Industri kreatif, frase trendi mendunia yang dalam kenyataannya hampir “menenggelamkan” kata industri itu sendiri, fenomena yang terjadi mulai dari sisi praktis sampai dunia pendidikan. Industri kreatif sebuah industri yang menyerap 54,3 persen tenaga kerja di Indonesia. Menyadur dari pernyataan Kementerian Perdagangan Indonesia, Industri kreatif sejatinya mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta yang didalamnya terdapat kreativitas, keterampilan dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan. Industri kreatif, sebuah ketekunan kerja yang didalamnya terdapat orang-orang kreatif, terampil dan berbakat, industri yang lekat dengan dunia seni dan desain, seniman dan desainer.
Mengutip Yongky Safanayong “Designers need to think about others for the sake of improving the human existence. What we have received is a gracious blessing. Without it, we are nothing. Which is why we need to give it back.”
Sebuah pernyataan yang tersurat dan tersirat bahwa desainer adalah sebuah profesi mulia. Kemuliaan ini tentunya bukan kesombongan yang egois, bukan tanpa adanya campur tangan disiplin lain. Pun agama menyatakan bahwa pemikiran banyak kepala akan lebih baik dari satu kepala dan silaturahmi adalah memanjangkan rejeki (baca: hasil yang berguna). Desain sendiri pun merupakan disiplin yang cair hasil perpaduan dari disiplin-displin lain. Sebuah keterampilan kunci di sini adalah kemampuan untuk berkolaborasi, dengan menuju konvergensi keterampilan kita melihat munculnya “teknolog kreatif” dan “mad scientist”dimana desain dan pengembangan dikembangkan bersama satu sama lain untuk menjadi sukses.
Paparan diatas sejatinya mengerucut (atau bahkan meluas) pada Multidisiplin; orang-orang dari berbagai disiplin ilmu bekerja sama, masing-masing berkontribusi dengan pengetahuan disiplin mereka. Desain telah tumbuh begitu besar dan beragam sehingga sulit untuk menjadi definisi tunggal untuk satu disiplin, dalam prakteknya hampir semua desainer bekerja berbasis tim menggabungkan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Desain Multidisiplin.
Desain dihantui oleh industri sebagai lingkungan yang berkembang serba cepat dan menantang, sering membutuhkan pertimbangan dimensi ekonomi dan sosial politik, budaya, lingkungan bahkan hukum selain dimensi estetika, fungsional dari proses desain dan hasil desain, alat desain yang berbeda datang dari berbagai disiplin ilmu. Proses desain tersebut perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu yang sesuai. Demikian Desain Multidisiplin adalah satu dari sekian banyak metode pencarian solusi yang kohesif dan komprehensif.
Paparan diatas menjadi landasan BCM ke-3 pada 14 november 2016-bertempat di Hotel The Papandayan- mengusung tema “Multidisciplinary Design: Harmonizing design in today’s society, technology and business“. Bandung Creative Movement (BCM) adalah sebuah konferensi ilmiah berskala internasional bidang kreatif dan desain yang telah diadakan sejak tahun 2014 oleh Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom, Bandung.
BCM 2016 memiliki tujuan untuk memfasilitasi para akademisi, profesional, industri, asosiasi, komunitas, wirausaha dan pemerintah untuk berbagi mengenai peran masing-masing terkait perkembangan desain baik sebagai keilmuan maupun implementasinya dalam industri kreatif, untuk itu BCM 2016 melibatkan para pemangku kepentingan Industri Kreatif khususnya bidang desain; akademisi, profesional, industri, asosiasi, pusat kebudayaan, komunitas , wirausaha dan pemerintah.
Kolaborasi keilmuan desain dengan keilmuan lain (connecting the dots) dibutuhkan untuk menghasilkan luaran yang memiliki nilai lebih dan kebertahanan untuk berkontribusi lebih luas pada pengembangan ekonomi kreatif dan daya saing bangsa. Connecting the dots, dalam konteks BCM diartikan dengan mengundang dan menghubungkan para keynote speaker yang dapat saling “mendukung” satu dengan yang lain sehingga menghasilkan pemahaman yang luas namun berkesimpulan homogen. Dimulai dengan kategori tema seputar pengembangan industri kreatif dari mulai Desain Urban, pengembangan produk, bisnis desain, ekonomi dan kota kreatif hingga service design oleh keynote speaker dari Thailand, Direktur Penasehat Thailand Creative and Design Center (TCDC), Kittirat Pitipanich, serupa Dekan Fakutas Industri Kreatif, Universitas Telkom, Agus Ahmad Suhendra dengan “Building business competitiveness through harmonizing design, innovation and technology in digital creative industries”. Agus menjadi wakil Indonesia menghadiri Rapat Dewan Asosiasi Dunia untuk Koperasi Pendidikan (WACE) di Washington DC, aktivis di Federasi Lembaga Teknik Negara-Negara Islam (FEIIC), yang juga penyandang penghargaan Satya Lencana Wirakarya dari Presiden Republik Indonesia.
Tema kemanusiaan, sosial dan budaya akan diisi oleh utusan dari Japan Foundation, Mori Takaki dengan judul “happiness first_japan trend 2016”. Mori adalah seorang pengarah kreatif lulusan Ritsumeikan University of Economics yang menjabat sebagai Presiden dan CEO Design Force dan Bond Creative. Lotte, Yakult, Rohto, Morinaga Milk adalah sedikit dari banyak klien yang pernah ditanganinya. “Collaboration : Designers with Community” akan dipresentasikan oleh Perwakilan dari Aliansi Desain Indonesia, Hastjarjo Boedi wibowo, praktisi di bidang Desain Grafis dan sebagai Faculty Member – Desain Komunikasi Visual, School of Design, BINUS University Jakarta. Hastjarjo merupakan salah satu aktivis pendiri Forum Desain Grafis Indonesia (FDGI), mantan aktivis Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI), FGDforum yang sekarang terpilih sebagai Ketua Umum AIDIA – Asosiasi profesional desain komunikasi visual Indonesia. William Harald-Wong seorang Urban Identity Designer, pendiri William Harald-Wong & Associates Sdn Bhd, mantan wakil ketua Icograda (International Council for Communication Design), dengan bahasan “Enhancing the human and cultural experience of a place Identity & Strategy; Wayfinding, signage & environmental design at the intersection of brand, space, culture and community”.
Diujung konferensi dengan bingkai tema segitiga, Bandung Creative Movement (BCM) 2016 “Multidisciplinary Design: Harmonizing design in today’s society, technology and business“ akan digenapkan oleh dua narasumber; Zachary Haris ong, Ketua Terpilih ico-D (International Council of Design) dengan presentasinya yang berjudul “Design Leadership”. Zach adalah perancang utama di Zachary Haris Ong & Associates dan Presiden wREGA, untuk karyanya Zach dinominasikan 7 Bintang Lifetime Achievement Award, seorang kontributor kunci untuk industri kreatif Malaysia. Ketua Rediscovery: Icograda Design Week. Zach terdaftar di majalah Prestige Top 40 Movers dan Shaker Malaysia Under 40, dan Josyane Franc, Kepala Urusan Internasional untuk Cité du Design dan Sekolah Seni dan Desain Saint-Etienne (ESADSE) juga koordinator proyek untuk European project Human Cities Challengging The City Scape, utusan dari Institut Francais Indonesia (IFI).
Spesialisasi akan selalu memberikan keunggulan kompetitif dan dapat menjaga individu tetap dalam demand pasar, tetapi disiplin generalis akan selalu memperkaya entitas, tidak peduli apa spesialisasinya. Keahlian yang beragamadalah alasan mengapa tim desain yang paling sukses adalah tim multidisiplin dimana desain dapat menjadi solusi masalah yang kompleks yang berkaitan dengan isu-isu kritis. Semoga BCM 2016 “Multidisciplinary Design: Harmonizing design in today’s society, technology and business“ akan menjadi titik awal dan titik lebur eksistensi Desain Multidisiplin demi meningkatkan potensi dan daya saing bangsa.
Ketik, pilih font, dan presentasikan sebagai ‘desain’… nggak salah tuh!?