Brand: Nilai dan Persepsi

Brand merupakan kumpulan nilai yang kita harapkan, dan dipersepsi serupa oleh pelanggan. Jika brand kita ingin dinilai “memudahkan”. Maka, kita harus tahu apakah persepsi pelanggan telah merasa “dimudahkan” oleh brand kita.

Interaksi brand dan pelanggan, sejatinya semudah itu digambarkan. Hanya saja, kita sering tidak konsisten. Karena itu, lebih baik jika bisnis yang akan atau sedang kita kembangkan, juga memiliki brand startup. Tujuannya, agar konsistensi setiap rencana dan kebijakan branding yang kita lakukan terjaga.

Perhatikan di sekitar kita. Ada berapa bisnis, yang ketika disiapkan gegap gempita. Namun akhirnya berjalan keteteran karena tidak memiliki brand startup yang matang. Strategi bisnis yang dikembangkan tidak konsisten mengembangkan brand. Hanya sibuk mengukur penjualan, tidak selalu baik bagi kelangsungan bisnis secara jangka panjang.

 

NILAI
Nilai yang dikomunikasikan brand ke (calon) pelanggan, layaknya janji. Sekali kita sampaikan, akan diingat. Kemudian dibuktikan. Dan jika kita belum penuhi, pelanggan akan menagihnya. Bisnis pencucian motor dan mobil dengan brand “Cling” misalnya, akan dibuktikan tingkat kebersihan hasil cucinya. Bahkan kilaunya pun tidak luput dari perhatian pelanggan.

Jika dapat membuktikan “janjinya” maka nilai brand tersebut akan naik di benak pelanggan. Resiko sebaliknya tentu juga akan dialami jika hasil layanan cucinya sembarangan. Karena itu, konsistensi nilai brand sejak awal bisnis dijalankan, harus dijaga dengan memperhatikan respon pelanggan. Apapun tanggapan pelanggan, akan menjadi modal untuk mejaga reputasi brand.

Brand besar mengelola brand relations-nya dengan saluran hotline service 24 jam. Bagi bisnis kelas kecil-menengah, tidak perlu berkecil hati. Karena media relasi pelanggan dapat dibangun melalui SMS, email, atau social media dengan biaya yang relatif murah. Kuncinya, hanya butuh konsistensi untuk memperhatikan dan merespon tanggapan pelanggan.

 

PERSEPSI
Nilai brand umumnya telah ditentukan sejak awal, sebagai salah satu pesan komunikasi kepada pelanggan. Masalahnya, kita sering atau bahkan lupa untuk mengetahui persepsi pelanggan pada brand kita. Meski hasil cuci “Cling” telah bersih dan kinclong, namun “Cling” tetap harus tahu apakah hasil tersebut sudah sama dengan persepsi di benak pelanggannya.

Tidak jarang, potensi bisnis dengan nilai lebih baik, dihasilkan dari persepsi pelanggan yang tidak terduga. Dari beberapa pelanggan “Cling” yang ditanya persepsinya, bisa saja akan ada jawaban, “Hasil cucinya sih sudah bersih dan kinclong, tapi bagus lagi kalau wangi juga”. Wow, ini dia peluang baru untuk mendongkrak brand value kita. Tawarkan paket baru dengan harga menarik, bagi pelanggan yang ingin wangi kendaraannya.

 


Edy SR
Brandpreneur di EDYSR.COM
ide@edysr.com | @edysrid

Quoted

Ketika dari mata tak turun ke hati, desain pun gagal total

Bambang Widodo