Home > Read > News >
DWD # 1: A Sustainable Design (Prolog)

dwd-1-0

dwd-1-1

dwd-1-2

Speakers Quote:

“Kesinambungan desain merupakan kesertamertaan dari kesinambungan perbaikan hidup manusia, bukan sekedar wahana kesinambungan industri produksi massal”
—Cecil Mariani

“Kenali dulu diri Anda dan tujuan hidupmu, dan bila belum menemukan, luangkan waktu untuk cari dulu – persetan dengan kata pengalaman orang lain – lakukan ini sembari berkarya, agar bermakna”
—Ismiaji Cahyono

Good news: “Sustainable design makes everything better, gives thought about tomorrow, saves energy, brings green and happiness”
—Irwan Ahmett


Guest Stars Quote:

“Desain yang baik harus mempunyai nilai estetika dan juga fungsi yang baik. Tanpa sentuhan seni, desain hanyalah sebuah sampah marketing”
—Ignatius Hermawan Tanzil

“Desain yang melekat di hati publik = sustainable design. Bangun pagi, minum kopi… publik menyukainya. Kembali melihat desain tsb. di billboard saat menyeberang jalan, publik tetap mencintainya. Saat menonton TV malam hari bersama pacar, publik tetap menyukainya. Alarm pagi kembali berdering… melihat iklan di koran dan publik tetap menyukainya. Setelah masa tertentu… saat desain tsb. tidak terpakai lagi atau diganti dengan yang baru… publik merasa sedih dan ingin kembali bernostalgia dengan mengoleksinya.”
—Henricus Kusbiantoro

“Dalam berkarya jangan terpaku hanya pada tujuan jangka pendek penciptaannya: fungsi desain sebagai alat promosi; tapi juga fungsi jangka panjangnya, bagaimana sebuah desain, setelah fungsi promosinya berakhir, tetap menarik sebagai sebuah karya seni, sebagai ‘a piece of art’. Terjadinya metamorfosa ini adalah konsekwensi logis dari hasil pemikiran yang sudah sejak awal diupayakan.”
—Hanny Kardinata

 

dwd-1-4

Hanny Kardinata

 

 


 

INTERVIEW BERSAMA HANNY KARDINATA

Kesibukan terakhir?

Mengelola Situs Desain Grafis Indonesia (DGI).

 

Visi mengenai Situs DGI?

Situs DGI ini perwujudan sementara dari obsesi pada sejarah desain grafis Indonesia karena sejauh ini kita belum mempunyai sejarah yang tertulis mengenai kita sendiri. Cikal bakalnya adalah milis tertutup SDGI (Sejarah Desain Grafis Indonesia) yang pada awalnya beranggotakan beberapa orang pemerhati sejarah seperti Priyanto Sunarto, Henricus Kusbiantoro, Lucia Dambies, saya sendiri dll. Milis SDGI saya luncurkan sekitar Oktober 2003 dan situs DGI diawali pada Maret 2007.

 

Target yang ingin dicapai?

Sebuah buku sejarah yang lengkap, dan sebuah museum desain grafis Indonesia.

 

Bagaimana reaksi dari teman-teman terhadap situs tersebut?

Secara moral saya memperoleh dukungan dari banyak teman-teman desainer, saya juga memperoleh bantuan nyata dari beberapa teman yang rajin menyumbangkan tulisan-tulisannya yang inspiratif, tapi saya membutuhkan lebih banyak lagi tindakan nyata dengan misalnya setiap desainer mengirimkan profil dan karya-karyanya (dari sejak awal karirnya hingga sekarang) supaya kelak kita bisa memiliki sebuah galeri yang secara jelas memperlihatkan trend yang terjadi di negara kita setiap tahunnya. Situs DGI ini bukan milik perorangan tapi milik kita semua, rumah kita bersama dimana saya juru kuncinya. Jadi setiap desainer grafis Indonesia diharapkan kontribusinya, supaya upaya merangkai kembali sejarah kita ini cepat selesai.

 

Makna desain grafis bagi seorang Hanny Kardinata?

Bagian dari tugas pelayanan saya di dunia ini.

 

Proyek desain yang masih dimimpikan?

Berkolaborasi terus dengan desainer-desainer muda. Ini sudah saya awali bersama Ika Putranto pada pameran poster ‘One Globe One Flag’ pada FGDexpo Agustus yang lalu. Disini yang menarik adalah prosesnya, bukan terutama hasilnya, yaitu bagaimana mensinkronkan perbedaan visi dari dua desainer yang berbeda generasi. Saya dari angkatan 70’an, sedangkan Ika baru saja menyelesaikan S1-nya di UPH (Universitas Pelita Harapan).

 

Pekerjaan terbesar dan menantang dari seorang desainer?

Jawaban akan berbeda bagi tiap desainer dan di kurun waktu dimana dia berkarya. Bagi saya saat ini, adalah merangkai kembali mata rantai sejarah desain kita yang selama ini terpisah-pisah, atau menyatukan jejak-jejak sejarah dgi yang berserakan dimana-mana. Ini menjadi commitment seumur hidup.

 

Dalam ‘chaos’ situation ini, peranan dan tanggung jawab apa yang diemban dari seorang desainer grafis?

Desainer grafis adalah bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika sosial yang terjadi di sekelilingnya, sebagai bagiannya desainer grafis tidak bisa berdiam diri saja menyaksikan misalnya planet bumi yang merupakan rumah besar kita bersama ini sedang menuju kehancuran akibat pemanasan global. Setiap desainer, dengan caranya masing-masing, seyogyanya berperan serta dalam upaya mengurangi efek rumah kaca ini.

 

Bagaimana mencari karakter desain agar tidak berhenti di satu titik?

Saya tidak begitu peduli dengan usaha pencarian karakter yang saya anggap akan muncul dengan sendirinya dalam perjalanan panjang kita sebagai desainer grafis (yang berkarya secara intens), artinya masalah karakter ini bagi saya merupakan prioritas yang kesekian. Dalam berkarya yang saya utamakan adalah upaya menciptakan karya desain yang terbaik, harus selalu lebih baik dari yang kemarin, seperti kalau mendaki gunung, untuk mencapai puncak tertinggi seseorang mesti melangkah lebih tinggi dan lebih tinggi lagi.

 

Adakah mekanisme kerja kreatif ideal bagi desainer agar tidak mematikan dirinya sendiri?

Dalam berkarya jangan terpaku hanya pada tujuan jangka pendek penciptaannya: fungsi desain sebagai alat promosi; tapi juga fungsi jangka panjangnya, bagaimana sebuah desain, setelah fungsi promosinya berakhir, tetap menarik sebagai sebuah karya seni, sebagai ‘a piece of art’. Terjadinya metamorfosa ini adalah konsekwensi logis dari hasil pemikiran yang sudah sejak awal diupayakan.

 

Apakah sustainable design itu?

Mirip seperti jawaban di atas adalah sebuah desain yang memiliki durability. Contohnya banyak sekali, misalnya poster-poster AM Cassandre, atau Milton Glaser.

 

Apakah investasi terbaik seorang desainer yang harus disiapkan untuk hari tuanya?

Menjadi pendidik dkv – formal mau pun informal – adalah ‘investasi’ terbaik. Mengapa? Karena di hari tua nanti anda bisa selalu tersenyum bahagia menyaksikan si A atau si B yang notabene dulu adalah murid-murid anda, kini telah berada di puncak-puncak pendakiannya.

 


 

dwd-1-3

INTERVIEW BERSAMA HERMAWAN TANZIL
Selain faktor ekonomi, hal apa saja yang membuat seorang Ignatius Hermawan Tanzil tetap bertahan di industri kreatif?

1. Passion. Keinginan untuk berkarya, mencari dan menghasilkan karya-karya yang lebih baik.
2. Tantangan untuk terus belajar pada sesuatu yang baru. Desain adalah proses belajar, setiap proyek selalu ada problem dan solution yang selalu berbeda. Kepuasan menemukan jawaban untuk problem sekecil apapun dalam eksekusi desain, sampai problem yang lebih rumit misalnya menemukan sebuah ide nama sebuah brand.
3. Mempunyai klien-klien yang memberi kepercayaan dan tanggungjawab yang baik selama saya menjalankan tugas saya. Juga mau terlibat dalam proses desain itu sendiri.

 

Apa yang dimaksud 9 jam kerja rutin tidak akan cukup untuk mendapatkan sebuah desain yang baik?

Tidak pada awal karir. Jam kerja yang kita invest pada awal karir akan membuahkan hasil pada karir kita di kemudian hari. Otomatis karena jam kerja sudah banyak, kita mempunyai pola yang terstruktur dengan baik untuk memecahkan sebuah problem. Tips saya, kita desainer harus bisa membagi waktu, dimana kita bekerja keras, dan dimana kita mempunyai waktu luang atau cuti yang kita pergunakan dengan sebaik-baiknya untuk sosialisasi, bergaul untuk sesuatu yang bermanfaat bagi kita.

 

Seperti apakah pekerjaan desain yang diidamkan LeBoYe?

Sama seperti semua desainer. Bisa mendapat proyek yang bagus dan sesuai dengan hati nurani kita. Tidak usah banyak-banyak tapi dibayar dengan bayaran yang layak! Kalau jenis pekerjaan mungkin sebenarnya desain buku adalah yang paling disukai. Saya ‘love book’ design, mungkin karena saya suka buku. Untuk proyek in the future, ingin juga mengerjakan proyek yang dimensinya lebih ke arah produk, sesuatu yang ada hubungan dengan movement dan music. Bahkan berhubungan dengan artisitektural.

 

Bagaimana sikap desainer muda sekarang yang cenderung ‘meng-copy’ style desain LeBoYe sebagai sebuah
identitas keunikan tradisi Indonesia?

Mungkin lebih tepat dikatakan ter-influence! Saya mau sedikit berbagi cerita tentang pengalaman saya waktu menjadi juri untuk tingkat pelajar di sebuah kota di daerah. Dari hasil kompetisi itu, sebagian besar desain yang masuk menurut dewan juri LeBoYe banget. Saya sampai malu tersipu-sipu pada waktu ketua dewan juri memberi komentar demikian kepada audience.

Poin pertama yang saya ingin sampaikan bahwa sering kali orang ‘miss-interpretation’ tentang LeBoYe, dan desain yang memakai unsur tradisional itu selalu dianggap sebagai LeBoYe style! Menurut saya itu tidak benar! Desain yang memakai unsur tradisional adalah milik siapa saja! Dalam mendesain LeBoYe tidak selalu memakai unsur lokal. Mungkin lebih banyak proyek LeBoYe yang tidak memakai unsur lokal dari pada yang memakainya. Kebetulan saya mempunyai kecintaan akan itu dan saya pernah mengangkat dan menghidupkan kembali desain-desain lokal dengan buku agenda yang saya terbitkan “Boeatan Indonesia Asli” di tahun 1996 yang oleh seorang penulis, Antyo Rentjoko, pernah ditulis: ”Mengindonesiakan sebuah gaya mempunyai pengaruh yang cukup baik.”

Poin kedua adalah pesan saya bagi yang muda-muda: Bangga akan tradisi dan budaya sendiri tentunya bagus sekali! Pertanyaannya adalah bagaimana sesuatu yang lokal/tradisional bisa kita angkat ke dunia kontemporer dan modern ini. Jawabannya yang pasti bukan hanya dengan memakai ornamen batik atau wayang! Sebagai profesional dan pengajar saya harus melihat ke depan, harus memberikan ilmu pendidikan dan wawasan yang paling up-to-date. Desain tidak terlepas dengan kehidupan kita sehari-hari, art, sosial, budaya. Trend dan wawasan menjadi sangat penting.

Pada waktu saya belajar di awal ’80an, tugas-tugas sekolah saya membuat poster untuk pameran furniture Memphis to Macintosh, atau Post-modern Cookbook (pada waktu itu post–modern arsitektur timbul dan mempengaruhi timbulnya gerakan post-modern graphic design). Memberi pembelajaran desain dengan sesuatu yg sifatnya cultural and art adalah hal yang sangat penting. Juga memberi tugas design project yg up-to-date, modern, bahkan sesuatu yang cutting-edge amatlah penting. Setelah itu baru kita bisa mengabungkannya dengan sesuatu yang tradisional, tentulah menjadi sangat menarik! Kata lainnya adalah sesuatu yang tradisional dikemas secara modern dan up-to-date.

 

Bagaimana dengan orisinalitas? Sejauh mana sebuah desain dikatakan orisinal?

Ada quotations yang mudah-mudahan menjawab pertanyaan anda!

“Your manuscript is both good and original, but the part that is good is not original and the part that is original is not good.”
—Samuel Johnson, English author, critic, & lexicographer (1709 – 1784)

“True originality consists not in a new manner but in a new vision.”
—Edith Wharton, US novelist (1862 – 1937)

 

Harga software yang mahal, telah memaksa sebagian desain memakai software ilegal, apakah bisa dikategorikan sebagai kejahatan?

Dengan kondisi desainer yang saat ini rasanya tidak mungkin kalau desainer kita invest membeli software yang original. Mudah-mudahan ADGI (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) bisa memberi jalan keluar untuk masalah yang satu ini.

 

Bagaimana menjaga kelangsungan semangat proses kreatif?

1. Juga tentunya jika kita menemukan kepuasan dalam proses kreatif itu sendiri!
2. Variasi dan komposisi proyek yang baik!

Projek itu ada 3 macam:
Yang pertama proyek good money but less creativity. Yang kedua small money but creativity yang tanpa batas.
Yang ketiga good money and great creativity, ini yang sangat jarang bisa kita dapatkan dan semua desainer memimpikannya. Dengan balance project seperti ini kita masih bisa mempunyai semangat dalam berkreasi!

Maaf ada satu lagi: klien yg pelit dan cerewet, juga seleranya buruk! No. 4 ini lebih baik kita coret saja, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak bisa menghargai profesi kita.

 

Apakah yang disebut Sustainable Design?

Desain yang membuat hidup kita lebih kaya dan berarti. Desain matang yang dibuat dengan pemikiran dalam, menghasilkan karya yang hidup, unik, aneh, lucu dan menarik. Dengan desain kita bisa memandang sesaat dan diberi kenikmatan juga inspirasi. Desain dapat bicara, juga mengundang dan bisa memberi saat yang istimewa. Ia bisa begitu genius, kadang ia bisa begitu naif dan lugu. Kadang ia begitu indah terstruktur sangat tapi kadang ia tidak terduga bahkan jelek, norak atau kampungan. Yang terpenting adalah jika desain itu mempunyai karakter kuat, tidak boleh membosankan atau tidak menarik! Desain itu hidup!

Estetika atau aspek artistik sering dikesampingkan. Seni adalah hal yang penting bagi kita sebagai manusia yang berbudaya, membuat sebuah karya menarik dan bernilai. Seni itu sendiri bisa merubah dunia menjadi sesuatu yang lebih baik.

Desain yang baik harus mempunyai nilai estetika dan juga fungsi yang baik. Saya percaya kalau ada orang bilang, tanpa seni desain cuma sebuah sampah marketing.

 

Sering traveling ya? Tempat mana di dunia ini yang paling inspiratif?

Mexico! Di tahun 1984 pertama kali saya ke Mexico, saya jatuh cinta pada Mexico. Budaya, art, dan tradisi folkfore (seni rakyat) nya sangat colorful dan indah.

Dari yang pada waktu itu sangat design minded, mengagungkan akan desainer Jepang seperti Yohji Yamamoto, Issey Miyake. Mengunjungi gedung yang di desain oleh arsitek seperti Frank Gehry, berubah secara drastis tertarik akan sesuatu kesederhanaan folkfore atau kesenian rakyat. Festival-festival rakyat yang ada di Mexico seperti Dia de Muertos atau The Day of the Death, yang menampilkan desain apa adanya, naïf dan berwarna. Kesederhanaan adalah sesuatu yang sangat spiritual. Sangat inspiratif dan luar bisa sekali.

 

Apakah hal penting yang didapat dari pekerjaan sebagai sebuah pelajaran hidup?

Selalu. Jika desain itu hidup dalam diri kita, kita belajar banyak tentang kehidupan darinya. Sebaliknya desain kita sangat dipengaruhi oleh personality pandangan dan pengalaman hidup kita itu sendiri. Desain membuat saya lebih human dan bijaksana, dulu saya menganggap bahwa soal desain klien tidak mengerti, dan sebaiknya klien mendengarkan kita! Ternyata dalam prosesnya saya belajar banyak tentang desain dari klien! Dulu saya selalu memaksakan kepada klien bahwa solusi desain yg saya tawarkan adalah hal yang terbaik. Sekarang saya lebih fleksibel dan komunikatif terhadap klien.

dwd-1-5

dwd-1-6

dwd-1-7

dwd-1-8

(Foto oleh Hermawan Tanzil)

Quoted

Make your interactions with people transformational, not just transactional.

Eve Vogelein