Nigel Sielegar di The New York Typeforce 2015

Dari ajang pameran tipografi tahunan Typeforce 2015, DGI berbincang dengan seorang desainer Indonesia yang turut serta di dalamnya: Nigel Sielegar (Corse Design Factory). Dengan mengangkat gagasan mengenai kebebasan pers, United We Stand dapat dinikmati sepanjang April 2015 di ruang galeri The Type Directors Club, New York.

 
NigelTDC1
 

Awal tahun 2015, salah seorang kurator Typeforce, Dawn Hancock (Firebelly Design) menghubungi Nigel yang berdomisili di New York untuk turut serta dalam pameran yang mulanya bertempat di Chicago ini. Sepanjang enam tahun perhelatannya, Typeforce senantiasa mengundang para seniman tipografi yang tengah naik daun untuk bereksperimen dengan beragam bentuk, rupa, dan dimensi karya tipografi.

 
NigelTDCProcess10
 

Tak hanya sebagai ajang eksperimen, pameran ini juga dilihat Nigel sebagai sebuah kesempatan untuk turut menyuarakan pandangannya mengenai isu kemasyarakatan yang ada. Melalui United We Stand, Nigel Sielegar mengajak khalayak untuk dapat merefleksi kembali batas tipis yang dimiliki oleh media massa/pers: ketika pers memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik dengan mudah, pada saat yang sama pers memiliki tanggung jawab sosial atas keberimbangan warta yang dipublikasikannya. United We Stand menyuarakan media massa yang “bebas kepentingan”—yang diterjemahkan ke dalam elemen utama karyanya: kertas koran.

Lebih dari dua ribu lembar kertas koran digunakan dalam instalasi ini. Eksekusi pemasangan instalasi ini sendiri mengadaptasi cara bodega-bodega memajang koran dan majalah yang mereka jual.

Bersama rekannya, Daniel Gutierrez, sepanjang akhir pekan Nigel membangun stan kayu khusus yang berfungsi sebagai penyangga dengan senar-senar vertikal sebagai sumbu, hingga memungkinkan kertas-kertas koran itu digantung pada berbagai ketinggian. Stan ini mereka rakit di sebuah toko kayu milik salah seorang klien Nigel, Essex Valley School. Sementara, proses sisanya dikerjakan pada waktu-waktu senggang di studio.

 
NigelTDC4

 

NigelTDC3

 

Kerentanan pers—antara kuasa dan tanggung jawab sosial yang dimilikinya itu—menjadi perhatian khusus bagi Nigel. Media massa dapat dengan mudah mendistorsi kenyataan dan membentuk sudut pandang sesuai dengan kepentingan-kepentingan yang membelakanginya. Bertahun-tahun lamanya, beragam konflik dan insiden menyangkut politik, agama, seksisme, hingga rasisme tak dapat lagi terhindarkan sebagai akibat dari penyalahgunaan media massa. Karenanya, menjadi keinginan Nigel untuk menampilkan karya yang dapat mengajak masyarakat untuk merenungkan sejenak apa yang telah turut membentuk dorongan-dorongan konflik itu.

 

United We Stand sendiri, diakui Nigel, ia pilih oleh karena berbagai alasan. Salah satunya adalah inklusivitas dan ekslusivitas yang terangkum sekaligus di dalamnya. ‘We’ pada instalasi itu dapat berarti siapa pun: pers, masyarakat umum, atau bahkan desainer (sebagai kelompok terdekat yang dapat mereka jangkau). United We Stand mewakili suara untuk dapat bersama menuju suatu pencapaian. ‘Ambiguitas’ yang dimuat di dalamnya menjadi sebuah tujuan tersendiri baginya: untuk menggelitik pikiran para pelihat hingga dapat berinteraksi dengan karya itu secara personal.

“Mungkin saja—ini harapan saya—dengan menyadari hal itu, dunia dapat sedikit lebih damai. Karya ini hanya sebuah pengingat sederhana.”

 

Saya percaya pada kebebasan berpendapat. Setiap orang berhak atas pandangannya atas berbagai hal, namun itu juga menuntut kesadaran bahwa gesekan pendapat pasti akan selalu terjadi. Itulah yang harus ditanggapi dengan bijak. Sama seperti media massa/pers, desainer memiliki peran besar semacam ini di kehidupan sehari-hari, karena karya-karya kita berdampak langsung pada publik. Pada titik inilah saya mempercayai—bahkan mendorong—tanggung jawab sosial dari pada desainer. Ada daya persuasi besar di ujung-ujung jari kita, sebesar tanggung jawab yang mengikutinya.

 

***

 

NigelTDC2

NigelTDCProcess8

NigelTDCProcess2

NigelTDCProcess5

NigelTDCProcess9

NigelTDCProcess1

NigelTDCProcess7

NigelTDCProcess6

NigelTDC5

 

Quoted

“Keberhasilan merancang logo banyak dikaitkan sebagai misteri, intuisi, bakat alami, “hoki” bahkan wangsit hingga fengshui. Tetapi saya pribadi percaya campur tangan Tuhan dalam pekerjaan tangan kita sebagai desainer adalah misteri yang layak menjadi renungan.”

Henricus Kusbiantoro