Year :2016
Designer :AIDIA
17 Hari untuk Indonesia adalah simbol aksi kreatif yang dimotori oleh aidia dalam merayakan dan mengisi HUT Kemerdekaan RI. Dengan pola yang sederhana, konsep dasar kegiatan ini adalah ruang untuk seluruh komponen masyarakat Indonesia dengan beragam kompetensinya masing-masing merayakan dan mengisi kemerdekaan dengan berkreasi dan berkarya, serta menyumbangkan gagasan, pemikiran kritis positif, karya, prototip, desain, atau dalam bentuk apapun dan kemudian dihibahkan untuk dimanfaatkan secara lebih luas. Ide sederhana ini bentuk solidaritas sosial dan kebanggaan mengabdi bagi Indonesia.
Aksi kreatif ini berlangsung selama 17 hari saja, yaitu antara 1 hingga 17 Agustus setiap tahun. Selanjutnya, pada setiap tanggal 17 Agustus, hasil dari seluruh kreasi akan dipublikasikan serempak. Tahun 2016 ini, kegiatan utama dan pertama adalah merancang Desain Poster Merdeka yang tujuannya adalah menyerukan kebanggaan dan mendorong aktivitas kreasi dalam mengisi kemerdekaan, dan selain itu, pameran ini juga ingin mendorong para desainer untuk melakukan eksplorasi dan eksperimentasi desain poster, sekaligus sebagai ajang dialog terbuka melalui desain poster.
Inilah cara sederhana kami dalam mengisi kemerdekaan melalui aksi nyata untuk Indonesia.
Taufan Hidayatullah
Domisili: AIDIA Bandung
Masa kecil kita selalu menjadi memori hebat yang tak pernah lenyap. Mainan perahu klotok yang saya beli di Kebon Binatang menjadi benda kecil yang sangat menyenangkan. Dan salah bagian yang saya ingat adalah bendera merah putih dibelakangnya yang selalu berkibar (tentu saja karena terbuat dari kaleng). Pada masa kecil, permainan adalah diri kita. Kita bisa menjadi laksamana dari sebuah kapal perang yang hebat (atau apa saja). Mencintai Indonesia selayaknya harus seperti kita mencintai diri kita sendiri. Dan kecintaan itu saya refleksikan melalui simbol permainan perahu klotok.
Angela Oscario
Domisili: AIDIA Jakarta
Kata merdeka mempunyai makna yang terus berkembang mengikuti perubahan jaman. Lebih dari sekedar bebas dari penjajahan bangsa asing, yang penting di masa sekarang ialah bagaimana mengisi kemerdekaan untuk membawa Indonesia menuju kemakmuran. Saya percaya kunci utama untuk meneruskan kemerdekaan Indonesia ialah pendidikan.
Siti Nurannisaa PB
Domisili: AIDIA Jakarta
Apa perasaanmu hari ini ? Biasa saja.
Saat yang berjuang , berlaga di medan perang.
Bukan sedikit rasa yang ada di dalam dada.
Gelora, mencekam, terhempas, semangat, gembira dan tenang.
Mencintai, berkorban, bersatu, takut, fokus serta dipercaya.
Energik, dihargai, damai, lelah, percaya diri dan juga bangga.
Tanpa rasa, hari terasa hampa.
Tanpa rasa, tak ada makna tercipta.
Di perjuanganmu hari ini apa rasamu.
Tentukan satu, untuk Indonesia maju.
Siti Nurannisaa PB
Domisili: AIDIA Jakarta
Satu harapan dibumi pertiwi
Hari yang lebih baik dari sebelumnya
Tak kan bisa dilakukan seorang diri
Semangat bulat dan seutuhnya
Tujuh satu melesat maju
Panah kuat tegas melaju
Bersama dan terus bersatu
Untuk Indonesiaku dan Indonesiamu
ARIF PSA
Domisili: AIDIA Jakarta
17 HARI UNTUK INDONESIA
Desainer: Irwan Tarmawan
Domisili: AIDIA Bandung
Sebuah uforia menjelang hari kemerdekaan telah terasa saat memasuki hari pertama bulan Agustus. Kegembiraan mulai terasa, persiapan menyambut hari kemerdekaan telah dipersiapkan. Sesederhana apapun bentuk kemeriahan yang dipersiapkan cukup menandakan sebagai bagian dari mengisi hari kemerdekaan Indonesia.
Luapan kegembiraan pada puncak hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus merupakan titik tolak untuk memaknai langkah kita selanjutnya, masih adakah semangat kemerdekaan untuk hari esok dan nanti?…. Langkah nyata hari esok untuk membangun negeri…membangun Indonesia.
Merlina Fatimah Nasruddin
Domisili: AIDIA Bandung
Bahkan metabolisme didalam tubuh perlu elemen kimia lain supaya jadi energi. Sifat kolektif sudah alamiah, kerja apapun saling bantu supaya jadi energi untuk mewujudkan apapun. Mengapa masih menyimpan rasa bekerja sendiri?
Saya menuangkan tema “Langkah kecil untuk Indonesia yang Besar” menjadi 3 kata kunci yang lekat dengan kehidupan sehari-hari kita dalam organisasi besar, maupun organisasi kecil, yaitu wacana, titik, dan kerja.Untuk menentukan arah dan langkah ke depan, kita tidak bisa hanya berwacana yang tidak menimbulkan implikasi nyata dalam kehidupan yang bisa dirasakan hasilnya, kita butuh untuk berhenti sejenak, meluangkan waktu untuk menyudahi wacana berkepanjangan dan mulai bekerja. Walaupun dalam pelaksanaannya bekerja pun bisa menghasilkan suatu hal yang kurang tepat, tapi dengan mulai bekerja, kita bisa dengan sedikit demi sedikit memperbaiki apa yang kurang tepat, menjadikan sekeliling kita menjadi lebih baik. Dan apabila budaya kerja ini diamini dan dijalankan oleh segenap warga negara, bukan tak mungkin Indonesia menjadi lebih baik, lebih besar, lebih nyaman.Hal di atas dituangkan dalam visual, kata “wacana” yang buram, diberhentikan dengan 1 titik, jeda 7 titik dan kerja yang nyata, membentuk angka 7 dan 1 dengan latar belakang merah untuk keberanian bertindak.
Indonesia adalah keragaman & kebersamaan, beragam adat, suku, agama, ras, golongan, budaya, pemikiran, latarbelakang, semua baiknya bersama-sama membangun negeri ini. Dalam kerangka tema “Langkah kecil untuk Indonesia yang Besar”, saya mengangkat tema ini dan bermain dengan 3 kata yang berima, yaitu keseragaman, keragaman, dan kebersamaan, sebagai refleksi, supaya jangan ada lagi ke-tidak-bersama-an, ke-tidak-harmonis-an dalam bermasyarakat, hanya karena kita, masyarakat Indonesia, beragam.Pesan yang kuat ini dituangkan dalam visual sederhana, dengan latar belakang putih, sebagai ungkapan untuk memulai lagi koreksi kecil untuk lembaran baru untuk Indonesia lebih besar.
Dengan adanya bonus demografi, ledakan aktivitas sosial media, dan semakin terjangkaunya produk teknologi telepon genggam, mendorong masyarakat untuk makin dinamis, namun terkadang melupakan hal-hal kecil yang mungkin mengganggu ketertiban bermasyarakat, terutama dalam bentuk kebiasaan mengantri. Dalam tema “Langkah kecil untuk Indonesia yang Besar”, saya mengkorelasikan bentuk sinyal seluler yang rapi berbaris dan sinyal Wi-Fi yang mengkerucut pada 1 titik seperti bentuk antrian yang tidak teratur.
Kesamaan (unity) yang tinggi, sementara sebenarnya pita di bawah lambang negara kita sudah dirumuskan oleh para pendiri bangsa dengan memperharikan nilai2 ke bhineka an dimana mereka menyadari bahwa Indonesia adalah bangsa yang multi kultur Maka sebagai desainer marilah kita INGAT kan kembali bahwa INDONESIA adalah negara dengan bangsa yang multi kultur, hargai keberagaman, hargai perbedaan, tetapi tetap menuju 1 tujuan bersama
TERWUJUDNYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA yang berdaulat.
Holopis kuntul baris itu merupakan ungkapan Jawa, yang artinya saiyeg saeka praya, bebarengan mrantasi gawe, maksudnya kurang lebih bekerja dengan gotong royong. Dengan bekerja sama masalah apapun pasti akan terselesaikan. Ungkapan ini pernah dilontarkan oleh Bung Karno untuk menyemangati bangsa Indonesia agar bergotong royong.
Tujuh puluh satu tahun sudah Indonesia merayakan kemerdekaan. Selayaknya kita tetap berpegang dalam satu kebersamaan. Semoga kita (warga Indonesia) makin dewasa dalam menanggapi isu yang memecah-belah kekuatan pluralisme kita. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Selamat Ulang Tahun ke-71 Indonesia tercinta!
Indonesia dalam pembangunan harus terintegrasi, untuk dapat mencapai Tujuan. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama. Jangankan antara pemerintah dan masyarakat, diantara lembaga pemerintahannya pun belum selaras. Contohnya masih banyak diperlukan sinkronisasi peraturan baik antar kementerian lembaga maupun antara pemerintah pusat dan daerah. Untuk menggambarkan bekerja sama saya menggunakan lomba terompah panjang dalam perayaan 17 Agustus, dimana dalam perlombaan tersebut dibutuhkan kerja sama dalam melangkahkan kaki kiri dan kanan agar sampai ke garis finis dengan cepat dan tidak terjatuh. Karakter menggunakan seragam sekolah dasar merupakan analogi yg digunakan sebagai posisi Indonesia sebagai negara berkembang. Teks Satu Tuju[an] Satu selain angka 17 sebagai tanggal kemerdekaan juga 71 sebagai hari ulang tahun kemerdekaan, juga menegaskan kita harus satu tujuan dan tujuannya satu untuk menggapai Indonesia Hebat.
Mengingat saat ini posisi Indonesia tertinggal dibanding negara lain, maka dibutuhkan usaha keras untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Lomba balap karung dalam perayaan 17 Agustus, digunakan sebagai gambaran dalam menggapai prestasi itu penuh hambatan, namun dengan kerja keras yang gigih, dapat mencapai tujuan dan cita-cita. Poster menggunakan pemilihan karakter anak-anak karena sifat anak-anak dalam berlomba memiliki tekad yang gigih dengan penuh keceriaan. Teks kerja Nyata untuk Indonesia Hebat menegaskan maksud dari gambar tersebut.
Refleksi dirgahayu indonesia ke 71:
kita (walaupun berbeda-beda) tetap
harus mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan dengan saling bantu.
Rasa ingin tahu setiap anak dapat mengantarkan mereka kepada hal-hal baru. Dengan memberikan ruang & kesempatan dalam berekpresi, sama halnya kita mengembangkan pola pikir. Alam takambang jadi guru, dengan langkah kecil semua akan terpacu.
Surianto pernah berkata, seekor katak dapat menjadi seekor singa asalkan ia “Percaya”, karena dengan percaya ia dapat merubah apapun. Anak-anak sebagai asset bangsa harus dipersiapkan dengan maksimal, baik secara knowledge maupun skill tanpa melupakan kebebasan berekspresi.
Ada saatnya, sudah saatnya.
Mari kita memperhitungkan kembali semuanya dengan ditambah satu tujuan.
Semangat yang tidak pernah pudar dari tahun-ke tahun semenjak Indonesia merdeka 71 tahun yang lalu adalah, persatuan. Sedang ancaman yang selalu muncul adalah perpecahan. Satu hal yang menjadikan Indonesia tetap hidup dan terus menerus menajdi bangsa yang besar adalah kesenyawaan dari seluruh elemen di dalamnya. Seberapa banyak perbedaan ada, serempak pula semangat memadukannya. Bagaikan partikel dan molekul yang menyatu, itulah Indonesia. Dari yang terberaikan menjadi yang dipentingkan.
Dalam renungan yang tertera pada tulisan pada latar belakang dapat dirasakan bahwa kita telah merdeka di negeri Indonesia selama 71 tahun dan bukanlah waktu yang sebentar. Renungan ini lebih menggambarkan sisi negatif dari perkembangan jiwa rakyat ini setelah kemerdekaan diraih. Rakyat Indonesia yang sebelum kemerdekaan memiliki semangat yang satu untuk merebut kemerdekaan, setelah memperolehnya seakan sudah tidak lagi memiliki tujuan. Sehingga masing-masing lebih mengejar impian-impian pribadi semata. Kemegahan, citra, pengaruh, kekuasaan, kewenangan, dan lain-lain menjadi tujuan setelah kemerdekaan. Hal ini menafikan arti kemerdekaan saat ini sama seperti pada masa lalu. Upaya-upaya saat ini hanyalah langkah imitasi yang tak lagi sarat makna. Renungan ini memang bersifat pesimis namun itu merupakan kenyataan kemerdekaan sejati merupakan kemerdekaan jiwa.
Konsepnya adalah bagaimana menumbuhkan mental merdeka, yakni bagaimana kita tidak terbelenggu dari penjajahan dunia yang terus menggerus sisi naluri kemerdekaan diri. Sikap merdeka akan memberikan penggambaran seseorang yang mampu bebas dari tekanan-tekanan dunia yang menuntut sesuatu yang ada diluar batas. Namun seseorang juga mampu memilih sehingga ia bebas dapat melakukan apa pun asalkan tidak mengganggu kemerdekaan individu lain. 17 mental yang memberikan unsur-unsur psikis dalam diri akan menjadikan individu lebih toleran, jujur, menjadi budi yang lembut seperti dalam akarbudaya bangsa ini. Insyaallah..merdeka!!!
MERDEKA adalah satu kata yang memiliki arti kebebasan untuk bersama, manusia selalu saling memerdekakan, tapi jangan lupa untuk memerdekakan kekayaan alam, termasuk flora dan fauna
BOENG, AJO BOENG KERDJA!
Ungkapan perjuangan Boeng Ajo Boeng terdapat pada poster perjuangan yang digambar oleh pelukis Affandi dan teksnya merupakan sumbang pikiran Chairil Anwar. Dua nama yang melegenda hingga saat ini. Kata Kerdja! ditemukan di salah satu majalah masa pendudukan Jepang yang juga menjadi slogan pemerintahan presiden Jokowi sekarang. Interpertasi ulang dengan stilasi lukisan perjuangan Boeng Ajo Boeng ditambah dengan tagline ‘dengan seni dan kreativitas bagi nusa dan bangsa Indonesia’, maka bambu runcing berubah wujud menjadi pensil. Elemen kertas tua dikombinasi dengan jenis huruf modern menjadi kontras antara desain masa lalu dan masa kini.
Tagline poster ini merupakan “plesetan” dari kalimat “Mari Bung, Rebut Kembali!” yang dicukil dari lagu “Halo-halo Bandung” dan populer pada zaman penjajahan. Tagline tersebut juga merupakan judul buku karangan Saleh, R.H.A (1928). Ide poster berasal dari refleksi kondisi positif negara Indonesia saat ini yang terus berupaya mengejar ketinggalan dengan melakukan pembangunan besar-besaran di beberapa sektor seperti infrastruktur, pendidikan dan sebagainya. Jargon presiden Jokowi yang selalu menyebut kata “Kerja..kerja.kerja” merupakan cerminan lain kondisi diatas. Ilustrasi visual menggunakan speedometer sebagai perlambangan kecepatan, dengan angka tertera 1717 yang merupakan simbol dari tanggal 17 (Agustus) & ulang tahun Republik Indonesia ke 71 tahun ini. Tipografi menggunakan huruf jenis sans serif dengan mode italic, sehingga kesan cepat atau segera dari tagline dapat terlihat.Keseluruhan rangkaian visual diatas diharapkan dapat memunculkan pesan positif agar audiens menjadi terpersuasi untuk turut memacu dirinya mendukung percepatan-percepatan yang sedang dan akan dilaksanakan.
Konsep Keseluruhan menggunakan icon WA yang banyak dipakai sehari hari
Jagalah Hati, itu akan membawa kebaikan dan menjadikan Indonesia juara
Konsep Keseluruhan menggunakan icon WA yang banyak dipakai sehari hari
Jaga semangat setiap pagi hari untuk Indonesia Hebat
Konsep Keseluruhan menggunakan icon WA yang banyak dipakai sehari hari
Setiap orang, pria wanita, tua muda, kita semua mestinya selalu berdoa dan kerja keras untuk Indonesia Hebat