Digelar bersamaan dengan ulang tahun ke-50 Universitas Kristen Maranatha, Festival Hajad Jagad oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain kembali diselenggarakan. Pukul 09.00 WIB pada 15 Oktober 2015, alunan Halo-Halo Bandung dari Angklung Assemble FSRD Maranatha mengisi lantai 12 Gedung Grha Widya Maranatha dan menandai diawalinya seremoni pembukaan perhelatan seni dan desain yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali tersebut. Sambutan dari Dr. Krismanto Kusbiantoro, ST., MT. selaku Dekan FSRD Maranatha dan R.A. Dita Saraswati, M.Ds. selaku Ketua Panitia mengikuti rangkaian pembukaan. Dengan pengguntingan pita emas oleh Rektor Universitas Maranatha, Ir. Yusak Gunadi Santoso, M.M, Hajad Jagad 3.0 pun resmi dibuka.
Berbeda dari perhelatan Hajad Jagad 2013 yang diadakan di luar kampus dan lebih berfokus pada Fashion Graphic dengan penyelenggaraan Fashion Show, Hajad Jagad 2015 berfokus pada pameran karya-karya unggulan dari para mahasiswa di setiap program studi di FSRD Maranatha.
Berfokus pada pameran SAExhibition (‘sae’ berarti ‘bagus’ dalam bahasa Sunda), Hajad Jagad 2015 menampilkan karya-karya terbaik dari mahasiswa tingkat akhir, karya-karya teranyar dari sejumlah pengajar, beserta karya dari partisipan internasional yang berasal universitas-universitas kolaborator dari Tiongkok, Thailand, Singapura, serta Taiwan. Dengan proses seleksi yang dimulai sejak Agustus 2015, ada lebih dari seratus karya terbaik hasil kurasi yang siap dinikmati.
Dengan format karya yang penuh variasi berdasarkan empat program studi yang dijalankan di FSRD Maranatha (Desain Komunikasi Visual, Desain Interior, Seni Murni, dan D3 Fashion), Hajad Jagad mengajak pengunjung untuk berkeliling dan menyelami karya-karya yang berdasarkan penilaian forum kuratorial sebagai karya yang menampilkan nilai-nilai keunggulan (excellence).
Adapun karya-karya mahasiswa yang diseleksi berasal dari karya-karya terbaik mahasiswa tingkat akhir (berupa Tugas Akhir) dan karya dari mahasiswa satu tingkat di bawah Tugas Akhir. Dari karya yang telah dipilih, diadakanlah semacam forum yang terdiri dari dosen koordinator dari masing-masing program studi dan dosen pendiri FSRD Maranatha yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan karya dan membicarakan mulai dari konsep hingga eksekusinya ke dalam forum untuk bisa dinilai.
Dita Saraswati mengungkapkan bahwa karya yang masuk untuk diseleksi dari satu Program Studi berjumlah sekitar 50-an, yang kemudian diseleksi menjadi sekitar 10 karya terbaik dari masing-masing Prodi tersebut. Berdasarkan seleksi forum tersebut, ada sekitar ±100 karya mahasiswa, ±20 karya dosen, dan ±15 karya partisipan luar negeri yang layak untuk dipamerkan.
Karya-karya partisipan dari luar negeri sendiri merupakan hasil kurasi dari tim masing-masing universitas kolaborator yang telah 3 tahun menjalin kerjasama dengan FSRD Universitas Maranatha dalam sejumlah pameran dan kegiatan. Karya-karya tersebut kemudian diseleksi kembali oleh tim Hajad Jagad dengan menimbang aspek-aspek yang menarik untuk diangkat dan dihadirkan ke publik Indonesia, seperti aspek kultural, kemasyarakatan, dan sosial.
Dengan menampilkan karya-karya terbaik dalam SAExhibition ini, Hajad Jagad menjadi salah satu medium penghubung antara dunia pendidikan dengan industri dan komunitas masyarakat setempat. Sejumlah karya, sebagai contoh, muncul secara signifikan dengan mengangkat konteks permasalahan yang lekat dengan komunitas Bandung, misalnya pada studi kasus Pasar Cijerah.
“Kami selalu menanamkan pada para mahasiswa: Anda harus lihat dulu lingkungannya, mengerti dulu tradisinya, kemudian kita baru bisa memecahkan solusinya,” papar Dita Saraswati.
Sebagai pendidik sekaligus praktisi, Dita sendiri melihat memang ada jenjang yang berbeda antara dunia pendidikan seni dan desain dengan praktiknya di luar lingkup akademis. Banyak aspek yang harus dipikirkan di luar kehidupan kampus yang terkadang membuat anak di dunia pendidikan belum siap. Untuk itu, dibutuhkan medium untuk mendatangkan dunia yang berbeda supaya mahasiswa juga bisa memelajari banyak aspek di luar yang harus dikembangkan.
“Harus ada kolaborasi dengan industri dan komunitas di luar [kampus]. Industri juga harus bisa melihat dasar yang dipupuk selama kuliah supaya ada sinergi. Sebagai pendidik sekaligus praktisi, kami juga butuh masukan dari industri dan dari komunitas, serta yang lain-lain untuk mempersiapkan ketika mereka keluar dari dunia pendidikan,” imbuh Dita.
Salah satu jalan yang ditempuh adalah upaya untuk selalu mengangkat topik yang berkaitan dengan solusi di masyarakat dalam tugas maupun tugas akhir mahasiswa. Nilai-nilai lokalitas, menurut Dita, diterapkan pada mahasiswa sejak awal. Maranatha sendiri, sebagai contoh, memiliki forum kerjasama dengan Tiongkok dengan berdirinya Pusat Budaya Tiongkok di kampus. Menjadi keunikan tersendiri ketika para mahasiswa tak hanya mengangkat masalah kemasyarakatan dan lingkungan Bandung, tapi juga dapat menyentuh budaya Tiongkok dalam berkarya.
Hajad Jagad 2015 akan berlangsung sepanjang 15 Oktober 2015 hingga 17 Oktober 2015 dengan sejumlah lokakarya dan seminar yang turut dilaksanakan.
Tak ketinggalan, poster hasil karya para peserta DGI Design Camp II: Promoting Bandung, Preserving Bandung juga dapat dinikmati sepanjang Hajad Jagad 2015 berlangsung. Dua puluh tiga poster hasil olah karya dalam masterclass workshop grid dan tipografi bersama Aswin Sadha (Thinking Form, New York), Andi Rahmat (Nusae Design), dan Sanrok Studio (Bandung) turut hadir dan menyodorkan berbagai keunikan kota Bandung untuk dilestarikan sekaligus dipromosikan.
Jangan lewatkan Hajad Jagad 3.0 dan DGI Design Camp II: The Exhibition ini!***
Sekolah membuat desainer menjadi pintar, bekerja membuat desainer menjadi paham, pengalaman panjang membuat desainer menjadi arif