Home > Read > News >
Liputan:
Behance Portfolio Review #7

Behance24

 

Para talenta desain muda Bandung saling unjuk kreativitas dalam pada Sabtu, 16 Mei 2015 yang lalu. Bertempat di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Behance—jejaring yang kondang di kalangan desainer sebagai medium memamerkan karya—menggelar Portfolio Review yang ke-7. Kegiatan yang diselenggarakan bersama Bandung Design Friendly dan ADGI Bandung Chapter sebagai tuan rumah ini menjadi ajang berbagi ilmu bagi para desainer.

Dalam acara ini, 20 desainer muda terpilih berkesempatan untuk menampilkan sekaligus mempresentasikan karya terbaik mereka yang telah dimuat dalam jejaring Behance. Selain menunjukkan talenta-talenta kreatif baru, Behance Portfolio Review #7 ini juga mengundang Creative Director dari dua studio desain yang tengah naik daun, Sanrok Studio dan Thinking*Room untuk berbagi mengenai proses kreatif mereka.

 

Behance4

 

Michael Alexander dan Tito Yusuf dari Sanrok Studio mengawali sesi ‘Creative Talk’. Sanrok Studio merupakan studio desain Bandung yang meski masih tergolong baru, namun telah memiliki reputasi internasional. Studio yang didirikan pada 2013 oleh Michael Alexander, Tito Yusuf, dan Sandy Pirouzi ini memajang portofolio yang membanggakan dengan ciri khas desain yang minimalis dan penuh warna.

Menariknya, para pendiri Sanrok Studio memiliki latar belakang yang berbeda. Kejelasan pembagian kerja antara Sandy yang berlatar belakang seorang fotografer, Michael yang tipografer, dan Tito yang ilustratorlah yang kemudian menjadi salah satu pendukung keberhasilan Sanrok Studio.

Dalam perjalanannya, Sandy bertanggung jawab atas riset dan pengembangan, sedang Tito dan Michael lebih berperan sebagai desainer grafis. Ketiganya didorong oleh kesamaan idealisme bisnis, termasuk dalam mengerjakan proyek-proyek pro-bono yang dipilih berdasarkan kesamaan minat.

Di balik keberhasilannya sebagai studio muda yang telah meraih reputasi internasional, studio ini mengaku bahwa mereka tak mendesain berdasarkan tren semata, melainkan dengan semangat untuk menunjukkan identitasnya tersendiri.

 

Behance13

Behance17

 

Semangat serupa juga tampak dalam sesi kedua ‘Creative Talk’. Eric Widjaja, penggagas Thinking*Room, berbagi mengenai bagaimana studio desain grafis yang sejak awal bukan dimaksudkan untuk mengutamakan keuntungan finansial,
telah bertahan selama 1 dekade dan semakin menginspirasi dunia desain Indonesia.

Ada lima hal yang Eric yakini melanggengkan Thinking*Room untuk bertahan di dunia bisnis desain Indonesia: 1. Believe what you do; 2. Expect the unexpected; 3. Quality > quantity; 4. It takes time to win the game, dan 5. Always push the envelope. Selain itu, manajemen proyek dan manajemen waktu juga menjadi hal yang terpenting, sehingga setiap proyek memiliki pimpinan (project leader tersendiri. Membuat klien merasa nyaman juga mendukung kelangsungan studio ini.

Dalam kesempatan ini. Eric berbagi mengenai ketertarikannya akan dunia desain yang berawal dari ketertarikan pada sampul-sampul piringan hitam/vinyl grup-grup musik kesukaannya. Sebagai musisi, Eric mengoleksi album-album yang cukup kontroversial, hingga mendorongnya mengobservasi kekuatan identitas visual band-band tersebut dari logo mereka. Tipografi, baginya, menjadi elemen yang menarik karena mampu merepresentasikan sifat dengan akurat. Dari sana, Eric menyadari kekuatan desain untuk membangun presepsi orang.

Sebagai studio yang didirikan untuk berkontribusi bagi Indonesia, Thinking*Room terus melakukan inovasi dengan menggarap sejumlah proyek eksperimental. Dalam kesempatan ini, Eric berbagi mengenai proyek eksperimental Thinking*Room dengan Indoestri Day, lokakarya ‘The Greatest End’, dan tentang sampul edisi ulang tahun ke-5 majalah Elle Decoration.

Dalam proyek tipografi dengan Indoestri Day, Thinking*Room menghadirkan karya ‘Reconstype’ yang mengundang interaksi dengan publik. Menggunakan magnet dalam bentukan tipografi yang telah dipotong-potong, para pengunjung Indoestri Day dapat mereka-rancang bentuk-bentuk baru dari potongan-potongan huruf tersebut.

Eksperimen juga dilakukan pada lokakarya desain tata letak dan tipografi bunga papan. Bunga papan yang lazim diberikan sebagati ucapan selamat atau empati duka cita di Indonesia ini menjadi suatu fenomena menarik bagi Eric. Menurutnya, bisnis ini memiliki peluang desain yang amat besar. Sayangnya, desain bunga papan yang kita temui selama ini cenderung generik. Dalam lokakarya ini, peserta diberi kesempatan untuk merancang bunga papan bentuk ucapan duka cita yang unik—karenanya ia bertajuk ‘The Greatest End’.

Terakhir, Eric berbagi tentang desain sampul Elle Decoration 5th Anniversary. Proyek ini diakuinya terinspirasi dari karya-karya arsitek Italia, Carlo Scarpa (1906-1978) yang selalu menggabungkan elemen-elemen dalam rancang bangunan.

 

Behance22

Behance18

 

Sesi ‘Creative Talk’ dari dua studio desain ini dilanjutkan dengan presentasi ke-20 desainer yang telah terpilih oleh jejaring Behance. Masing-masing mereka menceritakan konsep karya mereka yang jagokan. Berperan sebagai juri dari ajang ini adalah Zinnia Nizar Sompie selaku Presiden ADGI Pusat. Penjurian dilaksanakan berdasarkan karya, presentasi, dan proses dari masing-masing desainer.

Acara ditutup dengan nama-nama yang keluar sebagai pemenang. Pilihan juri jatuh pada Kresna Dwitomo dengan karya berupa desain aplikasi interaktif yang menampilkan taman tematik Bandung berjudul ‘Takota’. Novita Fahmi keluar sebagai pemenang dengan desain angka yang terinspirasi dari tari-tarian Nusantara bertajuk ‘Treasure Numeric’. Sementara, Raisa Ramdani dan Marla Putri dengan desain buku yang memuat para inovator Indonesia terpilih sebagai pemenang pilihan pengunjung.***

 

Behance28

Behance27

Behance25

Behance23

Behance26

Behance21

Behance20

Behance19

Behance16

Behance15

Behance14

Behance11

Behance10

Behance9

Behance8

Behance7

Behance6

Behance5

Behance2

Behance3

 


Behance Portfolio Review #7 didukung oleh:
Angkasa Putra Digital Printing, RSCH, Co & Co, Coworking Space, Gedung Indonesia Menggugat, Kulturama.net, Infobandung, Desain Grafis Indonesia (DGI), Friendly Bandung, Grafis Masa Kini.

Quoted

Ketika dari mata tak turun ke hati, desain pun gagal total

Bambang Widodo