“Sekolah Toekang Reklame” – Suatu Catatan Perjalanan Disain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta

 

“Wij zijn de bouwers van de tempel niet
Wij zijn enkel de sjouwers van de stenen
Wij zijn het geslacht dat moest vergaan
Opdat een betere oprijze uit onze graven”
(Henriette Roland Holst)

“Kami bukan pembangun candi
Kami hanya kuli batu
Kami adalah generasi yang telah pergi
Agar menjelma angkatan baru
Di atas kuburan kami telah sempurna”

(terjemahan bebas redaksi)

 

PENGANTAR

Judul tulisan di atas, sama sekali tidak bermaksud melecehkan lembaga maupun profesi disainer grafis, dan kutipan sajak Henriette di atas untuk menggambarkan bagaimana posisi generasi sebelumnya begitu menjadi sangat penting untuk menentukan generasi selanjutnya.

Tulisan ini sekedar untuk mengingatkan agar semata-mata “kacang tidak lupa kulit”, siapa yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkan serta melegalisasi keberadaan kita lewat lembaga sejak bernama Akademi Seni Rupa Indonesia “ASRI”, kemudian meningkat status dan kedudukannya menjadi Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia STSRI “ASRI”, maupun setelah lebur dengan 2 (dua) akademi seni ASTI dan AMI kedalam Institut Seni Indonesia, Yogyakarta.

logo-asri-isi

Berbicara soal “Toekang Reklame” tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarah berdirinya Akademi Seni Rupa Indonesia, berdasarkan Konggres Kebudayaan di Magelang, maka keluarlah keputusan Menteri PP dan K No. 26/Keb. bertanggal 17 Nopember 1949 dan karena situasi masa revolusi yang masih membara, maka baru dapat dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 1950 di Yogyakarta dan berdirilah Akademi Seni Rupa Indonesia disingkat ASRI, dengan direktur pertamanya R.J. Katamsi, di Jalan Bintaran Lor, Telp. 83, Yogyakarta, dengan beberapa bagian pendidikan seni seperti Seni Lukis, Seni Patung, Seni Pertukangan Kayu, dan Seni Reklame menjadi salah satu cabang bagian pendidikan yang diselenggarakan. Adapun nama tepatnya yaitu jurusan 4 (empat) dengan sebutan REDIG, singkatan dari Reklame Dekorasi Ilustrasi dan Grafik serta terakhir jurusan Guru Menggambar.

Gedung ASRI di Jalan Bintaran Lor, dekat Bakmi Kadin (sekarang)

Gedung ASRI di Jalan Bintaran Lor, dekat Bakmi Kadin (sekarang)

 

REDIG (REKLAME DEKORASI ILUSTRASI dan GRAFIK)

Nama Jurusan REDIG digunakan kala lembaga masih bernama ASRI antara tahun 1950 -1961, salah satu mahasiswa pada awal jurusan ini yaitu Soetopo yang lulus pada tahun 1955 dengan ijasah I Bagian Reklame, di mana pada tahun 1962 beliau menjadi asisten tetap jurusan Seni Reklame. Beberapa tahun kemudian masuk nama-nama Margono dan Subarkah yang kelak di kemudian hari juga menjadi pengajar di jurusan ini.

Mahasiswa REDIG angkatan pertama, R Soetopo ketiga dari kiri, praktek cetak grafis di bawah asuhan Abdulsallam, seniman grafis

Mahasiswa REDIG angkatan pertama, R Soetopo ketiga dari kiri, praktek cetak grafis di bawah asuhan Abdulsallam, seniman grafis

 

REKLAME

Untuk menyelenggarakan pendidikan Seni Rupa yang lebih terarah dan terprogram, pada tahun 1962 terjadi perubahan administratif pengelolaan pendidikan di mana untuk siswa yang berijasah SMP dipisah dengan yang berijasah SMA, sehingga muncul Sekolah Seni Rupa Indonesia (SESRI) dan Bagian Guru Menggambar (Bagian B) dipisah dan bergabung dengan Jurusan Kependidikan IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta).

Pada tahun ini pula Reklame berpisah dengan REDIG dan menjadi jurusan tersendiri dengan nama Jurusan Reklame (1962-1968) dengan Ketua Jurusan yang pertama Dr. HC. R.M. Sapto Hoedojo. Beberapa mahasiswa yang terpanggil untuk mengabdi menjadi pengajar pada angkatan ini antara lain tercatat nama Parsuki, Sadjiman, dan Lie Djien An (Alm).

Dr. HC. R.M. Sapto Hoedojo

Dr. HC. R.M. Sapto Hoedojo

Situasi politik era Demokrasi Terpimpin di bawah Panglima Besar Revolusi (PBR) Ir. Soekarno yang mencanangkan gerakan anti Neo Kolonialisme dengan propaganda Indonesia sebagai Neo of Force Asia, membawa situasi nama Jurusan Reklame sementara sempat berubah menjadi Jurusan Seni Reklame dan Propaganda, sampai akhirnya ditetapkan dengan nama Jurusan Seni Reklame pada akhir tahun 1968. Mengingat ASRI Yogyakarta tumbuh dan berkembang di lingkungan yang amat kental dalam kehidupan berkesenian maka karya-karya awal mahasiswa reklame, nuansanya dipengaruhi pada ketegasan karya baik lewat teknik maupun penyajian yang muncul oleh sentuhan ekspresi manual handrawing dan gaya art deco dalam visualisasinya.

Pada periode generasi pertama ini muncullah nama seniman Sapto Hudoyo sebagai perintis dan R. Soetopo Mangkoediredja (pada tanggal 16 Desember 1987 menerima “Anugerah Pariwara” Indonesia yang pertama dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia Pusat, yang disampaikan oleh Menteri Penerangan Republik Indonesia, H. Harmoko). Generasi selanjutnya muncul Djun Saptohadi (InterVista), Pramono (Sinar Harapan) G.M. Sudarta (Om Pasikom) sebagai mahasiswa yang pada akhirnya mempunyai peran cukup besar dalam perkembangan desain grafis dan periklanan nasional.

Lie Djien An, R. Sutopo Mangkoediredja, Margono, dan Parsuki.

Lie Djien An, R. Sutopo Mangkoediredja, Margono, dan Parsuki.

 

SENI REKLAME

Nama jurusan Seni Reklame digunakan cukup lama (1969-1979), pada periode ini lembaga telah berubah status dan nama lembaga menjadi Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia “ASRI” Yogyakarta atau disingkat menjadi STSRI “ASRI”, dengan Ketua Jurusan pada waktu itu dijabat oleh Drs. R. Soetopo Mangkoediredjo sebagai Ketua Jurusan Kedua. Menjelang dikeluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan seiring dengan diberlakukannya NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) oleh Dr. Daud Joesoef. Maka nama Jurusan Seni Reklame berubah menjadi Jurusan Disain Komunikasi, beberapa mahasiswa yang terpanggil untuk mengajar kelak dikemudian hari pada periode ini antara lain: Drs. Soeprapto Soedjono, PhD, Drs. Irlanto Sudomo (Alm) , Drs. Asnar Zacky, dan Drs. Umar Hadi, MSn.

Gedung STSRI “ASRI” di Jalan Gampingan

Gedung STSRI “ASRI” di Jalan Gampingan

 
DISAIN KOMUNIKASI

Jurusan Disain Komunikasi (1980-1984) dengan Sekretaris Jurusan Drs. Margono Sastrosoediro, mulai mengenalkan beberapa mata kuliah dengan basic motion picture, di antaranya telah memproduksi pembuatan iklan hitam putih dalam bentuk pita reel di mana pasca produksinya masih harus dilakukan di Australia. Beberapa nama mahasiswa yang akhirnya turut mengabdi sebagai dosen pada periode ini antara lain muncul nama: Drs. Pawitra (Alm), Drs. Lasiman, MSn.

 

DISAIN KOMUNIKASI VISUAL

Pada pertengahan tahun 1984, terjadilah perubahan besar dalam sistem penyelengggaraan pendidikan seni, sehingga setelah menjalani perencanaan panjang sejak 1973 dengan ide penggabungan 3 (tiga) lembaga STSRI “ASRI”, AMI, dan ASTI. Untuk membentuk suatu lembaga pendidikan tinggi kesenian yang lebih luas cakupan dan lebih besar kewenangannya di bidang seni dari segi ketentuan pendidikan tinggi, maka disatukanlah 3 (tiga) lembaga dengan nama Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal 23 Juli 1984.

Perubahan status dari sekolah tinggi menjadi institut membawa konsekwensi perubahan lembaga jurusan. Yang tadinya satu jurusan membidangi 1 (satu) program studi, maka kini jurusan membawahi kewenangan pengelolaan administrasi 2(dua) program studi. Dengan demikian nama baru jurusan Disain Komunikasi menjadi Program Studi Disain Komunikasi Visual dengan Ketua Proram Studi Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto (1984 – 1992), selaku pejabat keempat di “Sekolah Toekang Reklame” ini. Berturut-turut, ketua program studi silih berganti, dari beliau ke Drs. Asnar Zacky Kaprodi kelima (1992-1994), Drs. Muhammad Umar Hadi, MSn. sebagai Ketua Program Studi Disain Komunikasi Visual keenam (1994 – 1996) dan Ketua Jurusan Disain ketiga dan keempat (1996 – 2004) selanjutnya Drs. Baskoro Suryo Banindro sebagai Kaprodi Disain Komunikasi Visual ketujuh dan kedelapan (1996 – 2004). Tahun 2004-2008 Drs. Lasiman, MSn. Menjabat sebagai Kaprodi kesembilan dan Tahun 2008-sekarang Drs. Hartono Karnadi, MSn menjabat sebagai Kaprodi kesepuluh.

Di masa ini pula telah terjadi regenerasi besar-besaran, terutama dengan masuknya pengajar muda dengan pengalaman beraneka ragam antara lain seperti: Drs. Wibowo, MSn. dengan latar belakang ilmu komunikasi, Drs. Baskoro dengan industrial disain, Drs. Sumbo Tinarbuko, MSn. dengan pengalaman jurnalistik dan grafis, Drs. A. Swasono dengan animasinya, Drs. Hartono Karnadi, MSn, dengan fotografinya, menyusul Drs. Endro Tri Susanto, Drs. Prayanto dan angkatan jauh di bawahnya seperti Hesti Rahayu, SSn.

Inilah kelanjutan dari “Sekolah Toekang Reklame” yang dirintis para pendahulu sebagai salah satu elemen untuk mengembangkan dan memelihara “jiwa seni” yang pada akhirnya berkembang menjadi Program Studi Disain Komunikasi Visual seperti sekarang ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sesungguhnya, “Sekolah Toekang Reklame” Program Studi Disain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta segera berusia 60 tahun pada 15 Januari 2010.

 

TOKOH, KARYA, DAN KIPRAHNYA

Beberapa alumni dan mantan mahasiswa “Sekolah Toekang Reklame” telah menghasilkan karya monumental antara lain Drs. R. Soetopo, seperti logo Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKJAT, PT Sari Husada, Lambang Pangkalan Udara Maospati Madiun (Iswahyudi), Lambang Pangkalan Udara Malang (Abdurrachman Saleh), Lambang Pangkalan Udara Panasan Solo (Adi Sumarno), Lambang AKADEMI “ANGKATAN UDARA (AAU).

R. Soetopo Mangkoediredjo, Poster Sosial

R. Soetopo Mangkoediredjo, Poster Sosial

Djun Saptohadi angkatan 1963 sebagai seniman reklame pertama yang masuk dan menjadi art director di biro iklan Intervista milik tokoh sepuh periklanan Nuradi, Pramono angkatan 1967 menjadi kartunis di SKH Sinar Harapan, Sadjiman dengan karya logo Universitas Negeri Sebelas Maret Solo dan STSI Padang Panjang, Parsuki dengan karya logo kekal Depdiknas ”Tut Wuri Handayani”, Edi Sudadi pernah menjadi Dekan Fakultas Sastra dan Bahasa yang membawahi Seni Rupa di UNS Solo, Soeprapto Soedjono dekan Fakultas Seni Media Rekam (kini Rektor ISI Yogyakarta), Hanny Kardinata mendirikan biro desain grafis pertama di Indonesia Citra Indonesia dan menggagas komunitas DGI, Museum DGI dan Indonesian Graphic Design Award (IGDA), R.M. Wahyu Widiatmo angkatan 1973 mendirikan dan merintis biro iklan di Yogyakarta Bromica Multimedia dan pernah menjadi ketua PPPI cabang Yogyakarta. M. Agus Taufan dengan biro iklan Domascer.

Djun Saptohadi, Poster Emansipasi Wanita

Djun Saptohadi, Poster Emansipasi Wanita

Sadjiman, Poster Candi Borobudur

Sadjiman, Poster Candi Borobudur

Hanny Kardinata, Poster Sosial Kampanye Produksi Indonesia, 1987

Hanny Kardinata, Poster Sosial Kampanye Produksi Indonesia, 1987

Poster ini memenangkan hadiah pertama lomba poster yang diselenggarakan oleh Kementerian UP3DN (Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri), ITB (Institut Teknologi Bandung) dan P3I (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia). Sumber visual: Majalah Desain Jepang “Tategumi Yokogumi”, Edisi #21 Summer 1988 Morisawa, hal. 16.

Pada angkatan yang lebih muda lagi muncul nama-nama Lasiman dengan karya logo MTQ Nasional di Yogyakarta dan Logo SMP Terbuka Nasional. Gandhi Suryoto dengan segudang prestasi memenangkan kompetisi pariwara baik nasional maupun internasional. Gatot Rendra Gutama, Hari “Max” Wibowo, dan Caecilia “Ciss” Dewayani Sutanto sebagai salah satu mahasiswi pertama yang dipercaya menjabat sebagai account executive di biro iklan papan atas Perwanal. Buldanul Khuri dengan Bentang Budaya Publishing. Hartono Karnadi dengan Rheudian Graphic Design, Sumbo Tinarbuko dengan LSK Deskomvisnya. dan masih banyak lagi.

Adapun hasil pendidikan era kurikulum ISI Yogyakarta, juga menghasilkan “Toekang Reklame” seperti Agus Karsito, R. Cahyoko, Dandun Tarub Wijaya, Hastjarjo Boedi Wibowo (Pendiri FDGI), Noor Udin praktisi perikalanan, M. Arif Budiman dengan beberapa kawan seperti R. Sindhu Utomo, mendirikan “Petakumpet” di Yogyakarta dengan skala nasional.

 

PENUTUP

Kini setelah lebur menjadi ISI Yogyakarta 23 juli 1984 (sekali lagi ISI Yogyakarta merupakan pionir Program Studi Disain Komunikasi Visual di Indonesia) dan Program Studi Disain Komunikasi Visual sendiri telah berusia 29 tahun, secara umum Program Studi Disain Komunikasi Visual memiliki misi menyiapkan dan memajukan sumber daya manusia tingkat sarjana yang ahli, terampil dan profesional dalam bidang Disain Komunikasi Visual dengan mempertimbangkan perkembangan komunikasi bisnis, teknologi, dan disain khususnya bidang Disain Komunikasi Visual yang diwujudkan dalam proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dengan memperhatikan potensi daerah yang berakar pada kondisi sosial budaya masyarakat sekitarnya.

Namun dengan semua modal dasar yang dimilikinya itu tidak menjadikan Program Studi Disain Komunikasi Visual yang ada sekarang ini menepuk dada, sebab kekurangan dan rasa tidak puas selalu saja akan muncul, terlebih bidang komunikasi visual ini sarat dengan muatan teknologi yang akselerasinya begitu cepat sehingga kadang menjadikan apa yang dimiliki sekarang ini besok pagi sudah tidak up to date lagi.

Agar tidak ketinggalan kereta, beberapa upaya ditempuh oleh Program Studi Disain Komunikasi Visual antara lain meminta masukan dan pendapat melalui para alumnus, melakukan SE (self evaluation) terhadap pelaksanaan pendidikan di DKV. Melakukan treasure study, menghubungi stakeholder, user, alumni, sehingga diperoleh input, output dan outcome yang diharapkan dan dianggap cukup ideal dengan apa yang ada di dunia kerja dapat diselaraskan. Selain itu guna meningkatkan pengetahuan dunia periklanan terkini, para dosen sering diikutkan dalam seminar, dan workshop baik yang diselenggarakan oleh “rumah iklan” maupun institusi penyelenggara pendidikan/shortcourse periklanan baik regional maupun nasional, menghadirkan para praktisi periklanan di kampus sehingga menumbuhkan atmosphere academic yang positif bagi para mahasiswa terhadap dunia periklanan.

Program Studi Disain Komunikasi Visual juga selalu membuka diri terhadap saran kritik dan masukan dari para mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan telah dilakukannya beberapa kali dialog antara mahasiswa dengan staf pengajar dibeberapa tempat disuatu kesempatan. Bincang-bincang terbuka tidak resmi beberapa dosen dengan kelompok angkatan mahasiswa juga sering dilakukan, bahkan mahasiswa juga pernah memberi masukan yang bagus melalui serangkaian kritik visual dengan poster. Bila dikaitkan dengan era cybernet dan virtual image yang sudah dimulai awal abad ini, pembahasan dan permasalahan yang akan dihadapi Program Studi Disain komunikasi Visual tentunya akan lebih jauh dan kompleks lagi, sebab dilihat dari wacana apapun kita jauh sangat tidak siap, akan tetapi sebagai mahluk insani yang taqwa, dengan kemampuan yang di berikan dan miliki, kita akan selalu optimis menghadapi perubahan jaman yang cepat ini, untuk itu selalu bersiaplah menyongsong kereta datang.

Harapan ini tentunya tidak akan terwujud, dan keharuman nama lembaga ini tidak akan abadi apabila tidak adanya dukungan dari para pengelola di Program Studi selaku pendidik, lembaga, alumni, dan pemangku kepentingan turut campur dan berpartisipasi dalam pengelolaan penyelenggaraan pendidikan.***

Quoted

“Seorang desainer harus memiliki keberpihakan pada konteks membangun manusia Indonesia. Peka, tanggap, berwawasan, komunikatif adalah modal menjadikan desainnya sebagai alat perubahan”

Arif 'Ayib' Budiman