Cermin Diri

101221b-cermin-diri

Satu kuliah dari Dr Seno Gumira Ajidarma membawakan bedah mengenai media dan kekuasaan, berangkat dari arah kuliah tersebut mau tidak mau mesti menyeret ‘kebudayaan’ di dalamnya. Pemahaman menarik mengenai ‘kebudayaan’ beliau bawakan, ‘kebudayaan’ tak lagi diartikan secara sempit dalam visual gerak, olah suara ataupun jenis kegiatan yang biasanya merujuk kepada sesuatu yang berbau tradisional.

Menurutnya, kebudayaan adalah satu situs perjuangan ideologi tempat kelompok-kelompok terbawahkan melawan resistansi terhadap beban makna dalam wacana kelompok dominan.

Jadi pada dasarnya budaya adalah sebuah pertarungan antar ideologi, siapa yang menjadi pemenang akan menjadi hegemoni. Tak lagi bicara baik, benar, betul ataupun bagus, hegemoni tersebut mendapatkan pengakuan pernyataan dari kelompok masyarakat.

‘Menarik’ bila teringat ungkapan seorang dosen yang menyatakan mengapa seorang praktisi itu lebih kemilau ketimbang akademisi di mata mahasiswa. Praktisi lebih didengar, lebih memberikan nilai lebih bila dicantumkan pada sebuah acara ketimbang mencantumkan akademisi.

Ah bagi saya permasalahannya lebih kepada akademisinya, yang tak sanggup berjuang lewat ideologinya, hingga ‘budaya’ yang mendapatkan pengakuan adalah ‘budaya’ dari praktisi. Karena jangan-jangan…

 

01.
Bila ada yang mencantumkan kutipan kok malah dianggap arogan,
padahal kutipan adalah nyawa dari para akademisi dalam membuat tulisan.

02.
Saat mengomentari karya mahasiswa, isinya penuh dengan kata “eh lucuuu”,
padahal semestinya yang harus dinilai itu berlandaskan ilmu.

03.
Susah untuk akrab dengan teknologi,
paling mentok cuma jadi pemakai blackberry,
itupun hanya untuk chatting hahahihi,
isinya BBM-an sepanjang hari.

04.
Yang baca buku dianggap sok kutu buku,
padahal ilmu nggak berhenti di es-satu.

05.
Bicara tak lancar kok menyebut diri sebagai pengajar,
lalu apa yang mau diberikan kepada mahasiswa yang ingin belajar,
selain ilmu turunan yang tawar dan hambar,
bagaimana mahasiswa mau mendengar,
jangan-jangan pengajarnya yang harus ditatar.

06.
Tak paham Teknologi Informasi baru,
namun cari alasan nggak sesuai dengan disiplin ilmu
tapi giliran facebook-an bisa nggak kenal waktu
kirain sibuk kerja, nggak taunya komen di wall melulu.

***

 


Terbit perdana di situs pribadi widhyatmoko.wordpress.com pada 21 Desember 2010.

(icons mirror by Andrea Austoni)

Quoted

Limitations and distractions are hidden blessings

Nigel Sielegar