Home > Read > News >
GURAFIKU 1942-1945: Nippon, Asia Timur Raya, dan Praktik Desain di Indonesia

Seperti apa dinamika dunia seni dan kolektivismenya di Indonesia pada masa penjajahan Jepang? Bagaimana praktik desain grafis telah muncul pada poster-poster yang dirancang untuk Perang Asia Timur Raya? Apa pengaruhnya pada seni rupa di Indonesia—yang kemudian juga menjadi bagian dari sejarah desain grafis Indonesia? Adakah praktik itu juga mempengaruhi kecenderungan praktik grafis para desainer Indonesia saat ini?

 

Sebagai anak kebudayaan, perkembangan desain grafis di Indonesia tak dapat lepas dari dinamika kehidupan masyarakat tempatnya bertumbuh. Aspek sosial-politik menjadi salah satu faktor yang turut membentuk landasan berpikir, metode, dan artikulasi praktiknya.

Aspek sosial-politik pada masa kolonial—yang tak hanya turut membentuk kesadaran berbangsa, namun juga membentuk sejarah perjalanan desain di Indonesia—juga termasuk di dalamnya. Potongan sejarah itulah yang menjadi bagian penting bagi upaya pemahaman bagi para pelaku desain pada masa kini. Namun dalam kenyataannya, banyak bagian dalam sejarah yang luput untuk ditelaah lebih mendalam, apalagi tersampaikan secara komprehensif sebagai bagian dari proses studi.

Sepanjang jaman penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang memobilisasi para seniman Indonesia untuk ambil bagian dalam kampanye besar ‘Perang Asia Timur Raya’. Seni pun berada di bawah pengawasan yang tersentralisasi. Dua organisasi seni dan budaya didirikan pada masa itu: PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) dan Keimin Bunka Shidosho. Gagasan mengenai organisasi—yang telah dilakukan pada 1938 oleh asosiasi pelukis pertama di Indonesia, PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), yang mengusung seni rupa modern dengan identitas keindonesiaan—kini berperan sebagai perangkat penting dalam menyajikan gagasan mengenai ‘bangsa Asia’. Meski demikian, alih-alih timbul sebuah kontrol tunggal melalui organisasi yang diakomodir untuk tujuan tersebut, sinergi seniman Jepang dan Indonesia menampilkan sebuah hubungan yang resiprokal.

Adalah Antariksa, peneliti kebudayaan dari KUNCI Cultural Studies Center, Yogyakarta, yang menelaah kembali relasi antara sosial-politik pada masa kolonial Jepang dengan praktik seni rupa tersebut. Didukung oleh Japan Foundation, Antariksa menyelesaikan penelitian mengenai praktik seni rupa pada masa kolonial Jepang. Penelitiannya berfokus pada kolektivisme seni, hubungan antara seniman Indonesia dengan seniman Jepang, ekonomi-politik seni, moda kerja, karya-karya seniman Indonesia dan seniman Jepang yang dikirim ke Indonesia, dan estetika yang menggerakkan seni pada masa itu.

Desain Grafis Indonesia (DGI) sebagai lembaga kolaboratif yang berfokus pada perkembangan desain grafis di Indonesia mencoba menghadirkan paparan hasil penelitian tersebut. Dengan mengetengahkan bagaimana dinamika yang terjadi masa itu turut membentuk pola kerja desain grafis, kegiatan ini mempertemukan akademisi, pemerhati seni dan budaya, juga para praktisi desain grafis pada potongan dari sejarahnya sendiri. Kegiatan ini menjalin benang merah antara praktik-praktik awal desain grafis di Indonesia dengan kecenderungan praktik desain grafis pada masa kini. Sehingga, kegiatan ini memperkaya khazanah pemahaman mengenai praktik desain di Indonesia hingga dapat mendorong perkembangannya. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk membuka ruang kolaborasi seni budaya di berbagai lapisan masyarakat.

Dalam diskusi ini, turut terundang pula Sdr. Hilmar Farid (sejarawan Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI)) yang akan berperan sebagai Penanggap dan Sdr. Iwan Gunawan (pengajar di Institut Kesenian Jakarta) sebagai Moderator.

Kegiatan ini terlaksana berkat dukungan dari Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta dan Sekolah Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta.

 

Poster-Gurafiku19421945

 


GURAFIKU 1942-1945
Nippon, Asia Timur Raya, dan Praktik Desain di Indonesia

Sabtu, 13 Juni 2015
12.30–17.00 WIB

Ruang Auditorium Gedung Rektorat
Institut Kesenian Jakarta
Komplek Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya no. 73, Jakarta Pusat

Tidak dipungut biaya dan terbuka untuk umum.

 

Oleh karena keterbatasan tempat duduk dan kudapan, mohon konfirmasikan kehadiran ke ellena@dgi.or.id dengan menginformasikan: Nama Lengkap, Institusi, Email, dan No. Ponsel. Konfirmasi pendaftaran akan kami tutup pada Jumat, 12 Juni 2015 pukul 16.00 WIB.

Untuk rekan-rekan yang belum sempat mendaftar tak perlu khawatir. Kami akan tetap mengupayakan agar rekan-rekan dapat tetap turut serta. Karenanya, mari hadir. Mari berbincang!

Facebook Event GURAFIKU 1942-1945:
Gurafiku 1942-1945

 


Desain Grafis Indonesia
Membimbing pemahaman di antara desainer grafis Indonesia dan persimpangannya dalam seni, desain, kebudayaan, dan masyarakat.

DGI adalah sebuah lembaga kolaborasi yang berfokus pada perkembangan desain grafis di Indonesia melalui pencatatan sejarah, pengarsipan artefak, penerbitan, diskursus, penghargaan, dan beragam kegiatan lainnya. Bermula dari kegemaran mengoleksi dan mencatat, kini DGI berperan sebagai pusat referensi dan literasi mengenai desain grafis di Indonesia.

Facebook | Twitter | Instagram | Kolaborasi dengan kami

 


Gambar utama: “Protect from Espionage: (Takashi Kono, 1942)

Quoted

Desain (grafis) adalah kata kerja–bukan kata benda–karena mengutamakan proses; berupa pengolahan nilai keunikan dan keotentikan dari suatu problem

Eka Sofyan Rizal