My Design Strategy

Melihat kenyataan bahwa disiplin desain merupakan salah satu elemen dasar aktifitas manusia modern, membuat saya betah dan tetap bertahan dalam gempuran kegalauan. Sangat mudah untuk merasakan stres pada saat bekerja sebagai desainer, gejala pertama adalah sulit tidur lalu serangan gangguan konsentrasi dalam bekerja karena pikiran dan tubuh menjadi hiperaktif, diperburuk dengan munculnya jerawat penghancur ketampanan disertai radang sariawan yang membuat makanan selezat apapun bagaikan mengunyah silet di dalam mulut. Pada saat mengalami hal buruk diatas saya kerap terkejut, ternyata semakin hari bertambah banyak saja orang yang bercita-cita dan berprofesi sebagai desainer bahkan ditingkat institusi, ilmu desain mengalami booming,bagaikan sebuah agama baru yang dipelajari melebihi pelajaran moral. Disamping memberikan pemasukan materi yang cukup lumayan, menjadi desainer juga menyimpan penderitaan. Semoga cukup saya saja yang mengalaminya!

“Hal terbodoh yang pernah saya lakukan adalah mengerjakan sesuatu yang saya tahu itu adalah pilihan yang salah”

Sebelas tahun lamanya bekerja, saya merasa tersandera tuntutan pekerjaan dan kewajiban untuk bertahan dalam memenuhi kebutuhan hidup (saat ini sudah berubah jadi gaya hidup). Menjadi desainer yang kritis sama sulitnya dengan menemukan satu pemain bola dari 238 juta (penduduk Indonesia) yang dapat bermain di liga Inggris. Bagaimana wacana desain bisa tumbuh secara sehat tanpa kritik yang kondusif? Bagaimana desainer mampu menjawab tantangan keprofesiannya dan berkontribusi secara nyata kepada publik melalui pekerjaannya? Mampukah saya tetap bertahan dalam sepuluh tahun ke depan? Bisakah saya terbebas dari ‘kutukan penderitaan’ sehingga dapat membuat saya makan enak dan tidur nyenyak? Berikut ini adalah 5 strategi saya untuk menghadapinya;

1. Understand the situation and meaning
Meningkatkan kemampuan untuk membaca dan mempelajari situasi, dengan konteks untuk memperdalam produksi dan distribusi makna dalam setiap pesan yang masuk dan keluar dari diri saya. Coba bayangkan apa yang mampu kita respon pada waktu bangun pagi, terdapat puluhan pesan menuntut untuk segera membukanya; spam, email,messenger, kicauan social networking, dan notification lainnya! Ada banyak pilihan di depan mata yang membuat saya membenarkan diri untuk menunda menggosok gigi. Sayangnya melihat gempuran pesan tersebut kita dihadapkan pada tiga sikap sempit yang sistematis; like, ignore, delete. Selanjut keharusan yang saya benci dengan berujung pada semua hal dalam cara pandang harus di update diiringi serangan informasi yang menyertainya dalam hitungan detik atau bahkan saat itu juga. Saya tertantang untuk mencari tautan dalam setiap pesan yang masuk untuk mensejajarkannya dengan situasi yang terjadi di tingkat pribadi dan masyarakat luas. Tidak harus menjadi seorang geniusseperti Robert Langdon-nya Da Vinci Code. Namun secara proaktif melatih intuisi untuk menemukan benang merah dari setiap pesan yang masuk. Itu adalah ujian pertama saya untuk memahami dunia global dan kekiniannya agar seperti untaian kalimat yang baru saja saya lihat dibelakang rompi jaket pegawai Telkom pada saat Jum’atan di masjid, ‘The world is in your hand’ mampu saya pahami dan memaksimalkannya.

Belajar memahami semiotika dan menerapkannya dalam konteks dan situasi merupakan dasar strategi saya untuk tetap tersenyum abadi seperti monalisa.

Belajar memahami semiotika dan menerapkannya dalam konteks dan situasi merupakan dasar strategi saya untuk tetap tersenyum abadi seperti monalisa.

2. From high concept to deep context
Desain sebagai salah satu motor penggerak peradaban, kekuatannya dianggap mampu menawarkan solusi. Kemampuannya untuk mencipta dan merubah persepsi mendorong profesi desainer bergerak meluas, melesat cepat, terkadang menjauh dari esensinya. Hal ini terasa bagaikan perangkap sempit yang menghambat kejujuran desain saya untuk menjadi lebih membumi dan manusiawi. Ibu saya memiliki usaha keluarga di daerah, beliau meminta saya untuk membuatkan strategi komunikasi untuk meningkatkan usahanya. Jurus-jurus mumpuni komunikasi yang diyakini selama ini akhirnya saya keluarkan. Setahun kemudian strategi tersebut menjadi bahan tertawaan adik saya karena kalah efektif dibandingkan ide kolot dari Ayah saya yang murah meriah, yaitu; memperbanyak silaturahmi dengan konsumen. Ternyata pola berfikir yang saya yakini selama ini tak lebih hanyalah mentalitas desainer ‘snobbish’, terutama dalam menganalisa dan mengambil keputusan, padahal masih terdapat banyak hal yang bersifatnon-moneter diluar sana.

POÄNG Armchair / designer: Noboru Nakamura. Kenyamanan kursi ini menjanjikan siapa saja yang mendudukinya akan merasa rileks dan mampu berfikir lebih baik, harganya yang tinggi baru sebatas mimpi untuk mampu saya beli. Sementara ‘kursi dadakan’ dibuat oleh tukang parkir di jalan Riau - Bandung, tampak jujur dan apa adanya. Siapa yang duduk dijamin mendapat perlindungan dari sengatan matahari dengan bonus pasokan oksigen gratis dari pohonnya. Keduanya memiliki value menarik namun dalam kemasan dan presentasi yang sungguh berbeda, kamu pilih mana?

POÄNG Armchair / designer: Noboru Nakamura. Kenyamanan kursi ini menjanjikan siapa saja yang mendudukinya akan merasa rileks dan mampu berfikir lebih baik, harganya yang tinggi baru sebatas mimpi untuk mampu saya beli. Sementara ‘kursi dadakan’ dibuat oleh tukang parkir di jalan Riau – Bandung, tampak jujur dan apa adanya. Siapa yang duduk dijamin mendapat perlindungan dari sengatan matahari dengan bonus pasokan oksigen gratis dari pohonnya. Keduanya memiliki value menarik namun dalam kemasan dan presentasi yang sungguh berbeda, kamu pilih mana?

3. Open source heroes

Sedang apa… sedang apa… sedang apa… sekarang?
Sekarang sedang apa… sedang apa sekarang?

Entah siapa pencipta lagu terpanjang di dunia ini, karena kamu bisa memasukkan kata apapun ke dalam lirik lagunya agar dapat dimainkan bersahutan secara nonstop. Pada saat memainkannya kembali bersama keponakan, baru saya sadari inilah sebuah konsep‘open source’ yang pertama kali saya praktekkan waktu kecil. Prinsipnya hanya menciptakan platform dasar dan kita bisa mengisinya dengan konteks apa saja… tanpa batas! Ironisnya saat ini saya merasakan situasi kontraproduktif sebagai kreator brandingyang mengkondisikan segala sesuatunya penuh dengan keteraturan dan kaku. Bahkan sebuah logo kini ditempatkan begitu ekslusif bagaikan Bos yang jaim, kurang bergaul, duduk mengawasi gerak-gerik karyawannya dari kejauhan tanpa mampu mengirimkan senyuman. Saya merasa kasihan melihat sang logo terasing sendirian di pojok kanan atau kiri di atas sebuah bidang. Padahal saya percaya desain open source adalah konsep masa depan. Dimana sebuah karya memiliki DNA sangat kuat namun disisi lain ia memiliki kemampuan adaptasi luar biasa dalam aplikasinya. Lihatlah apa yang dilakukan WordPress, Linux dan Android mereka melakukan lompatan bisnis luar biasa dengan pola terbuka. Bagaimana mungkin Google sebagai sebuah perusahaan yang banyak memberikan layanannya secara gratis dapat menjadi perusahaan yang paling menguntungkan di dunia? Padahal setiap saat Google ‘mengganti’ logonya dengan berbagai object dan tema. Obrolan saya dengan Ardi Yunanto (Karbon Jurnal) yang membahas tentang meledaknya bisnis kereta ‘odong-odong’ di kota-kota besar Indonesia, menjadi hal menarik untuk dicermati sebagai fenomena desain produk yang cerdas. Sebuah pabrikan rumahan di Jakarta mengemasnya dalam bentuk rakitan dan memberi garansi dapat meng-kapal-kan produknya ke seluruh Indonesia.

Odong-odong berkembang pesat dalam 5 tahun terakhir, sebuah pola sederhana berupa permainan bergerak menjawab banyak kebutuhan akan ruang. Mobilitas dengan daya jelajah sudut sempit cocok dengan situasi perkotaan, ramah lingkungan, bisa menjadi sarana olah raga bagi pemiliknya sekaligus sebuah hiburan dengan harga terjangkau yang kian sulit ditemukan di perkotaan. Bagian paling penting disini adalah posisi pabrikan hanya mendesain pola dasar saja, dalam prakteknya setiap pemilik bebas berimprovisasi dan mengembangkannya menjadi bentuk-bentuk permainan baru yang menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya.

Odong-odong berkembang pesat dalam 5 tahun terakhir, sebuah pola sederhana berupa permainan bergerak menjawab banyak kebutuhan akan ruang. Mobilitas dengan daya jelajah sudut sempit cocok dengan situasi perkotaan, ramah lingkungan, bisa menjadi sarana olah raga bagi pemiliknya sekaligus sebuah hiburan dengan harga terjangkau yang kian sulit ditemukan di perkotaan. Bagian paling penting disini adalah posisi pabrikan hanya mendesain pola dasar saja, dalam prakteknya setiap pemilik bebas berimprovisasi dan mengembangkannya menjadi bentuk-bentuk permainan baru yang menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya.

4. Designing free zone
Sepanjang sejarah, manusia selalu membentuk komunitas sosial, mengembangkan aturan pertukaran sosial, melakukan hubungan timbal balik yang kompleks serta membangun sebuah kepercayaan diantara kelompoknya. Wilayah-wilayah otonom akan terbentuk dari sikap dan respon terhadap apa yang ingin mereka tanggapi secara langsung. Tidak ada yang baru dalam hal berkomunikasi, yang baru adalah perluasan jaringan menjadi segala sesuatu yang berbentuk online. Saya berani bertaruh, dengan pertumbuhan social media seperti sekarang, ditambah dengan perkembangan terhadap akses teknologi yang kian merata, dipastikan di masa depan perubahan berada di tangan publik. Tentu tidaklah mudah mengingat ruang berfikir publik akan sangat riuh dengan derasnya arus informasi. Dalam media yang bergerak cepat desain saya harus mampu berjalan lambat. Tantangan saya adalah menemukan wilayah yang masih tersisa di benak mereka. Dimana ‘free zone’ tersebut masih memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk mencerna apa yang akan ditawarkan agar menjadi sesuatu yang lebih bermakna untuk membina hubungan simbiosis langsung antara desainer dengan publiknya.

Sepuluh tahun yang lalu Uskup Bello telah menyampaikan bahwa akses modem dan koneksi internet melebihi kekuatan senjata pada saat memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia. Pertaruhan saya diperkuat dengan apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah dengan distribusi informasi menyeruak, menyentak, tidak ada pilihan bagi kita untuk menjadi bagian dari saksi sejarah walau hanya bermodalkan sinyal wi-fi gratisan.

Sepuluh tahun yang lalu Uskup Bello telah menyampaikan bahwa akses modem dan koneksi internet melebihi kekuatan senjata pada saat memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia. Pertaruhan saya diperkuat dengan apa yang terjadi di negara-negara Timur Tengah dengan distribusi informasi menyeruak, menyentak, tidak ada pilihan bagi kita untuk menjadi bagian dari saksi sejarah walau hanya bermodalkan sinyal wi-fi gratisan.

5. From design as a project to design as a story
Apa yang ada dalam pikiran kita ketika project desain yang kita kerjakan dikalkulasikan secara moneter? Seberapa layakkah jasa dikalibrasi dengan nilai uang? Sampai detik ini saya masih merasa absurd bagaimana rangkaian gagasan pemikiran dan kombinasi vektor dalam komposisi warna bisa dijual seharga milyaran? Pada titik tertentu saya setuju bahwa dibalik sebuah desain terdapat banyak nilai. Namun saya yakin ada cara pertukaran lain yang bisa membuat hubungan klien dengan desainer tidak berujung di parameter kepuasan nominal dan kreatifitas saja. Banyak kisah menarik dibalik pertemuan saya dengan klien. Sebagian karena faktor usaha luar biasa bermodalkan tebal muka, sebagian lagi hanyalah faktor keberuntungan semata. Ada satu yang paling berkesan sejauh ini, adalah klien pertama yang saya temukan di tahun 1999 dan hingga hari ini masih berhubungan dengan sangat baik. Interaksi sebagai manusia yang berkwalitas benar-benar saya alami. Pekerjaan sebagai desainer telah membangun jembatan yang indah diantara kita. Sang klien akan menjadi orang pertama yang mengirimkan SMS di Hari Raya hingga ucapan selamat apabila project saya diliput media. Percaya atau tidak, pekerjaan yang saya terima dari dirinya hanyalah project sederhana berupa stationery dan beberapa box kartu nama saja. Namun kisah yang terjadi dibalik itu semua adalah sebuah pembelajaran hidup yang tidak ternilai harganya. Project-projectpenting saya banyak terinspirasi dari percakapan bersamanya; Change Yourself, Happiness dan project terakhir saya (masih rahasia) sedikit banyak terpengaruh dari pemikirannya. Bahkan saya mendapat kehormatan untuk tinggal di salah satu rumahnya untuk merancang petualangan terbesar dalam hidup saya.

Semua mata menatap dirinya! Tanpa projector, laptop dan gadget canggih lainnya, si bapak tukang obat mampu mengalihkan perhatian dan menghentikan aktifitas puluhan orang untuk sejenak mendengarkan untaian kisah manakjubkan tentang produknya yang tidak lebih dari sekedar obat kuat murahan.

Semua mata menatap dirinya! Tanpa projector, laptop dan gadget canggih lainnya, si bapak tukang obat mampu mengalihkan perhatian dan menghentikan aktifitas puluhan orang untuk sejenak mendengarkan untaian kisah manakjubkan tentang produknya yang tidak lebih dari sekedar obat kuat murahan.

“Tahun 80an orang bersikap berdasarkan peringkat,
tahun 90an orang bersikap berdasarkan fakta,
tahun 2000an orang bersikap berdasarkan data digital,
di masa depan orang bersikap berdasarkan kisah”

Tidak ada jaminan bahwa;
Apabila saya benar-benar melakukan ke lima strategi tersebut di atas akan memberikan kesembuhan terhadap ‘kutukan penderitaan’ diatas. Sungguh saya ikhlas rasa sakit itu tetap ada asalkan saya mampu melahirkan hal baru yang luar biasa. Bukankah ibu saya mengalami sakit yang teramat sangat pada saat melahirkan saya ke dunia?

Untuk melihat tulisan dan project saya silakan kunjungi: www.irwanahmett.com

•••

Quoted

Desain (grafis) adalah kata kerja–bukan kata benda–karena mengutamakan proses; berupa pengolahan nilai keunikan dan keotentikan dari suatu problem

Eka Sofyan Rizal