Grafis Komunikasi Kuliner Yogya

Pangan dan makanan adalah salah satu unsur kebutuhan pokok manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Dengan kecukupan bahan pangan yang signifikan manusia akan tenteram melakukan aktivitas sosial atau pun individual. Ketika harga pangan terjangkau masyarakat luas, stabilitas nasional pun terjaga rapi. Pokoke aman dan terkendali!

Bahan pangan dipetik dari hasil pertanian, perkebunan, dan peternakan di jagat raya ini dapat diolah menjadi berbagai makanan dan dikonsumsi secara halal oleh khalayak. Bahan pangan berasal dari alam, flora, dan fauna dapat diolah menjadi beragam makanan yang lezat disantap seluruh umat manusia.

Setiap daerah, suku, ras, dan bangsa di dunia ini memiliki kebiasaan dan adat istiadat yang unik. Demikian pula soal makanan atau popular dengan julukan kuliner (segala sesuatu berhubungan dengan dapur atau masakan). Keberadaannya selalu dikenang dan dirindukan sepanjang segala abad karena kekhasan rasa, keunikan bahan dan bumbu yang digunakan, serta keelokan cara mengemas dan menyajikan jenis masakan tersebut.

Ketergantungan manusia untuk senantiasa mengonsumsi beragam kuliner, bagi orang kreatif berjiwa kewirausahaan, ditangkap menjadi sebuah peluang untuk mengais rejeki yang gemilang.

Bagi wirausahawan di bidang jasa kuliner senantiasa memutar otak kreatifnya untuk membuat dan memproduksi berbagai masakan enak. Sajiannya tetap mempertahankan bumbu tradisional asli made in nenek moyang, tetapi di sana sini dimodifikasi dan disesuaikan dengan lidah masyarakat modern. Artinya, cita rasa tradisional atas berbagai resep masakan selalu dipertahankan dan dijaga kemurniannya, namun disajikan dengan cara saji masyarakat modern.

Aktivitas bisnis kuliner yang tersaji restoran, kafe, warung, bango, angkringan, dan kakilima, tidak mungkin lepas dari singgungan media grafis komunikasi (visual). Sebab ia berfungsi menginformasikan berbagai jenis masakan kuliner di berbagai kota kepada khalayak yang suka memanjakan lidah mengkonsumsi kuliner lezat.

Media grafis komunikasi (visual) yang dimaksudkan di sini adalah sebentuk media massa cetak dan elektronik, serta media tercetak yang diposisikan untuk membantu menyampaikan pesan verbal-visual terkait dengan kekhasan rasa, keunikan bahan dan bumbu yang digunakan, serta keelokan cara mengemas dan menyajikan berbagai jenis masakan yang disajikan.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana membangun, memilih, dan merancang sistem informasi dan promosi produk kuliner yang bersahabat, terpercaya, persuasif, dan komunikatif.

Salah satu jawabannya yang mak nyuus adalah dengan pendekatan softsell saat membangun, memilih, dan merancang sistem informasi dan promosi produk kuliner. Pendekatan softsell ini dipilih dalam rangka mewujudkan strategi program pencitraan berbagai jenis produk kuliner yang tersebar di wilayah Yogyakarta. Program pencitraan berbagai jenis produk jasa kuliner ini diyakini dapat dan mampu menciptakan ikon produk jasa kuliner di kawasan Yogyakarta semakin kuat dan dahsyat.

Lewat grafis komunikasi (visual) kuliner Yogyakarta sejatinya dapat menghadirkan aura realitas sosial terkait potensi bisnis kuliner di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya. Artinya, grafis komunikasi (visual) kuliner Yogyakarta dimaknai sebentuk informasi kepada khalayak terkait dengan zona penjualan bermacam masakan dan makanan yang ada di sekitar Yogyakarta.

Dalam konteks ini, hadirnya grafis komunikasi (visual) kuliner Yogyakarta menempati posisi strategis guna mengangkat posisi karya desain komunikasi visual dari sekadar objek menjadi sebuah subjek. Semuanya itu diabdikan dengan niatan mulia untuk mendudukkan karya desain komunikasi visual menjadi sebuah wacana yang bisa didiskusikan dalam perspektif lintas ilmu.

Selain itu, grafis komunikasi (visual) kuliner Yogyakarta sebaiknya dirancang agar mampu melewati dimensi waktu. Ketika fungsi informasi yang diemban berakhir, keberadaan karya grafis komunikasi (visual) kuliner Yogyakarta masih bisa dinikmati sebagai karya visual artistik, menarik dan indah ketika di pajang di sudut ruang restoran, kafe, rumah makan, warung, kantor, hotel, atau rumah tinggal.

*) Sumbo Tinarbuko (sumbo@indo.net.id), Konsultan Desain, Dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Program Pascasarjana ISI Yogyakarta. Sekarang Kandidat Doktor FIB UGM Yogyakarta.

Quoted

Limitations and distractions are hidden blessings

Nigel Sielegar