Landasan Komunikasi
Komunikasi bertujuan untuk mentransfer pesan dari satu pihak ke yang lain, agar dimengerti dan ditanggapi, hingga terjadi hubungan aksi-reaksi antar keduanya. Untuk itu ada beberapa hal yang dipersyaratkan:
Kesinambungan alam pikiran: pengirim menyampaikan pesan dengan mempertimbangkan cara berpikir, adat kebiasaan dan budaya masyarakat yang menerima pesan. Ini merupakan jembatan yang menyamakan “frekuensi”(seperti halnya pada radio) antara pengirim dan penerima.
Kesamaan bahasa: keduanya menggunakan bahasa yang sama-sama dimengerti. Untuk bahasa verbal mungkin lebih mudah menentukannya. Bahasa Indonesia dimengerti orang Indonesia pada umumnya dan bersifat resmi. Menggunakan bahasa Daerah ataupun bahasa slank dimengerti dan diminati sekelompok tertentu saja. Tapi secara emosional lebih terasa dekat bagi penerima pesan. Meskipun bahasa non-verbal sering dianggap lebih universal (mendunia), namun tak sepenuhnya demikian. Tiap kelompok masyarakat punya “bahasa non verbal” yang khusus dimengerti kelompoknya sendiri, misalnya gerak tubuh. Diagram hanya bisa dimengerti oleh orang yang telah belajar cara membacanya.
Kesamaan landasan interes: menyampaikan pesan yang merupakan minat atau masalah yang merupakan salahsatu bagian persoalan penerima pesan. Sering masalah yang akan disampaikan bukan minat penerima pesan. Disini dibutuhkan kecerdasan pengirim pesan untuk mengolah agar menarik: bagaimana agar masalah tersebut diminati penerima pesan.
Ketajaman menyatakan tujuan: akhirnya sebuah pesan menghendaki sesuatu yang dilakukan penerimanya: terpengaruh, bereaksi, komentar positif, setuju, melaksanakan anjuran, melakukan sesuatu, membeli…Karena itu pengirim perlu merancang suatu pesan yang mengarahkan penerima ke tujuan pesan tersebut. Dalam pesan informatif, tujuan tersebut jelas dinyatakan. Tapi dalam pesan yang membujuk/promosi/iklan, tujuan tersebut harus diolah sedemikian rupa hingga tak berkesan memaksa.
Ke-empat butir di atas merupakan bagian terpenting dari faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi di samping banyak faktor-faktor lain.
Gambar dan Huruf
Komunikasi melalui media grafis menggunakan unsur gambar dan atau huruf-huruf. Keduanya bisa dipakai bersama atau berdiri sendiri. Ada yang cukup dengan gambar sudah dimengerti (rambu lalu-lintas); ada juga yang menggunakan kombinasi huruf dan gambar. Komik menekankan pada gambar dengan sedikit huruf. Novel tak menyertakan gambar dan menekankan pada penggunaan huruf. Dari segi visual, yang diolah pada novel adalah pemilihan jenis huruf, susunan huruf dan tata letak.
Dalam merancang media grafis, hal yang biasanya jadi pertimbangan adalah:
Kepentingan gambar dan huruf: seberapa banyak gambar yang harus ditampilkan, berapa panjang teks yang dibutuhkan. Makin banyak gambar dan teks, makin rumit mengerjakannya, belum tentu juga efektif hasilnya. Baik pada huruf maupun gambar berlaku prinsip: efisien dan efektif. Menyampaikan secara efisien dengan hasil yang tetap efektif.
Mana lebih utama, gambar atau huruf? Ada hal yang lebih mudah dikatakan lewat gambar, ada yang harus disampaikan secara tertulis. Dalam kasus tertentu, misalnya cara menggosok gigi, lebih mudah diterangkan lewat gambar daripada tulisan. Pada kasus lain huruf lebih dapat menerangkan sesuatu, terutama bila berupa pengertian tentang istilah dan hal yang sifatnya umum. Bila rancangan berupa folder atau poster sebaiknya dihindari cara setengah-setengah, pilih dominasi pada gambar atau pada huruf. Bila bentuknya buku/buklet, maka halaman yang bergambar sebaiknya didominasi oleh gambar. Halaman teks tulisan sedikit saja gambar, atau tak bergambar.
Huruf dalam pengertian grafis perlu dimngerti sebagai unsur visual. Dalam huruf
Gambar seperti apa? Dari sisi gambar, kekuatannya adalah bahwa gambar dibaca relatif lebih universal. Gambar juga dibaca sekaligus tak berurutan seperti huruf. Tapi pilihan pada gambar bisa macam-macam: foto berwarna, foto hitam-putih, gambar tangan berwarna atau hitam-putih, baik realistismaupun dekoratif/stilasi, gambar kartun, gambar diagram? Tiap pilihan punya spesifikasinya sendiri.
Fotografi menampilkan sesuatu yang (seakan) fakta. Kerusakan gigi menjadi lebih memukau dalam bentuk potret. Tentu harus dilakukan pemotretan yang baik untuk menonjolkan apa yang ingin disampaikan. Berwarna bila pintar memotretnya bisa lebih menarik. Foto hitam-putih menekankan pada bentuk, kadang juga bisa lebih dramatis.
Gambar tangan lebih bebas mereka-reka suatu kejadian, bisa memberi tekanan pada apa yang akan disampaikan, menghilangkan yang tak perlu. Tapi bila gambarnya tak bagus, seluruh usaha jadi rusak. Kesannya kemudian jadi sembarangan, tak serius. Gambar berwarna memberi suasana yang lebih menarik, tapi biaya cetaknya tentu lebih besar. Hitam-putih pun bisa baik bila gambarnya bagus, tepat sesuai pesannya.
Gambar kartun kadang menolong suasana menjadi lebih ringan, mudah diterima, lucu. Tapi kita perlu hati-hati dalam memilihnya karena: tak semua informasi bisa disampaikan secara lucu. Untuk informasi penting/ kritis/ serius sebaiknya tak digunakan kartun. Pun bila akan menggunakan lelucon, perlu diperhatikan kelucuan yang masih bisa diterima umum, tak menyinggung perasaan maupun norma. Hal ini menyangkut kelucuan dan bentuk gambarnya.
Diagram memang mudah menerangkan sesuatu yang kalau menggunakan kata-kata jadi rumit dan panjang. Banyak hal yang sangat mudah diterangkan dengan diagram, misalnya penampang gigi.Tapi kita harus selalu ingat bahwa kita bisa membaca diagram karena belajar (di sekolah). Tak semua bentuk diagram dimengerti masyarakat. Hal yang harus diingat juga, diagram pada dasarnya adalah informasi obyektif, biasanya memang tak menarik bagi masyarakat awam. Makin banyak kita tampilkan diagram, makin kecil minat penerima melihat pesan kita. Gunakan diagram bila memang perlu. Perlu diolah cara menampilkannya agar pelihat mau membacanya.
Dengan demikian memilih gambar menjadi hal penting. Ini menyangkut (1) gambar apa yang perlu ditampilkan (2) gaya gambar yang dipilih, (3) cara menampilkan: pilihan obyek, sudut pandang dll. Dan dari semua pertimbangan jangan lupa memikirkan dengan teknik cetak apa gambar tersebut dilaksanakan…Selanjutnya mengenai gambar akan dibahas oleh Pak Iman Sudjudi setelah sesi ini.
Olahan huruf dalam pengertian grafis perlu dimengerti sebagai unsur visual. Dalam huruf memang terkandung dua hal sekaligus;(A) sesuatu yang terbaca verbal, ditulis dengan tinta apapun dan huruf seperti apapun kata “aku” diartikan sebagai aku, saya. (B) sesuatu yang terlihat, visual. Kata “aku” yang ditulis tebal kesannya berat, ditulis miring kesannya sopan. Ada sesuatu tersirat disampaikan melalui bentuk visual huruf. Dalam rancangan grafis segi visual ini yang menjadi pokok olahan.
Pilihan bentuk huruf merupakan masalah pertama yang dihadapi perancang. Ada sekitar 70.000 bentuk huruf yang bisa dipilih untuk menyesuaikan dengan maksud pesan. Perbendaharaan ini cukup untuk menyampaikan berbagai nuansa pesan. Secara umum orang memilih huruf yang resmi untuk folder penyuluhan, dan huruf miring untuk undangan nikah. Penggunaan huruf besar semua mengesankan perintah / keras. Huruf kecil lebih berkesan sopan. Huruf yang menggunakan kait kesannya konvensional. Huruf tanpa kait kesannya bersih, Huruf tulis tangan kesannya bersahabat / manusiawi, meski tergantung cara menulisnya. Kata “OBRAL” ditulis tangan agar kesannya tergesa-gesa.
Judul dan teks: untuk huruf judul banyak huruf yang bisa dipilih sesuai dengan karakter pesan yang disampaikan, bisa tegas, lucu, sopan, dingin, hangat. Tapi untuk huruf teks perlu dipertimbangkan huruf yang mudah dibaca dalam ukuran kecil dan naskah yang panjang, karena sifatnya fungsional. Yang kemudian dipikirkan adalah keserasian huruf judul dengan huruf teks tersebut, dan juga dengan gaya gambar yang dipilih. Kemudian ada pula huruf keterangan foto, huruf untuk keterangan lain, catatan kaki. Sebaiknya tak memilih terlalu banyak jenis huruf yang berbeda agar tak terlalu ramai. Tetapi memilih hanya satu saja untuk semua mungkin membosankan. Kepintaran kita adalah, memilih secukupnya yang serasi.
Naskah yang terlalu banyak judulnya kesannya ramai. Hal ini diatasi dengan memilih huruf judul yang tak terlalu menonjol. Teks yang telalu panjang melelahkan pembaca awam. Biasanya hal ini diatasi dengan memperbesar alinea dan atau memberi initial di awal huruf beberapa alinea.
Ada pilihan teks agar pada kedua bagian rata (flush-paragraph, justified). Cara ini lebih berkesan bersih. Tapi kadang jarak hurufnya tak sama. Memilih rata kiri (ragged Left, left) menyebabkan bagian kanan tak rata. Kadang ini menarik, meninggalkan ruang kosong untuk bernafas, asal tak terlalu ramai.
Huruf memang merupakan unsur yang perlu diperhatikan dalam menyerasikan dengan pesan yang akan disampaikan. Selain itu huruf membangun karakter pesan kita melalui kerjasama dengan tataletak dan pilihan gaya gambar yang ditampilkan.
Demikian semoga masukan singkat ini berguna bagi pemahaman tentang peranan gambar dan huruf dalam rancangan grafis.
Priyanto Sunarto, 10 Agustus 2001
Dari kumpulan tulisan Dr. Priyanto Sunarto (Head of Doctoral Programs Visual Arts and Design-Faculty of Art and Design “Institut Teknologi Bandung”). Ditulis tahun 2001.
“Cheating the system is very gratifying”