Tjahjono-Abdi

 

1900–1999
Logo ’50 Tahun Indonesia Merdeka’, Tjahjono Abdi, 1995


Tampak di pojok kanan bawah tanda tangan persetujuan alm. Presiden Soeharto.


 
Poster-Palawa1

Poster rupa huruf ’Palawa’, Bambang Widodo, 1998
 


 
expo_indonesia

 

Paviliun Indonesia pada Expo 2000, Hannover, Jerman, Henricus Kusbiantoro, 1999

Desainer, tipografer, fotografer: Henricus Kusbiantoro.


 
Blank-Magazine

 

Sampul Majalah ’Blank!’, Edisi No. 6/Juli-Agustus 2003

Dimotori oleh M. Arief Budiman, Managing Director Petakumpet, Yogyakarta, majalah desain grafis Indonesia pertama, Blank! terbit di Yogyakarta, Kamis, 14 Februari 2002.

Visinya ingin memberdayakan orang-orang kreatif melalui sudut pandang visual yang ekstrem (to empower creative people through extreme visual perspective). Majalah ini terbit dua bulan sekali.


 
Henricus-Linggawidjaja-1,-2003

 

Buku ’Part One: Edward Hutabarat’, Henricus Linggawijaya, 2003


 
Concept Volume 01 Edisi 05, 2005

 

Sampul Majalah Desain Grafis ’Concept’ Volume 01 Edisi 05, 2005

Berdasarkan figur burung dalam kaligrafi zoomorphic Jawa dari dokumen Serat Selarasa, Cirebon, 1835. Koleksi Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.

Majalah desain grafis Concept diterbitkan dua bulan sekali oleh PT Concept Media untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai desain grafis dan sebagai referensi bagi para desainer grafis, creative director, art director, serta pelaku kreatif lainnya.


 
adgi-1st-congres-poster
Unifying Spirit

 

Poster Kongres ADGI 2006 ’Unifying Spirit’, Ignatius Hermawan Tanzil, 2006

Kongres ADGI yang pertama diselenggarakan pada Rabu, 19 April 2006 di Ballroom Hotel Le Meridien, Jakarta. Pada kesempatan ini, terpilih formasi presidium yang terdiri dari 5 orang yaitu Andi S. Boediman, Danton Sihombing, Hastjarjo B. Wibowo, Hermawan Tanzil, dan Lans Brahmantyo, untuk memimpin ADGI selama periode 1 tahun dengan mengusung tema “Unifying Spirits”.

Kongres pertama Adgi ini diawali dengan seminar bertema ’The Power of Design in Creative Economy’ yang menghadirkan dua desainer internasional: Simon Pemberton (Australian Graphic Designer Association, Australia), dan Kan Tai-Keung (Kan and Lau Design Consultant, Hong Kong), serta Sigit Pramono (Direktur Utama BNI).
Seminar bertujuan untuk menyatakan kepada publik pentingnya (dan besarnya) potensi desain grafis dalam meningkatkan kompetisi di dunia bisnis, memberi arahan know-how di bidang desain grafis untuk menumbuhkan tingkat kompetisi di kancah bisnis Indonesia, serta menjadi wadah untuk belajar tentang tren, riset, dan bisnis yang menggunakan desain grafis sebagai instrumen.


 
300

 

Sekuen Judul Filem ’300’, Yolanda Santosa, 2006

Sekuen judul filem ini dirancang sebagai bentuk penghormatan kepada Frank Miller, pengarang novel grafis sejarah yang menjadi inspirasi dari filem dengan judul yang sama ini, yaitu 300, dengan memvisualkan darah sebagai motif utamanya, yang menjadi kekuatan dari rancangan sekuen ini.

Klien: Warner Brothers

Yolanda Santosa memulai kariernya di Amerika merancang judul utama untuk filem, di antaranya: 300, Desperate Housewives, dan Ugly Betty. Ia menerima beberapa penghargaan, termasuk berturut-turut tiga nominasi Emmy dan ADC Young Guns 6 Award.


 

C_1

 

Sampul Majalah ’Newwork’ No. 1, Studio Newwork, 2007

Majalah Newwork adalah publikasi dua bulanan berukuran besar bagi para ahli seni-seni baru. Majalah berkonotasi kepenggubahan-desain (design-authorship) ini mulai diterbitkan pada 2007 di New York oleh Studio Newwork, di mana terlibat di dalamnya seorang desainer grafis Indonesia, Aswin Sadha, di samping Ryotatsu Tanaka, Ryo Kumazaki, dan Hitomi Ishigaki. Isu-isunya memfiturkan karya-karya baru seniman dan kurator seni internasional bidang-bidang seni rupa, desain, fesyen haute couture, budaya, dan politik, dengan manajemen tipografi (huruf-hurufnya dirancang khusus) yang mengetengahkan desain-desain yang mencolok, yang berdampingan dengan kesederhanaan keseharian.


 

issue2_cover

 

Majalah ’Newwork’ No. 2, Studio Newwork, 2008

Pada 2009, Majalah Newwork diundang oleh Majalah Graphis Plus81 untuk memberikan kuliah pada konferensi Tokyo Graphic Passport. Di tahun 2011 Aswin Sadha diundang oleh AIGA menjadi pembicara tamu pada kuliah 60 Years of Book Design in St.Gallen. Ia juga menulis pendahuluan pada buku Page Unlimited: Innovations in Layout Design.


 

DGI_logo_vertical

 

Logo Situs DGI, Henricus Kusbiantoro, 2007

1 Desember, pagi buta di San Francisco, AS, Henricus menyelesaikan rancangan identitas situs Desain Grafis Indonesia (DGI). Logo situs DGI kemudian diluncurkannya pada 2 Desember 2007 melalui sebuah artikel berjudul: Logo situs DGI dan harapan bagi kita semua.

Pada kata pengantarnya Henricus menyampaikan bahwa:
Identitas DGI mengekspresikan huruf ’i’ secara tersembunyi (ligature). Huruf ’i’ pada kata Indonesia menyatu dan melebur dengan ’DG’ sebagai ekspresi Indonesia adalah bagian dari Desain Grafis Internasional. Huruf ’i’ pada Indonesia juga tidak hadir sekadar sebagai unsur dekoratif elemen kultur khas Indonesia, tetapi lebih sebagai fungsi atau problem solving. Desain Grafis bukanlah dekorasi tetapi problem solving.

Logo yang ditampilkan ini merupakan sentuhan terakhir Henricus pada 2014 setelah logo tersebut terdaftar pada 2009 di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia.

 


 

Cover I See Indonesia best

 

For-Lease-100-Years

 

For Lease 100 Years

 

ina-type-stairway1

Stairway

 

ina-type-can1

Can Soup

 

Buku ’I See Indonesia’, Arief ’Ayip’ Budiman, 2008

Buku I See Indonesia berisi kumpulan seni visual mengenai Indonesia yang diciptakan oleh Ayip sepanjang 2002–2008 sebagai karya pribadi, yang dikerjakannya dalam beragam medium dan gaya. Karya-karya yang ditampilkan merupakan responsnya terhadap Indonesia yang menjadi kebanggaan, sekaligus kegelisahannya. Dituangkan dalam bentuk visual yang tipografis, karikaturis, grafis, juga fine art.

Edisi khusus versi cetak buku ini dibuat hanya 100 buku dengan isi 53 karya dalam 100 halaman berwarna hitam, merah dan putih, diterbitkan oleh MatameraBook—penerbit indie yang menerbitkan buku-buku yang terkait dengan seni dan budaya—berbasis di Bali.

Buku ini diluncurkan secara daring bertepatan dengan peringatan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2008. Situs DGI adalah virtual venue yang menjadi tuan rumah bagi peluncurannya.

 


 

NBC 1

NBC 2

NBC 4

NBC 3

 

Instalasi Program Kampanye ’Hari Bumi 2008’, Nigel Sielegar, 2008

Saat menempuh pendidikannya di School of Visual Art (SVA), Nigel Sielegar berkesempatan mengikuti kompetisi International Contemporary Furniture Fair (ICFF) pada ajang tahunan New York Design Week 2008, dan memperoleh penghargaan tertinggi. Dalam rangka memperingati Hari Bumi, kerja kolaborasinya bersama Kevin O’Callaghan pada kompetisi tersebut dilanjutkannya dengan merancang sebuah instalasi untuk NBC, menggunakan ratusan bangkai ponsel. Tujuannya adalah umtuk menyadarkan bahwa baterai ponsel yang mengandung bahan kimia beracun dan berbahaya itu berpotensi besar dalam merusak lingkungan. Karya instalasi berukuran raksasa (tinggi 5,5 x lebar 7,3 m) ini dipajang di Rockefeller Center dan dinobatkan sebagai salah satu dari 12 most amazing recycled creations from electronic waste.

Klien: NBC Television

 


 

Versus-#1

 

Sampul Majalah Kreatif Berbasis Desain Grafis ’Versus’ Edisi No. 1: Identitas KeIndonesiaan. 2008

Edisi perdana Majalah Versus terbit pada bulan November 2008 (beredar di toko buku mulai tanggal 17 November 2008).

Tema edisi ini, Identitas Keindonesiaan mengetengahkan perlu tidaknya identitas keIndonesiaan pada desain grafis. Dimulai dengan diskusi terbatas mengenai perlu tidaknya penulisan sejarah desain grafis di Indonesia—oleh para panelis dari generasi dan latar belakang yang berbeda—dalam acara diskusi Hot Ice Tea #1. Pendalaman masalah ini dilanjutkan pada acara diskusi Hot Ice Tea #2 mengenai implikasi pemahaman budaya pada desain grafis Indonesia. Kedua hasil diskusi ini kemudian dirangkum menjadi inti bahasan rubrik Vice Versa.

Majalah Versus terbit dua bulan sekali, dan memosisikan diri sebagai majalah kritis dan kontroversial. Artikel utamanya dikemas dari dialog, diskusi, bahkan debat, agar isu-isu grafis bisa digali lebih dalam, hingga memunculkan opini-opini yang lebih tajam. Untuk mencapai tujuan itu, Versus memadukan bahasan desain grafis dengan disiplin-disiplin seni dan desain lainnya seperti fotografi, arsitektur, interior, produk, fesyen, dll.

 


 

Versus02_Cover_FINAL72

 

Sampul Majalah ’Versus’ Edisi No. 2: Art vs. Design. 2009

Atas: Marryana Sutaryo & Adi Handoyo
Bawah: Magdalena R. Agung

Di edisi ini dibahas dikotomi seni versus desain; sebuah topik yang sering ditepis karena dianggap tidak pernah bermasalah, tetapi kerap menimbulkan pengkotakan di kampus maupun di industri.

 


 

Versus#02_isi_FINAL-38

Versus#02_isi_FINAL-40

Versus#02_isi_FINAL-62

 

Halaman-halaman Isi Majalah ’Versus’ Edisi No. 2, 2009

Atas-bawah: Bima Nurin Aulan, Cecil Mariani, Bima Nurin Aulan

 


 

TR-Versus-Postcard-Fin-1_ZOOM

TR_0088-copy

 

Tipografi Terapan untuk Majalah ’Versus’: We are Stupid, Eric Wijaya, 2009

Majalah Versus menerbitkan serial kartu pos menampilkan sejumlah artwork, Eric Wijaya merupakan salah seorang desainer yang diundang untuk mengirimkan karyanya. Eric, dengan cara yang jujur, melalui rancangannya ini menggambarkan situasi yang dialaminya di lingkungan kerjanya.

 


 

A-TO-Z-CARD-1

A-TO-Z-CARD-2

10-leboye-atoz-2-1

11-leboye-atoz-2-2

12-leboye-atoz-2

 

Tipografi ’A–Z Archipelago’, Hermawan Tanzil/LeBoYe, 2009

Koleksi font dekoratif yang terinspirasi dari kekayaan warisan kebudayaan Indonesia. Terdiri dari 26 huruf yang menampilkan esensi simbol-simbol dari berbagai motif kultural dalam struktur nan modern.

Proyek ini dikerjakan dengan riset dan berbagai ekperimen desain selama kurang lebih 10 tahun. Sepanjang prosesnya, terjadi berbagai pendekatan penyusunan ornamen-ornamen dalam ke-26 huruf yang ada, dengan maksud untuk menampilkan wajah archipelago dalam variasi tanpa mengistimewakan hanya beberapa etnis/kultur saja.

 


 

bulir_grafis best

roadshow01-677x1024

roadshow2-1024x739

 

Poster Indonesian Graphic Design Award (IGDA) 2009

Art Director: Henricus Kusbiantoro
Ilustrator: Triyadi Guntur

IGDA adalah wujud penghargaan bermartabat bagi insan desain grafis Indonesia atas pencapaian kualitas karyanya. IGDA diselenggarakan agar tercipta suatu standar yang menjadi tolok ukur (benchmark) bagi kualitas desain grafis Indonesia sehingga kelak eksistensi desain grafis Indonesia bisa diperhitungkan di dunia internasional. Selain itu diharapkan terjadi pendokumentasian karya-karya
desain grafis Indonesia untuk kelak diwujudkan dalam bentuk Museum Desain Grafis Indonesia (MDGI) yang berfungsi sebagai pusat studi dan pengembangan desain grafis Indonesia.

SPIRIT IGDA

Padi merunduk berarti padi yang telah siap dituai, dipanen, matang, dan siap didistribusikan, dikonsumsi untuk kelak bermanfaat bagi yang menerimanya. Penghargaan terhadap desainer grafis—yang bermartabat, berintegritas, dan bertanggung jawab terhadap kesinambungan, pemberdayaan profesi dan keilmuan desain grafis Indonesia—serta karyanya mencerminkan keberhasilan optimal komunikasi visual yaitu menjawab permasalahan, berciri khas, kreatif dan inovatif, inspiratif dan motivasional bagi profesi dan keilmuan desain grafis.

 


 

photo-09

photo-08

photo-07

photo-06

photo-04

 

Instalasi Majalah ’Versus’ di FGDexpo 2009, Yasser Rizky, 2009

Judul: Indonesia and Criticism
Ide: Wacana dalam Instalasi
Desainer: Yasser Rizky, bersama tim (Tatiana Romanova Surya, Hadistian M. Khafi, Aldrian, dan Putra Agung)

Desain instalasi ini terbangun hanya dari elemen-elemen tipografi. Melalui karyanya ini, Yasser Rizky ingin menyampaikan pemikiran personalnya yang sejujurnya mengenai Indonesia dan Kritisisme. Tipografi dalam instalasi ini menggunakan rupa huruf YR Medula Grotesk hasil rancangannya sendiri.

 


 

PaperFace-SandyKarman

 

2010–2019
Poster dan Kalender The PaperFace ‘Inspiring Indonesian Heroes’, Sandy Karman, 2013


Dalam hubungannya dengan spirit Hari Kemerdekaan 17 Agustus, Sandy Karman menginisiasi sebuah proyek pribadi: The PaperFace.

The PaperFace adalah karya seni yang dibuat dari kertas sampul coklat (sampul kopi yang biasa digunakan untuk membungkus buku tulis anak SD) yang diangkat melalui fotografi dan teknik pencahayaan. Profil dan tekstur dieksekusi melalui teknik merobek, melipat, dan mencubit kertas secara manual dengan tangan dan melalui teknik grafis cukil kayu (tapi dalam hal ini di atas kertas). Karya yang telah selesai dibuat lalu difoto dengan mengatur sudut pencahayaannya—untuk mengangkat tekstur dan siluet wajah—beralaskan karton hitam. Robekan pada kertas membentuk outline yang menjadi garis besar ilustrasi, sedangkan cubitan-cubitan pada kertas, membentuk kerutan-kerutan wajah yang kontras dengan sudut cahaya dan kertas menjadi sebuah potret yang hidup. Selanjutnya, proses pelipatan dan pelecekan kertas dibuat secara spontan untuk memperkaya tekstur, sekaligus memberikan nuansa ekspresivitas yang “asal” dan tidak terlalu rapi. Setiap karya mengulik ketepatan dan ketekunan detil dalam impresi pencitraan yang spontan dan ekspresif. Karya dan teknik ini mewakili kesatuan harmonis antara yang fundamental dan inovasi, kesederhanaan dan kompleksitas.

 


 

DGI-FGD2013

DGI-FGD-Meme

 

Instalasi Booth DGI di FGDexpo 2013, Yan Mursid, Novita Angka, dan Adi Handoyo

Merespons tawaran Forum Grafika Digital (FGD) untuk mengisi sebuah booth di FGDexpo 2013 (26–29 September 2013), DGI mengajak Yan Mursid, Novita Angka, dan Adi Handoyo merancang konsep booth DGI dengan tema yang berpijak pada slogan DGI: Membimbing pemahaman di antara desainer grafis Indonesia dan persimpangannya dalam seni, desain, kebudayaan, dan masyarakat.

Melalui rancangannya, Yan, Novita dan Adi mengajak para desainer grafis untuk bangga pada profesinya terlebih dulu dan menampilkan video rangkaian profil desainer-desainer lintas generasi yang diproyeksikan pada sebuah layar backdrop. Tiap desainer menyebutkan namanya sambil mengucapkan kalimat “Saya seorang desainer grafis”. Video itu diekspos di atas naskah slogan DGI yang terbuat dari akrilik putih yang dibentuk menggunakan teknologi laser cutting dan ditempelkan pada backdrop tersebut. Bentuk booth sederhana, dengan rak kecil di sisi belakang untuk memajang merchandise dan brosur DGI. Sebuah meja diletakkan di sisi depan dipakai untuk menyimpan LED TV yang memuat reel yang merekam audio-video profil desainer-desainer itu.

Beberapa hari menjelang pembukaan pameran disebarkan rangkaian kampanye mim (meme) lewat media-media sosial yang mengungkap pengalaman-pengalaman para desainer grafis dalam menjalankan profesinya.

 


 

00-Ba-2

00 Ba 3

00-Ba-4-560x503

 

Buku ’Perspektif: 19 Desainer Grafis Muda Indonesia’, Vincent Wong, 2014

Buku ini merupakan buku pertama yang diterbitkan oleh DGI Press (2014). Perspektif mengangkat wacana desain grafis melalui beragam pemikiran para desainer grafis muda Indonesia. Ke-19 desainer muda yang berkontribusi dalam proyek ini adalah: Aditya Wijanarko, Cecil Mariani, Cempaka Surakusumah, Danis Sie, Ika Putranto, John Kudos, Khaerun Rizdky, Max Suriaganda, Mayumi Haryoto, M. Hendra Permana, Nigel Sielegar, Novita Angka, Rege Indrastudianto, Richard Fang, Sandy Karman, Yan Mursid, Yasser Rizky, Yusuf Asikin, dan Zaky Arifin.

 


 

Jokowi di Jawa Barat

Demokreatif1

 

Poster-poster Kampanye Politik pada Pemilihan Umum 2014, Demokreatif (Berakar Komunikasi)

 


 

02-HentikanCukongBakarLahan(Bayi)-2014

Hentikan Cukong Bakar Lahan! Selamatkan Masa Depan, 2014

 

06-Lapindo-8th-2014

8 Tahun Lapindo, 2014

 

PosterAksi Kampanye ’Hari Bumi 2014’, Alit Ambara/Nobodycorp, 2014

Untuk memperingati Hari Bumi 2014, Alit Ambara (Nobodycorp) merancang 26 buah PosterAksi yang bisa dengan bebas dipilih, diunduh, dicetak, dan dipamerkan pada masyarakat.

Beberapa di antara ke-26 poster itu dipamerkan di sini:

 

18-FairTrade-b-2012

Fair Trade, 2012

 

10-StopEkspansiSawit-2013

 

Stop Ekspansi Sawit, 2013

 

17-KapitalismeMembunuh-2011

Kapitalisme Membunuh, 2011

 

03-BTR-MelawanMenang-2014

Melawan, Menang!, 2014

 


 

Bayu Santoso-MaroonV

 

Sampul Album Musik ’V’, Bayu Santoso, 2014

Sampul album yang dirancang oleh Bayu Santoso ini dinobatkan sebagai pemenang kontes desain sampul album ‘V‘ dari kelompok musisi pop rock Maroon 5. Visualnya berupa wajah harimau dengan dominasi warna putih yang dikombinasi dengan warna abu-abu dan coklat. Huruf V ditampilkannya di antara garis wajah, dari mata hingga ke mulut. Figur binatang dipilihnya karena lagu ‘Animals‘ merupakan lagu andalan Maroon 5 di album ini. Maroon 5 (1994-sekarang) beranggotakan Adam Levine, James Valentine, Jesse Carmichael, Mickey Madden, dan Matt Flynn.

Sebelumnya, Bayu juga pernah menjadi pemenang kontes artwork yang diselenggarakan oleh Billy Joel.

 


 

SLK-2

senilawankorupsi_030215-4

 

Logo dan Maskot Kampanye ’Seni Lawan Korupsi’, Henricus Kusbiantoro, 2015

Atas permintaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Koalisi Seni Indonesia (KSI), Henricus Kusbiantoro merancang logo gerakan nasional para pelaku seni dan kreatif melawan korupsi. Gerakan ini dinamakan ’Seni Lawan Korupsi’.

Seni Lawan Korupsi merupakan serangkaian aktivitas kesenian yang berkesinambungan dalam bentuk pameran, pertunjukan, bursa, dan pidato kebudayaan yang melibatkan para pegiat seni yang peduli. Deklarasi Seni Lawan Korupsi pertama kali dikumandangkan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Kamis, 5 Maret 2015.

 


 

Final-Toto,-Maret-2015-1

 

Poster ’Seni Lawan Korupsi’
Beratus Ribu Perjuangan Tersia-sia, Final Toto, 2015
Berpuluh Ribu Mimpi Terkubur, Final Toto, 2015

 


 

70_IDM [Converted]

70_IDM_02

 

Logo ’70 Tahun Indonesia Merdeka’, Nigel Sielegar, 2015

Logo ini diinisiasi oleh Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) bersama Nigel Sielegar.

LOOK BACK, TO MOVE FORWARD

It’s been 70 years since Indonesia declared its independence in 1945. Despite all the turbulences, we’ve been standing strong as a nation.
We’re proud to stand together as a country full of culture and diversity. We’re proud to be a nation full of natural wealth, and potentials.
Only by looking back, that we can move forward. Let’s clean our wounds, wipe our sweat, and gather our strength.
We have a heritage to preserve and a nation to build. Let’s roll our sleeves, hold up our values, and step our foot forward.
Together, let’s build Indonesia.

—Nigel Sielegar

 

*) Catatan HK: Walau rancangan logo ini tidak digunakan sebagai logo resmi 70 Tahun Indonesia Merdeka, tapi karena filosofinya yang (kebetulan) sama dengan semangat Sewindu DGI, dan terutama dengan konsep pendirian DGI, maka DGI merasa terpanggil untuk menampilkannya sebagai penutup pameran daring ini.