Henricus Kusbiantoro dan Logo
LOGO Paperback: 352 pages by Michael Evamy / design journalist, author, and copywriter More than 1300 logos / 75 categories Predominantly in black and white Reviewed by Michael Bierut, Pentagram NY Laurence King Publishing, Ltd. London / October 4, 2007 Karya-karya logo yang dipublikasikan: Andrus Children’s Center / pro bono Heyman Properties / design at Chermayeff Geismar, NY General Electric Company / modified / design at Wolff Olins, NY Global RED Campaign / design at Wolff Olins, NY

LOGO
Paperback: 352 pages
by Michael Evamy / design journalist, author, and copywriter
More than 1300 logos / 75 categories
Predominantly in black and white
Reviewed by Michael Bierut, Pentagram NY
Laurence King Publishing, Ltd. London / October 4, 2007
Karya-karya logo yang dipublikasikan:
Andrus Children’s Center / pro bono
Heyman Properties / design at Chermayeff Geismar, NY
General Electric Company / modified / design at Wolff Olins, NY
Global RED Campaign / design at Wolff Olins, NY

Apakah arti dan renungan bagi seorang desainer logo Indonesia asal kota Bandung saat menemukan buah-buah karyanya diakui dan direkam dalam sebuah publikasi Internasional Corporate Identity dari jurnalis ternama Inggris: Michael Evamy. “Logo bible” berjudul LOGO oleh penerbit Laurence King Publishing Ltd. ini adalah berita gembira bagi komunitas bisnis merek dan desainer grafis. Dengan review impresif dari Michael Bierut–Pentagram NY, Buku LOGO ini berisi kumpulan lebih dari 1300 logo internasional yang sebagian besar diterjemahkan dalam ekpresi hitam putih sehingga lebih merupakan tes dasar objektif dan estetik bentuk dari suksesnya sebuah merek dalam standarisasi kaku desain grafis. Kaku namun terbukti masih ampuh dalam sebuah uji catwalk logo demi logo yang “melenggok” di panggung.

Bagaimana merancang sebuah logo yang baik? Berapa banyak langkah jitu yang musti dipahami? Bumbu-bumbu apakah yang esensial dan rahasia dalam “hidangan logo” yang hendak disajikan bagi klien?

“Klien pertama” yang pernah saya hadapi adalah seorang guru. Bapak guru bernama Wulfram Prihadi saat itu di tahun 1989 kira-kira sudah berumur 50 tahun, rambut memutih, “low profile”, selalu tersenyum lebar, seorang pria Jawa yang humoris dan gemar membawa gunting rambut besi hitam–jaman Belanda siap “memangsa” siswa yang lalai. Almarhum Pak Prihadi adalah mantan kepala sekolah sebuah SMA swasta ala bruderan di bilangan Jalan Dago Kota Bandung sekaligus guru menggambar jebolan STSI Jogja.

Pekerjaan logo pertama bagi para siswa SMA saat itu adalah logo kebersihan sekaligus ikon peringatan atas buruknya kondisi kebersihan kantin sekolah. Saya merancang logo dengan mencontek ide dari sebuah buku, oleh-oleh paman dari luar negeri. Seorang teman secara spontan merancang logo sekaligus ikon ilustrasi grafis hidangan kantin tumpah menjijikan yang diberi tanda silang dengan tagline “Habiskan dan Bersihkan Pempekmu!” Kontan Pak Prihadi telah menemukan pemenangnya. Hmmm…lalu komentar beliau mengenai logo saya: “kebarat-baratan dan tidak orisinal!” Itulah pelajaran pertama.

Lalu apakah rahasia logo yang baik? Bermuatan lokal? Orisinal?
Saat proses revitalisasi logo General Electric di tahun 2003, tim kreatif konsultan merek Wolff Olins berupaya keras untuk mengolah logo baru dan tampilan moderen bagi salah satu perusahaan terbesar dunia ini. Selama 4 putaran presentasi dan ratusan hingga ribuan logo digodok untuk memuaskan ambisi CEO Jeff Immelt akan visi GE yang baru. Akhirnya keluarlah 2 finalis (Gambar bawah) logo baru dan logo klasik GE. Alhasil logo klasik yang berusia lebih dari satu dekade dan berawal dari “badge” kipas angin produksi pertama GE tetap keluar sebagai juara dan memang layak dipertahankan oleh karena keunikan-nya. Konsep orisinalitas dan muatan sejarah selalu menjadi penentu revitalisasi logo. Di abad komputer kini, bahkan sulit ditemukan kualitas craftmanship seperti halnya logo klasik GE.

Proses eksplorasi logo baru General Electric Worldwide 2 finalis logo terpilih dalam revitalisasi logo GE di tahun 2003 Presentasi digelar: GE Headquarter, Fairfield – Connecticut Logo klasik GE dengan beberapa perbaikan keluar sebagai pemenang

Proses eksplorasi logo baru General Electric Worldwide
2 finalis logo terpilih dalam revitalisasi logo GE di tahun 2003
Presentasi digelar: GE Headquarter, Fairfield – Connecticut
Logo klasik GE dengan beberapa perbaikan keluar sebagai pemenang

Lalu apakah rahasia logo yang baik? Mementingkan “big picture”?

Walter Landor menegaskan branding tidak hanya berbicara tentang logo. Milton Glaser menambahkan logo hanyalah pintu gerbang dari sebuah merek! Resume berasumsi logo memang esensial namun sekaligus logo bukanlah branding. Bagaimana bila kita berkenalan dengan NO LOGO? Seperti halnya merek kenamaan asal Jepang: MUJI. Merek ini sendiri bernama awal Mujirushi Ryo¯hin yang berarti NO LOGO, GOOD QUALITY. Kreasi kreatif MUJI berawal dari tangan dingin desainer legendaris Ikko Tanaka (1930-2004) yang ingin memperkenalkan MUJI sebagai merek yang unik, eksklusif, basic dan menekankan pada fungsi, bukan pada titik berat penampilan. Penerus Ikko, desainer grafis Kenya Hara memperkenalkan konsep MUJI : emptyness; ibaratnya MUJI kini adalah juga karya seni dan produk fungsional meditatif, transformasi tradisional–modernisasi namun lekat khas identitas bangsa Jepang. MUJI is about acceptance, not appearance (Designing Design – Kenya Hara, Lars Muller Publishers).

Brand MUJI kini menjadi fenomenal dan memiliki pasar yang ekstrim fanatik karena memiliki “genre” tersendiri. MUJI bukanlah IKEA yang terkenal gencar melakukan kampanye branding dengan logo yang bold color graphic. MUJI seolah-olah mendeklarasikan NO LOGO – NO BRANDING sebagai karakter dari Branding MUJI itu sendiri. Produk-produk MUJI selalu tampil tanpa bubuhan identitas logo! Aplikasi logo hanya sebatas kemasan dan desain publikasi (Gambar bawah). It is just MUJI. “No Bullshit”.

Brand MUJI alias Mujirushi Ryo¯hin alias NO LOGO, GOOD QUALITY Kreasi merek berawal dari Desainer Ikko Tanaka Konsep iklan MUJI “Emptyness” oleh Desainer Kenya Hara Desainer produk industri: Naoto Fukasawa

Brand MUJI alias Mujirushi Ryo¯hin alias NO LOGO, GOOD QUALITY
Kreasi merek berawal dari Desainer Ikko Tanaka
Konsep iklan MUJI “Emptyness” oleh Desainer Kenya Hara
Desainer produk industri: Naoto Fukasawa

Lalu apakah rahasia logo yang baik? Akhirnya mungkin kita berkesimpulan pelajaran paling mendasar bagi desainer logo adalah memahami klien seperti halnya mencoba memahami pacar, sobat atau bahkan diri sendiri. Ironisnya dalam era kompetisi pasar yang ketat, output logo akan terlihat expected, stereotype, boring dan safe player. Seperti halnya berpacaran, kita takut (atau lupa?) untuk berkata “tidak” atau memaki “bodoh” atau bereksperimen memilih rute “jet coaster” dan akhirnya kembali lagi pada dunia impian. Berpelukan dan memuji-muji. Terbukti kini logo kontroversial Olimpiade London 2012 karya Wolff Olins “memecah belah” bangsa.

Tidak ada 10 langkah. Atau 8 jurus. Lupakanlah formula. Bersikaplah fleksibel. Lupakanlah Swiss Design dan konco-konconya bila kita telah bertemu klien bak Google atau pemilik Kasino di Vegas. Logo tanpa proses konsep di belakangnya adalah “zombie”. Proses adalah guru yang mendewasakan desainer. Logo semestinya visioner, esensi, reduksi, intisari, wajah perwakilan sehingga layaknya menghasilkan konsep kesederhanaan dan unik. Logo atau tanda juga adalah misteri. Misteri tidak layak distandarisasikan tetapi dinikmati. Apapun bisa terjadi seperti halnya pencipta logo swoosh Nike, Carolyn Davidson “hanyalah” seorang mahasiswi desain grafis dengan bayaran logo 35 dollar!

Kesimpulan adalah rentan. Karena desainer tidak berhenti belajar. Keberhasilan merancang sebuah logo banyak dikaitkan sebagai misteri, intuisi, bakat alami, “hoki” bahkan wangsit hingga fengshui. Tetapi saya pribadi percaya campur tangan Tuhan dalam pekerjaan tangan kita sebagai desainer adalah misteri yang layak menjadi renungan. (Henricus Kusbiantoro, 25 Oktober 2007)

Launching identitas OPEN PATH Oktober 2007 dan implementasi animasi OPEN PATH adalah Konsultan Pro Bono Adopsi Anak dan Fertilitas di California Kata HOPE ditemukan tak terduga dalam rangkaian melingkar OPEN PATH Klien menemukan unsur kejutan yang sangat mengena dengan visi organisasi Art Director dan desain logo: Henricus Kusbiantoro Desainer: Junko Maegawa

Launching identitas OPEN PATH Oktober 2007 dan implementasi animasi
OPEN PATH adalah Konsultan Pro Bono Adopsi Anak dan Fertilitas di California
Kata HOPE ditemukan tak terduga dalam rangkaian melingkar OPEN PATH
Klien menemukan unsur kejutan yang sangat mengena dengan visi organisasi
Art Director dan desain logo: Henricus Kusbiantoro
Desainer: Junko Maegawa

Kumpulan logo oleh Henricus Kusbiantoro saat berdomisili di New York dan San Francisco.

Kumpulan logo oleh Henricus Kusbiantoro saat berdomisili di New York dan San Francisco.

 


Henricus Kusbiantoro MFA
Saat ini bekerja sebagai senior art director di Landor Headquarter Brand Consultant San Francisco dan pengajar di program master desain grafis Academy of Art University. Henricus yang juga alumnus Wolff Olins Brand Consultant New York (2002-06) memulai karier desain grafis di LeBoYe Jakarta (1996) sebelum akhirnya hijrah ke New York dan bekerja di biro legendaris Pushpin Studio dan Chermayeff Geismar New York. Di tahun 2007, Henricus Kusbiantoro meraih penghargaan prestisius desain grafis internasional D&AD London–Merit Award dan New York’s Art Director Club (ADC) untuk Kampanye Global RED – AIDS Afrika. Jebolan desain grafis ITB Bandung dan Pratt Institute New York kini menetap di San Francisco bersama Yuliana dan Theo.

Kontak penulis: henricuskusbiantoro@yahoo.com

Quoted

“Imajinasi yang liar lebih kuat dari lirik yang sok mau jelas.”

Slamet A. Sjukur