Perwajahan media massa, sesuai dengan fungsi dan tujuan penerbitannya, bersifat aktual yang tetap menjawab aspirasi medianya (falsafah, konsepsi) dan karakter sasaran pembacanya.
Meskipun media massa mengemban fungsi : informasi, opini dan hiburan, bentuk sebuah media tertentu sangat beragam tergantung pada penitikberatan arahnya.
• Positioning, identitas yang menjadi ciri media tersebut.
• Sasaran pembaca yang dituju.
Hal tersebut kemudian akan menentukan gaya visual suatu media, tercermin melalui pilihan foto/gambar, headline, cara bertutur dan perwajahannya.
Dua hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan gaya visual/perwajahan media :
Ciri yang tetap dalam perwajahan, agar secara selintas dapat dikenali identitasnya (konstanta). Dalam ciri yang tetap ini dimungkinkan mencapai variasi untuk mengungkap aktualitas isinya, hingga selalu tampak baru (variabel).
MAJALAH DAN KORAN
Koran “masa hidupnya” lebih pendek dari majalah, hanya sehari. Karena itu koran lebih menekankan pada berita, sedang majalah pada wawasan dan feature. Dengan demikian wajah koran berusaha lebih berteriak baik melalui headline maupun foto, untuk merangsang pembelinya.
Padahal koran hanya terdiri dari 16 halaman (di Indonesia), dan satu halaman koran ditempati oleh berbagai berita, rubrik dan artikel. Yang dianggap penting diletakkan di bagian depan. Masalahnya, bagaimana mengatur teriakan di halaman depan agar tetap terasa prioritasnya tanpa mengurangi kepentingan berita yang lain, dan mengalirkan sisa berita dengan baik ke lembar berikutnya. Majalah lebih leluasa dalam mengatur, karena tiap muka dapat berdiri secara individual. Tiap artikel dapat dirancang secara menarik dan runtun.
IRAMA
Baik koran maupun majalah, menghadapi masalah : mengatur emosi pembaca selama membalik-balik halaman. mengatur irama adalah mengalirkan perasaan pembaca sampai halaman terakhir.
Pada koran, tekanan selalu diletakkan di halaman pertama, halaman tengah (spread) dan halaman terakhir, halaman lain perlu diatur agar kadar menariknya tetap sinambung. Pada majalah, irama ini dapat diatur sesuai dengan konsepsi redaksionalnya. Umumnya majalah memberi tekanan pada bagian awal, hingga sering bagian belakang menjadi tempat buangan. Hal inilah yang perlu diatur dalam perwajahan majalah. Dalam kasus ini yang menjadi masalah adalah juga mengatur iklan.
BLOCKING dan RUBRIKASI
“Blocking” adalah penataan seluruh naskah sebuah media dalam kapling-kaplingnya. Blocking menjadi masalah terutama dalam koran karena format halaman yang harus menampung beberapa naskah sekaligus. Tata-letak berperan dalam menyekat dan membedakan satu artikel dengan artikel lain, dan menyelaraskan agar secara keseluruhan wajahnya tetap terpelihara.
Rubrikasi biasanya ditandai dengan penempatan yang tetap dan desain khusus kepala rubrik. Pada koran penempatan yang tetap sangat membantu pembaca, membina kebiasaan dalam menemukan rubrik favoritnya. Pada majalah, tempat tetap membantu, meski tak prinsip. Jumlah halaman yang banyak tak mudah diingat. Hal ini biasanya dipecahkan melalui gaya perwajahan yang khas, baik kepala rubrik maupun tata letak, tata huruf dan gambarnya. Meletakkan awal rubrik di halaman ganjil amat membantu. Meski rubrik dapat beraneka ragam, dalam merancang gaya rubrik sebaiknya tetap memperhatikan keseluruhan gaya visual perwajahan.
HURUF
Penggunaan huruf dalam perwajahan media biasanya terdiri dari : Bodytext, Headline, Banner Headline, subhead, teaser, caption dan credit.
Bodytext merupakan komponen terkecil yang berpengaruh besar pada perwajahan. Hal ini dapat kita lihat dengan memainkan pilihan huruf (serif, sanserif, bold, italic), intercharacter, interline, dan pointsize. Pada media biasanya ditentukan satu jenis body text untuk seluruh perwajahan, dan satu-dua jenis untuk kolom- kolom khusus. Perbedaan jenis bodytext pada koran dapat pula dipakai untuk blocking, asal tak terlalu banyak macamnya.
Headline dan subhead pun biasanya ditentukan dengan jenis huruf yang tetap, dan beberapa jenis lain untuk yang khusus. Pada majalah, pemakaian berbagai jenis huruf headline memungkinkan, meski keselarasannya secara menyeluruh perlu diperhatikan. Pada koran, umumnya variant jenis hurufnya lebih sederhana, karena soal waktu dan tekanan kepentingan pada bunyi/verbal katanya. Pada kasus tataletak gaya “circus” memang hal ini relatif, karena keseragaman akan mengurangi keunikan. Yang penting adalah memilih jenis-jenis huruf dan aplikasi yang selaras.
Banner Headline adalah headline yang berukuran sangat besar. Pada koran, biasanya terletak di halaman muka, sedang pada majalah pada awal artikel yang diunggulkan.
Teaser biasanya digunakan dalam majalah pada muka yang hanya berisi bodytext, tanpa head dan foto. Teaser yang merupakan cuplikan dari artikel digunakan untuk menarik pembaca pada artikel tersebut.
Initial, huruf pertama sebuah alinea, saat ini digunakan tidak hanya pada awal artikel. Initial yang disebar pada sebuah artikel dapat mempunyai kesan bahwa artikel tak terlalu panjang/melelahkan untuk dibaca. Selain itu dari segi perwajahan dapat menghidupkan halaman.
GAMBAR dan FOTO
Gambar dan Foto selain berfungsi sebagai informasi, digunakan pula sebagai pemberi nafas/kelegaan pada bidang. Cara membacanya yang: menelusuri ruang gambar, sangat berbeda dengan membaca tulisan yang linear dan ketat.
Foto memberikan fakta, informasi yang dapat dirasakan sebagai kenyataan. Sedang gambar dicerna melalui penelusuran unsur grafis dimana pembaca menduga dan menangkap imaji yang muncul.
Gambar berbentuk diagram memberi kesan intelek, ilustrasi dan vignet mengesankan seni, sedang gambar kartun memberi suasana ringan dan riang.
TATA LETAK – PERWAJAHAN
Tata letak/Perwajahan merupakan pekerjaan meracik semua unsur di atas menjadi satu kesatuan yang sesuai dengan isi/konsepsi media tersebut. Perwajahan akan menentukan besar-kecilnya gambar, komposisi foto/gambar dengan teks dan headline. Selain dengan redaksi, perwajahan perlu bekerjasama ketat dengan fotografer, penggambar, dan juga bagian iklan. Disinilah bagian perwajahan harus berkiat menyerasikan seluruh kebutuhan yang akan ditampilkan dalam media.
Sesuai dengan upaya mempertahankan gaya visual yang dijadikan ciri, maka :
Ada kelompok rubrik/artikel yang diatur secara ketat karena sifatnya rutin dan tak memerlukan variasi. Bagian ini memudahkan bagian perwajahan, karena tak perlu ditangani khusus.
Ada kelompok rubrik/artikel yang karena merupakan issue yang ditonjolkan, diolah secara khusus.
Bila pola ini dapat diatur dengan baik, meski bagian yang bebas tak terlalu banyak pun, tetap bisa menampilkan wajah segar dan aktual pada tiap penerbitan.
Dari kumpulan tulisan Dr. Priyanto Sunarto (Head of Doctoral Programs Visual Arts and Design-Faculty of Art and Design “Institut Teknologi Bandung”). Ditulis tahun 2001.
The fate of a designer is not determined by the public system, but by the way he sees his own life