2012 | Poster “Zamrud Khatulistiwa”

“Zamrud Khatulistiwa” merupakan proyek personal YR Studio sebagai bentuk apresiasi atas hari jadi Indonesia yang ke-67. Karya ini menampilkan keindahan dan kekakayaan ‘zamrud khatulistiwa’ yang tercermin dari beragam budaya yang ada di berbagai daerah di Indonesia.

Tahun
2012

Pengarah Artistik
Yohanes Raymond

Desainer
Viona Paramita

Ilustrator
Viona Paramita


Pinisi-Boat-1

Pinisi-Boat-2

Judul
Zamrud Khatulistiwa: Kapal Pinisi

Kapal pinisi merupakan kapal layar tiang-ganda tradisional Indonesia. Kapal Pinisi dibuat oleh Suku Konjo, sub-etnis dari kelompok Bugis-Makassar yang mayoritas menetap di Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kapal Pinisi umumnya digunakan oleh orang Bugis dan Makassar untuk keperluan transportasi dan agrikultur.


Wayang-Kulit-1

Wayang-Kulit-2

Judul
Zamrud Khatulistiwa: Wayang Kulit

Wayang kulit ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada 7 November 2003. Dengan ditetapkannya sebagai warisan budaya dunia, Indonesia diharapkan dapat terus melestarikan wayang.


The-Barong-Dance-of-Bali-1-560x710

The-Barong-Dance-of-Bali-2

Judul
Zamrud Khatulistiwa: Tari Barong Bali

Tari Barong merupakan salah satu tarian tradisional Indonesia yang paling dikenal. Tari Barong menghadirkan tarian yang menampilkan kisah pertarungan antara yang Baik dan yang Jahat. Tarian ini merupakan salah contoh tradisi klasik Bali dalam menampilkan mitologi yang melebur bersama sejarah.

Kisah ini menampilkan Rangda, ibu dari Erlangga, seorang Raja di Bali para Abad ke-10, dikutuk oleh ayah Erlangga karena telah mempraktikkan ilmu hitam. Setelah Rangda menjadi janda, ia memanggil seluruh roh jahat dari dalam hutan yakni leak dan iblis, untuk mengejar Erlangga. Pertarungan pun terjadi, namun kekuatan Erlangga dan bala iblisnya begitu kuat hingga Erlangga pun meminta bantuan Barong. Barong datang bersama prajurit tarung dan melawan balik. Rangda memanterai prajurit Erlangga hingga ingin bunuh diri dan mereka menghujamkan keris ke perut serta dada mereka masing-masing. Barong pun mengeluarkan mantera yang membuat para prajurit kebal dari tusukan keras. Pada akhirnya, Barong pun menang dan Rangda pergi.

Orang bisa terluka parah bahkan meninggal dunia dalam tari Barong. Disebutkan bahwa jika mantera Rangda terlalu kuat, prajurit yang lemah tidak akan kuat untuk menahannya, bahkan dengan bantuan Barong sekali pun, hingga ia dapat terluka oleh keris yang dihujamkannya sendiri.

Topeng Barong dan Rangda dianggap sebagai benda yang suci. Karenanya, sebelum topengnya dibawa keluar, seorang pendeta harus ‘memberkati’ topeng tersebut dengan air suci yang berasal dari Gunung Agung dan dengan persembahan khusus.


Dayak-Culture-1

Dayak-Culture-2

Judul
Zamrud Khatulistiwa: Tradisi Dayak

Suku Dayak di Kalimantan Barat telah ada sejak ribuan tahun lalu dan terdiri atas 350 sub-etnis. Dayak berasal dari daerah Yunnan (Timur Cina) yang datang dalam gelombang migrasi besar pada 3500-3000 SM.

Dayak merupakan penganut animisme. Tradisi peribadatan mereka merupakan pemujaan terhadap lingkungan hidup dan alam raya. Alam raya dianggap sebagai rumah yang sakral bagi manusia dan seluruh makhluk hidup.

Di Kalimantan, dikenal adanya pasar apung tradisional Muara Kuin di sungai Barito, Kurin, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Para pedagang dan pembeli menggunakan ‘djoekoeng‘, yang berarti perahu dalam bahasa Banjar. Pasar ini berlangsung sejak adzan Subuh hingga pukul 7 pagi. Matahari terbit memantul di antara transaksi jual beli sayur dan buah yang berasal dari ladang di perkampungan sepanjang sungai dan anak sungai Barito.

Pasar apung memberikan atmosfir yang unik bagi transaksi yang terjadi seiring dengan bergolaknya gelombang di sungai Barito. Para pemasoknya disebut dukuh, sementara pedagang yang menjual dari dukuh disebut ‘panyambangan‘. Uniknya, transaksi di pasar ini berlangsung dalam bahasa Banjar Bapanduk.


Taring-Piring-Plates-Dance-1

Taring-Piring-Plates-Dance-2

Judul
Zamrud Khatulistiwa: Tari Piring

Tari Piring berasal dari kota Solok, Sumatera Barat. Piring atau ‘piriang‘ dalam bahasa Minangkabau melambangkan kebahagiaan para petani atas panen yang melimpah. Tarian ini dipengaruhi oleh Kerajaan Pagaruyung yang menguasai Sumatera Barat pada abad ke-14.

Ritual tarinya sendiri awalnya menampilkan perempuan dan laki-laki muda yang membawa makanan di piring mereka dan mengungkap syukur kepada Tuhan atas panen mereka. Saat ini, tarian disajikan dengan tempo lebih cepat dan dengan piring kosong.

Tergantung pada koreografi yang ditampilkan, piring-piring tersebut biasanya dilempar ke udara dan para penari akan membiarkan hingga piring tersebut jatuh ke tanah dan pecah. Para penari kemudian akan melangkah, melompat, atau berguling di atasnya tanpa terluka sama sekali. Aksi ini dianggap sebagai salah satu sisi magis Tari Piring.

Melalui pertunjukkan ini, tarian diiringi musik tradisional Minangkabau, seperti astalempong (mirip gamelan Jawa), bansi, puput, salung (suling dari bambu, buluh, atau batang padi), dan sebagainya. Musik akan mengalun lambat dan lembut lalu menjadi cepat. Musik ini merupakan elemen penting dalam tari piring karena mengarahkan gerakan para penarinya.

Quoted

Some nature is better polluted by design and art

Henricus Linggawidjaja