Home > Read > News >
Dari FDGI&Friends #16: “Antropografis”: Talk Show Identifikasi Visual Indonesia dalam Desain Grafis

antropografis_poster1

FDGI&Friends #16 berlangsung pada hari Sabtu, 26 April 2008 di Gedung Emax, Kemang membicarakan topik yang menghubungkan antara desain grafis dengan antropologi; ilmu tentang manusia, terutama ke lingkup antropologi sosial dan budaya, mencoba mencari ke-Indonesia-an dan memahami bahasa visual yang bagaimana yang meng-Indonesia itu. Talkshow yang dihadiri oleh hampir 120 orang ini menghadirkan 4 orang pembicara:

Iwan Meulia Pirous
Dosen antropologi Universitas Indonesia, yang tulisan ilmiahnya membahas hubungan antropologi dengan seni rupa dan salah satu risetnya tentang identitas masyarakat perbatasan Indonesia dengan negara tetangga. Aktif di Jurnal Antropologi Indonesia, kegiatan riset dan aplikasi antropologi lainnya.

Arief Adityawan
Dosen DKV yang dari dulu sangat peduli terhadap pemikiran desain grafis lintas disiplin, terutama ke lingkup sosial politik. Sekarang aktif menulis di blog Desain Grafis Indonesia, juga sebagai salah satu direktur di grafisosial.

Duvan Desela
Art Director Lines Advertising.

Daud Budi Surya
Pemenang Lomba 1001 Cover majalah Concept.

Tanpa janjian, keempat nara sumber mengangkat perpaduan budaya dari etnis Tionghoa dan dari etnis lain di Indonesia.

 

Arief Adityawan membahas beberapa kemasan di era sebelum dan awal kemeredekaan dimana terasa adanya budaya Cina/Tionghoa karena banyak bidang usaha yang dikuasai atau dikelola etnis Tionghoa. Bahasan ini juga dapat dilihat dalam newsletter “Share” yang terbit saat FDGI & Friends dan hanya dicetak terbatas 200 pcs. untuk peserta.

Iwan M. Pirous melengkapi dengan bagaimana suatu budaya itu memang harus berkembang dan berubah seiring dengan waktu dan datangnya budaya asing di sekitarnya. Termasuk mengapa budaya Cina/Tionghoa banyak mempengaruhi kebudayan Indonesia juga. Perubahan itu memang harus terjadi dan jangan ditakuti akan menghilangkan budaya asli.

Lantas Duvan yang membedah cover majalah Concept yang pernah dirancangnya (cover merah dan silver bercorak naga dengan dengan teknik die-cut) yang merupakan perpaduan budaya Thailand, Cina dan Indonesia.

Terakhir Daud menguraikan rahasia perjuangannya merancang “Timun Mas” yang mengundang decak kagum peserta. Keindahan anime jepang yang menjadi inspirasinya untuk membuat ilustrasi dengan budaya yang dikuasainya. Lomba desain cover Concept tahun 2007 menjadi pendorong untuk mewujudkan inspirasinya itu. Mendengar dan melihat proses pengerjaannya yang sarat dengan riset juga kemampuan teknisnya serta perhatiannya pada detil dalam mengeksekusi sungguh membuat peserta sepakat berkomentar “memang pantas dia dapat Kalos”.

Bagi Daud tips jadi pemenang dalam lomba adalah mengerjakan segala sesuatu dengan sepenuh hati, ‘niat banget’. “Kerahkan seluruh kemampuan, maka pasti hasilnya akan sepadan”.

 

Selanjutnya jadwal FDGI & Friends berikutnya yang akan digelar setiap Sabtu pk. 13.00–17.00 di Emax Store setiap dua bulan, dengan perkiraan tanggal dan topik sebagai berikut:

21 Juni 2008: Design Entertainment Graphic (dalam toys & games)

23 Agustus 2008: Branding Indonesia atau daerah (Visit Indonesia Year)*

18 Oktober 2008: Desain Grafis dalam film layar lebar dan film animasi*

6 Desember 2008: Desain Grafis dalam advertising*

*) waktu dan topik masih dapat berubah

 

Yang sudah pasti akan rutin mendukung FDGI & Friends adalah Indonesia Printer (mencetak poster, plakat, “Share” & souvenir), Paperina (paper & goody bag), Emax (tempat) dan Growtech (digital print). Selain itu beberapa sponsor yang selalu memberikan souvenir/merchandise untuk doorprize: Majalah Concept, Surya Fancy, Harapan Prima Offset Printing, yellow-dot (Afterhours Group), Digital Studio, Link & Match Graphic dan Fortuna Fancy.
img_80261

img_80281

img_80321

img_80631

img_80791

img_80851

img_80931

img_81241

img_81261

img_81321

img_81481

img_81491

img_81601

img_81651

img_81691

img_81741

img_81751

img_81761

Quoted

The fate of a designer is not determined by the public system, but by the way he sees his own life

Surianto Rustan