1982, di Paris sebagai pusat budaya busana dunia, kini muncul trend yang menitikberatkan pada gaya feminim. Begitulah, paling tidak gaung yang telah menyebar keseluruh pelosok dunia. Namun, pada sisi lain banyak komentar yang bernada keluhan bahwa trend yang muncul di tahun 1982 ini tak bisa dijadikan pegangan. Tentu saja ini masih bisa mengundang debat.
Bahwa budaya busana belakangan ini tentu tak lepas dari kebudayaan setiap bangsa. Di tengah-tengah kesibukan industri busana internasional dan juga perubahan keadaan dunia, menjadikan dunia ini terasa semakin sempit. Sepertinya, orang tak diberi kesempatan lagi untuk berteriak mengatakan bahwa ini adalah budaya miliknya. Apakah ini merupakan gejala bahwa hasil budi daya milik seluruh insan?
Jawabnya adalah: saling mempengaruhi antar sesama bangsa, dan juga saling mengisi, melahirkan kebudayaan yang campur aduk. Barangkali! Tapi, pada kenyataannya kita tak bisa menghindar.
Untuk itu, malam ini orang yang mahir dalam bidangnya masing-masing ingin memperlihatkan hasil pikirannya melalui pentas. Guruh Sukarno yang menata gerak dan musik, Ghea Sukasah yang merancang dalam busana.
Tanpa lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada yang bersedia meluangkan waktu untuk menyaksikan acara peragaan busana ini, kami hanya bisa mengungkapkan bahwa fashion adalah apa yang tepat dan cocok bagi anda sesuai dengan segala hal yang meliputi diri anda.
Sumber: Kata Pendahuluan Katalog Peragaan Busana “Laras antar Bangsa”
Makin banyak manfaat, makin sedikit dampak, makin baiklah desain itu