Home > Read > News >
Dialog dan Diskusi: Forum Studi yang Mereposisi Kompetisi

Liputan Lokakarya II Rerancang Identitas Visual AQUA Lestari

AL2-01

“You can not have creativity without distractions.” – Cecil Mariani

Omah Ndelik, Jagakarsa, dinaungi kewas-wasan pada Sabtu, 17 Januari 2015 lalu. Delapan belas*) peserta yang hadir untuk mengikuti tahap Pengembangan Karya dihadapkan pada proses yang tak lazim dalam sebuah arena bertajuk ‘kompetisi’: mempresentasikan proses dan progres kerja tak hanya di hadapan kedua fasilitator namun di hadapan para ‘pesaingnya’.

Jika kompetisi pada umumnya membiarkan para desainer saling mengisolasi diri, Lokakarya II Rerancang Visual AQUA Lestari mereposisi forum kompetisi menjadi sebuah forum studi.

 

AL2-02

“Kompetisi kehilangan maknanya ketika ia tertutup. Profesi [desainer grafis] tidak akan berkembang dengan pola demikian.” – Eka Sofyan Rizal

Tanpa disadari, ‘budaya’ kompetisi desain yang selama ini marak terjadi telah membentuk cara pandang yang buruk terhadap kompetisi maupun desain itu sendiri. Penilaian terhadap desain dengan dikotomi ‘Menang’ dan ‘Kalah’ telah meletakkan desain dan upaya pengembangannya dalam iklim yang tak sehat. Isolasi dalam proses mendesain dianggap sebagai satu-satunya metode yang ideal untuk menghasilkan karya yang ‘berbeda’ agar layak disebut kreatif. Padahal, dengan mengucilkan diri di sepanjang proses merancang, seorang desainer telah mengkhianati prinsip kerja desain itu sendiri.

Mentalitas yang baru harus dibangun demi kemajuan profesi desain grafis. Seperti apa mentalitas yang dimaksud? Eka Sofyan Rizal menekankan kembali dalam pembukaannya bahwa desain bukanlah sebuah ilmu pasti. Penduplikasikan atas suatu karya tak akan serta merta menduplikasi secara identik pula nilai estetik yang diusungnya. Dengan demikian, kewas-wasan untuk membagi progres ideasi dalam kompetisi perancangan tak lagi relevan, bukan?

 

AL2-03

“Musuh kreativitas adalah berusaha untuk mengulang sukses” – Eka Sofyan Rizal

Dengan presentasi terbuka ini, peserta diharapkan dapat memposisikan kembali perannya sebagai desainer yang keberkaryaannya dititikberatkan pada proses yang organis, bukan pada satu proses lurus yang mekanis. Setiap tanggapan yang ada dari sesama desainer akan membawa karya pada kematangan, sebab ia telah teruji secara argumentatif oleh audiens yang sedikit banyak mewakili publik. Atas tiap gagasan yang telah disampaikan dalam forum sekiranya memicu si perancang untuk mengembangkannya pada kemungkinan yang lebih kreatif tanpa terpaku pada satu pola yang baku.

 

AL2-04

Belajar itu bukan dari definisi, tapi dari pertanyaan.” – Cecil Mariani

Dengan beragam format, peserta mempresentasikan serangkaian proses kerja yang dilaluinya paska sepekan memperoleh pembekalan di Lokakarya Rerancang Visual AQUA Lestari tahap I. Dinamika diskusi yang terjadi dalam forum hari itu membuktikan apa yang seorang fasilitator, Eka Sofyan Rizal, pernah nyatakan, “Desain itu tidak ada rumusnya. Metode desain harus selalu bisa dikembangkan.”

Presentasi kedelapanbelas peserta menghadirkan delapan belas metode pemahaman dan pemecahan masalah yang berbeda. Dengan membagikan dan mendiskusikan proses keberkaryaan di hadapan sesama peserta, persepsi akan kompetisi yang sarat kesengitan pun mencair menjadi sebuah ruang belajar. Alih-alih memetakan kekuatan antar peserta, forum diskusi telah menyodorkan kembali luasnya potensi pengembangan gagasan dalam menyelesaikan suatu problem visual.

*) Satu orang peserta didiskualifikasi karena tidak hadir dalam Lokakarya Tahap II.

 

AL2-05

AL2-06

AL2-07

AL2-08

Quoted

“Imajinasi yang liar lebih kuat dari lirik yang sok mau jelas.”

Slamet A. Sjukur