Yogya (KR) – Hidup adalah tanda, karena di sekeliling kita penuh dengan tanda. Tanda itu sangat beragam jenisnya, dari ikon, indeks, sampai simbol. Hanya saja, para produser tanda dalam beragam jenisnya belum mengerti benar, apakah tanda yang dibuat itu sudah komunikatif? Produser tanda harus memahami semiotika sebagai ilmu tanda agar bisa memecahkan masalah komunikasi visual.
Demikian diungkapkan Sumbo Tinarbuko, dosen Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yogyakarta, kandidat doktor FIB UGM, penulis buku ‘’Semiotika Komunikasi Visual’’ terbitan Jalasutra. Buku tersebut diluncurkan dalam ‘’Pesta Buku Jogja/PBJ-2008, Rabu 6/2/2008 pukul 19.00. Buku tersebut dibedah Budi Irawanto MA (dosen Fisipol UGM) dengan menghadirkan penulis buku: Sumbo Tinarbuko dengan moderator Dadang Rusbiantoro (Editor Penerbit Jalasutra).
Didampingi Apri Dhian Purwantoro (Direktur Pemasaran Penerbit Jalasutra), Sumbo mengatakan, buku ini banyak mengupas soal desain komunikasi visual dari dimensi semiotika, seperti soal iklan komersial, iklan layanan masyarakat. Bukan saja dari elemen desain grafis seperti ilustrasi, komposisi, layout, warna, huruf dan tipografi, tapi contoh-contoh bentuk iklan di Koran, produk kaos Dagadu, rambu lalulintas, dsb. “Buku ini diterbitkan karena memang banyak dicari masyarakat, sangat actual untuk dibaca guna memahami karya-karya desain komunikasi visual yang ada di sekitar kita’’, ujar Apri Dhian. (Jay)
Dimuat di harian Kedaulatan Rakyat (KR), Rabu 6 Februari 2008
Lihat juga Semiotika Komunikasi Visual.
“Cheating the system is very gratifying”