Mari kita mulai hari ini. Bangun, lalu meneguk segelas Aqua. Menikmati udara pagi, dibumbui aroma Kopi Kapal Api. Lengkap dengan Sari Roti-nya. Bahkan, beberapa di antara kita, serasa belum mantap tanpa Indomie. Have a nice day, Brander!
Brand begitu dekat dengan keseharian kita. Mulai yang melekat di badan, hingga yang ada di sekitar. Dari yang sangat familiar, sampai yang baru kita dengar. Bahkan, ada yang belum kita kenal. Branding-lah yang menghadirkan mereka di hadapan kita. Lalu kita mulai mengenal, hingga memilihnya. Beberapa brand bahkan kita rekomendasikan ke teman atau saudara. Dan ingat, kita melakukannya secara cuma-cuma.
Praktek periklanan telah beranjak dari sejarah kelahirannya, meski esensinya masih sama: viral marketing communication. Dulu, para saudagar meneriakkan keunggulan produknya di antara kerumunan orang di pasar. Jika percaya, orang akan membelinya. Jika puas, akan segera berbagi cerita pengalaman “produknya”. Kini, pemasaran meluas. Ada beragam produk serupa. Jika hanya mengomunikasikan produknya, produsen bakal kesulitan mendapat pelanggan. Karena itulah brand digunakan untuk mendefinisikan nilai distinctive-nya. Dan branding, mengambil peran untuk menyampaikannya.
BRAND ACTIVATION
Secara alami, manusia suka pengalaman yang menyenangkan. Apalagi jika berupa kejutan. Dijamin, tidak mudah dilupakan. Lalu akan jadi cerita yang mengesankan. Demikian pula dengan brand activation. Kejutan menyenangkan yang dihadirkan brand akan jadi awal interaksi yang mengesankan antara brand dengan targetnya.
Selama lima tahun Piala Coca-Cola format festival sepakbola (2005-2009), ada lebih dari 200 ribu siswa SMA teraktivasi semangat positif. Apa kejutannya? Suporter dilibatkan langsung dalam penentuan prestasi tim. Aplikasi nilai suporter resmi membangun fair play dan respect antar SMA. Apa yang mengesankan? Meski melibatkan 256 SMA, tidak dikotori tawuran. Cerita apa yang berkembang? Banyak SMA menjadikan Piala Coca-Cola sebagai agenda pembinaan usia dini.
Specs, apparel dari Indonesia, memilih brand activation berupa menerbitkan buku kepelatihan sepakbola. Buku “Jadi Juara dengan Sepakbola Possession” ini ditulis Mantan Pelatih Timnas Indonesia, Rahmat Darmawan (RD) bersama rekannya, Ganesha Putera. Apa distinctive-nya? Specs mengaktivasi pasarnya, dengan referensi kepelatihan sepakbola yang baik dan benar. Dan ini baru pertama dilakukan oleh mantan pelatih timnas Indonesia bersama brand dari Indonesia.
MEDIA SOSIAL
“Demi mata yang bersinar, demi pipi bagaikan fajar. Demi kecantikan yang akan sirna setelah masa remaja purna. Demi harga sebagai alasannya, perempuan yang mengerti, akan membeli kosmetik Aesclyptos”. Lirik puitis tersebut lahir jauh sebelum jejaring media sosial hadir. Itu bukan status di Facebook, maupun rangkaian 140 karakter di Twitter. Kalimat indah tersebut adalah cikal-bakal naskah iklan yang dilisankan para penjual kosmetik Aesclyptos di masa Yunani Kuno. Tujuannya, menggoda pelanggan di jamannya.
Kini, branding melalui media sosial mengambil alih peran tersebut. Para pemasar tidak perlu berteriak di tengah pasar tradisional. Tapi cukup mengemas branding dalam strategi viral marketing communication. Prinsipnya, ketika nilai positif brand dapat diterima dengan baik oleh target, maka mereka akan meneruskannya menjadi cerita pengalaman yang menyenangkan. Bayangkan, bagaimana dampak cerita positif 200 ribu lebih siswa SMA yang terkesan dengan festival sepakbola Piala Coca-Cola selama 2005 hingga 2009. Dan bayangkan pula, ada berapa banyak pembaca buku brand activation ala Specs yang berbagi pengalaman di media media tentang kepelatihan sepakbola bervisi juara. Semua ini merupakan “periklanan” yang telah beranjak dari konteks konvensionalnya.
BRANDPRENEUR
Evolusi periklanan dalam konteks branding tersebut, juga harus disadari para wirausahawan muda. Entrepreneurship harus dikembangkan dengan kesadaran brand-driven. Brand sebagai lokomotif pengembangan kewirausahaan. Karena brand merupakan investasi jangka panjang.
Sebagai gambaran potensi brand di Indonesia dapat kita cerna dari salah satu tweet Yuswohady pada Hari Batik Nasional 02 Oktober 2012 lalu. Penulis 40-an buku pemasaran ini, di @yuswohady menuliskan, “Menurut sy #batik adl kampanye ‘branding Indonesia’ TERSUKSES hgga saat ini”. Tweet tersebut bisa kita intepretasi bahwa sesungguhnya banyak potensi brand(ing) di Indonesia yang belum sukses. Salah satunya, ada di entrepreneurship yang sedang tumbuh.
Masih banyak potensi ekonomi kreatif di Indonesia, yang karena belum sadar brand, dibeli secara “kosongan” untuk dilabeli brand pihak lain. Berangkat dari kegelisahan ini, maka Edysr Id Lab (edysr.com) mengembangkan brandpreneurship. Terutama di kalangan muda, melalui topik #brandpreneur di akun @edysrid. Tujuannya, untuk membangun kesadaran tentang brand dalam konteks entrepreneurship. Jika selama ini, bahasan brand seolah masih di langit, kini kita kemas lebih membumi dan aplikatif. Sehingga sejak SMA atau mahasiswa, setiap mengembangkan gagasan wirausaha, tidak lepas dari kesadaran brand. Demikian juga aplikasi pada viral marketing comunication-nya. So, buzzing your brand, Brander!
Disampaikan pada Kuliah Umum Periklanan di Fakultas Ekonomi & Bisnis UGM
Yogyakarta, 11 Oktober 2012
Edy SR
Brandpreneur di EDYSR.COM
ide@edysr.com | @edysrid
Makin banyak manfaat, makin sedikit dampak, makin baiklah desain itu